Skip to main content

Upaya meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas IV SD Negeri


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
          Pendidikan merupakan unsur penting dalam meningkatkan kualitas manusia. Dalam proses tersebut banyak dinamisasi yang terjadi karena pendidikan akan terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan tersebut terjadi pada aspek dan komponen pendidikan seperti kurikulum, metode pembelajaran, model pembelajaran dan media pembelajaran. Pendidikan yang bermutu dan berkualitas akan menunjang keberhasilan siswa. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang didalamnya terdapat komponen penting yaitu pendidikan dan peserta didik. Peserta didik yang utuh dan berkualitas, adalah peserta didik yang seimbang antara kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang di dapatkan melalui proses pembelajaran disekolah. Pendidikan dalam ruang lingkup sekolah bertugas menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Posisi pendidik sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.
Guru juga mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun guru harus mampu menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan pembelajaran berlangsung secara efektif. Kemampuan hasil belajar siswa merupakan kemampuan yang perlu dilatih dan dikembangkan anak sejak usia dini, terutama ketika di bangku sekolah Dasar. Menurut Purwanto (2010:41), “hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswadalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan”. Menurut Slameto (Khairani, 2011:19) hasil belajar dipengaruhi oleh faktor faktor internal siswa, faktor eksternal siswa dan faktor pendekatan belajar.    
Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa di sekolah adalah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peran utama. Kemampuan hasil belajar akan muncul dalam diri siswa apabila selama proses belajar di dalam kelas, guru membangun pola interaksi dan komunikasi yang lebih menekankan pada proses pembentukan pengetahuan secara aktif oleh siswa. Hasil belajar erat hubungannya dengan daya-daya jiwa yang lain, seperti dengan, ingatan, sikap, keterampilan. Ingatan memegang peranan penting dalam hasil belajar. Ingatan merupakan syarat yang harus ada dalam hasil belajar, karena memberikan pengalaman-pengalaman dari pengamatan yang telah lampau. Pengertian, meskipun merupakan  belajar dapat memberi bantuan yang besar pula dalam proseshasil belajar.
Sejalan dengan konsep hasil belajar tersebut di atas, penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah adalah metode yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya tanpa bantuan khusus. Karena itu bagi pendidikan sangatlah penting untuk mendorong anak menemukan penyelesaian soal. Metode pembelajaran yang berbasis masalah ini menekankan pada proses pemecahan suatu masalah dengan penentuan alternatif pemecahan yang paling tepat. Adapun langkah pelaksanaan metode yang berbasis masalah ini adalah sebagai berikut: (a) Merumuskan permasalahan; (b) Menelaah permasalahan; (c) Membuat/ merumuskan pemecahan masalah; (d) Menentukan pilihan pemecahan/ kesimpulan.
Permasalahan yang terjadi berdasarkan kenyataan lapangan, hasil observasi pembelajaran  IPS di kelas IV SD Negeri 3 Bireuen. Ditemukan adanya permasalahan dalam hasil belajar siswa, adapun permasalahannya adalah siswa kesulitan ketika pembelajaran berlangsung, tidak bisa  menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya, dan pada saat proses pembelajaran, kurang aktif yang ditandai dengan siswa tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Perilaku siswa tersebut dikarenakan penggunaan variasi pembelajaran yang tidak menarik dan kurang memanfaatkan media pembelajaran yang menarik adapun media yang dipakai yaitu menggunakan buku paket, kemudian siswa hanya disuruh membaca. Hal ini menyababkan hasil belajar siswa rendah, dapat dilihat beberapa siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan dari gurunya, diakibatkan kurang percaya diri dalam menyampaikan sesuatu, sehingga kurang memiliki hasil belajar yang maksimal dilihat dari ketentuan (KKM).
Dari hasil pengamatan di kelas, permasalahan kurangnya hasil belajar siswa, maka perlu segera dilakukan perbaikan terhadap pembelajaran IPS mengenai materi jenis-jenis pekerjaan, melalui kegiatan penelitian tindakan kelas, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Mengingat peran penting Ilmu Pengetahuan Sosial dalam berbagai segi kehidupan siswa, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, karena IPS menjadi salah satu mata pelajaran wajib dalam tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dibutuhkan suatu model pembelajaran yang aktif serta kreatif, yang mampu merangsang kemampuan kognitif, afektis dan psikomotorik siswa untuk lebih berkembang. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal. Salah satunya dengan menerapkan suatu model pembelajaran dan media pembelajaran dalam IPS. Berdasarkan permasalahan penulis menepatkan solusi dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah, karena model ini tepat untuk digunakan dalam hasil belajar siswa.
Alasan penulis menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran IPS, karena model pembelajaran ini memudahkan guru untuk mengajarkan materi jenis-jenis pekerjaan, sehingga mempermudahkan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan guru saat proses pembelajaran di kelas.
            Sebelumnya penelitian yang sudah dilakukan oleh penelitian Widodo   dalam penelitian berjudul Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII/A Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian dari siklus I, II, dan III menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor bahwa pada siklus I ketuntasan belajar klasikal posttest belum tercapai yaitu ≤ 85%, siklus II dan siklus III sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar klasikal pretest dan posttest yaitu ≥85%. Meningkatnya aktivitas belajar siswa juga diiringi peningkatan hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor sehingga tak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Berdasarkan fakta tersebut, maka Penelitian Tindakan Kelas ini memfokuskan pada Upaya meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen”.

1.2   Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu :
1)      Kurangnya kemampuan dan pemahaman siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru
2)      Strategi dan metode yang digunakan oleh guru tidak efisien untuk menumbuhkan kemampuan siswa dalam hasil belajar
3)      Guru kurang mengarahkan siswa dalam menuangkan isi pikirannya dalam hasil belajar.

1.3   Rumusan Masalah
       Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1)      Bagaimanakah peningkatan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model Pembelajaran Berbasis Masalah?
2)      Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa dalam peningkatan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model Pembelajaran Berbasis Masalah?
3)      Bagaimanakah respon siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah?

1.4   Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1)      Meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
2)      Mengamati kegiatan atau aktivitas guru dan siswa dalam peningkatan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
3)      Mengetahui bagaimana respon siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

1.5   Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis, sebagai berikut :
1.    Manfaat Teoritis
Setelah dilakukan penelitian tentang “Upaya meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen”.
2.    Manfaat Praktis
a.     Sekolah
     Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam memilih untuk membantu guru dan siswa agar  terjadinya pembelajaran yang berkompentesi dan kebehasilan dicapai dalam melaksanakan kegiatan proses pemelajaran berlangsung.
b.    Dinas pendidikan
Penelitian ini diharapkan sesuai dengan pelaksanaan yang harus tercapai dan bisa dilaksanakan di dalam pendidikan. Agar membantu sekolah dan dewan guru dengan peserta didiknya untuk  kecapaian hasil proses pembelajaran berlangsung.
c.     Guru
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang proses pembelajaran dan menjadi masukan untuk guru kelas     dalam menyampaikan materi pembelajaran secara efektif dan efisien
d.    Siswa
Penelitian ini  diharapkan dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran secara mudah dan dapat belajar secara aktif sehingga dapat membangun pengetahuannya sendiri melalui hasil belajar pada pelajaran IPS materi jenis-jenis pekerjaan.
e.     Pembaca
            Penelitian ini dapat dijadikan seseorang mudah memahami dan mudah menerapkan dan mampu meningkatkan kualitas dalam melaksanakannya atau mempermudah proses pelaksanaannya dalam keseriusan ingin melaksanakan proses pembelajaran dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian       
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Siswa yang dijadikan subyek penelitian adalah kelas IV SD Negeri 3 Bireuen.
2.    Penelitian ini di laksanakan pada semester Ganjil tahun pelajaran 2018/2019

1.7  Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran yang dipakai dalam judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilahnya. Adapun istilah yang perlu dijelaskan antara lain adalah sebagai berikut:
a.         Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah belajar yaitu meliputi kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil belajar siswa khususnya tahap kognitif dapat dilihat dari perolehan nilai mata pelajaran, afektif  bisa dinilai dari sikap perubahan tingkah laku siswa, psikomotorik dapat dilihat keterampilan dalam menjawab pertanyaan.
b.        Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah di mana siswa dituntut untuk mengembangkan pengetahuan mereka dengan cara memecahkan permasalahan yang ada sehingga dapat menyusun rancangan secara sistematis, dan bisa mengembangkan pengetahuan yang lebih tinggi.




BAB II
LANDASAN TEORI
           
2.2  Pengertian Belajar
          Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Abdillah 2002, dalam Aunurrahman( 2011: 35) belajar adalah suau proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Dapat disimpulkan belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.2.1  Pengertian  Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2010:41), “hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan”. Menurut Slameto (Khairani, 2011:19) hasil belajar dipengaruhi oleh faktor faktor internal siswa, faktor eksternal siswa dan faktor pendekatan belajar. Hasil belajar merupakan pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilann motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa dari menjawab pertanyaan  materi yang berkenaan pelajaran. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar didalam mata pelajaran tersebut disekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2002: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita (Sudjana, 2002:22). Dapat disimpulkan hasil belajar bekenaan dengan pemikiran kognitif yaitu pengetahuan secara luas afektif yaitu sikap perubahan tingkah laku dan psikomotorik ketrampilan dalam menjawab pertanyaan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa.
Menurut Sudjana (2004:22) menyatakan bahwa
“Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima  pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang optimal, banyak dipengaruhi oleh beberapa komponen dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain bagaimana cara menyampaikan materi, metode belajar yang diterapkan, media pembelajaran yang digunakan, serta bagaimana interaksi yang terjalin antara guru dan siswa untuk menciptakan komunikasi dua arah”.

Annurrahman ( 2009) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya. Suatu proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa.
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar itu adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2.2.2  Macam-Macam Aspek Hasil Belajar
Ada tiga macam aspek hasil belajar dinilai dalam kegiatan pembelajaran (Arikunto, 2006: 21)
1.      Aspek kognitif  yang berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual , beberapa kategori yang mencakup yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension)penerapan (application) analisi (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Yaitu kemampuan dan intelektual yang diperoleh siswa, dilihat dari C1-C6, pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2.      Aspek afektif yang berkitan dengan perasaan , sikap, minat, dan nilai. Kategori aspek afektif yaitu penerimaan (receving), penaggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organication) dan pembentukan pola hidup. Berkaitan dengan sikap perilaku siswa yang telah berubah baik perubahan positif maupun negatif.
3.      Aspek psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan kordinasi syaraf. Kategori dalam aspek psikomotorik yaitu persepsi(perception) kesiapan (set)rakan terbimbing (guided respon ), penyesuaian ( adaptation )dan kreatifitas. Aspek  yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam keterampilan menjawab pertanyaan atau membuat penugasan.

2.2 .3 Faktor-Faktor Yang  Dapat Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam ( islamuddin, 2012:181) yaitu :
1.      Faktor internal (faktor dari diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.  Yaitu  berkaitan dengan didalam diri siswa dilihat dari keadaan perubahan dari dalam prilaku siswa meliputi jasmani rohani.
2.      Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Yaitu berkaitan dengan kondisi lingkungan baik buruknya lingkungan yang dialami sehiggga dapat berubahnya tingkah laku
3.      Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi  dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiaatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Yaitu berkaitan dengan perubahan di dalam dirisiswa melalui pendekatan belajar baik didalm strategi dan metode yang dilakukan oleh guru.




2.3 Pembelajaran Berdasarkan Masalah
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut Arends (1997) dalam Suprihatiningrum (2016), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa mengerjakan permasalahan yang ontentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berfikir tingkat lebih tinggi , mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah yaitu dimana siswa dituntut untuk mengembangkan pengetahuan mereka sendiri untuk tercapainya tingkat hasil belajar.
Menurut Tan (2003) dalam Rusman (2013), Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasar masalah yaitu adanya perubahan didalam pembelajaran yaitu adanya dituntut untuk berfikir siswa lebih diutamakan melalui proses kegiatan baik dalam kerja kelompok atau satu regu , sehingga siswa dapat mengasah, menguji, dan mengembangkan pengetahuan berpikir secara berkelanjutan.



2.3.2 Teori Belajar, Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Masalah      
            Dari segi paedagogis, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruktivisme (Schmidt, 1993;Savery dan Duffy, 1995; Hendry  dan Murphy, 1995 dalam Rusman (2013)) dengan ciri:
a.       Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan belajar.
b.      Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.
c.       Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.

            Dapat disimpulkan bahwa Teori Belajar, Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan pemahan yang didapatkan dari skenario permasalahan yang ada dari lingkungannya,dengan adnya perjuangan dalam mendapatkan informasi yang yang jelas serta dapat memecahkan masalah didalam ketidaknyamanan seseorang dalam pengetahuan serta bergerak dalam belajr. Dan pengetahuan terjadi melalui proses adanya tukar pendapat didalam ide-ide yang dikeluarkan oleh orang lain maupun teman, sehingga dapat menyelesaikan tujuan yang berbeda bertentangan sehingga dapat mengevaluasi terhadap sebuah pemikiran seseorang. 

2.3.3 Teori Belajar Yang Melandasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
 Selain teori  belajar konstruktivisme, ada beberapa teori belajar lainnya yang melandasi pendekatan PBM, yakni sebagai berikut:
1)      Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel
      Ausubel  (suparno,1997) dalam suprihatiningrum (2016) membedakan antara belajar bermakna (rote learning). Belajar bermakna merupakan proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama sekali tidak berhubangan dengan yang telah diketahuinya. Kaitan dengan PBM dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah oleh siswa. Dapat disimpulkan bahwa Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel yaitu terori yang  melandaskan bahwa belajar bukan hanya sekedar belajar, tetapi belajar juga mendapatkan pengetahuan yang luas dan mendapatkan memecahkan permasalahan yang terjadi.
2)      Teori Belajar Vigotsky
Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya  kemudian membangun pengertian baru. Ibrahim dan Nur (2000:19) dalam suprihatiningrum (2016) Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentukknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan PBM dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain. Dapat disimpulkan bahwa  Teori Belajar Vigotsky yaitu teori perkembangan kognitifnya lebih tinggi dikarenakan adanya kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya sehingga adanya interaksi sosial kemudian terbentuknya ide baru, ide tersebut dapat berkembang dan memperoleh  perkembangan intelektual siswa
3)      Teori Belajar Jerome S. Bruner
      Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manuasia, dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertaiinya, serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1989: 103) dalam suprihatiningrum (2016).  Dapat disimpulkan bahwa Teori Belajar Jerome S. Bruner metode yang menemukan kembali apa yang telah dipelajari bukan menemuka masalah yang baru tetapi masalah yang telah dikenal, dan berusaha kembali mencari pengetahuan yang baik dan bisa memecahkan permasalahan yang ada.
Bruner juga menggunakan konsep scaffolding dan interaksi sosial dikelas maupun diluar kelas. Scaffolding adalah suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, atau teman atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.

2.3.4 Ciri-Ciri Khusus Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Menurut Arends (1997:349) dalam Suprihatiningrum (2016), model PBL memiliki karakteristik sebagai berikut.
1.      Pengajuan  pertanyaan atau Masalah
Adanya keberanian siswa didalam mengajukan pertanyaan kepada guru dan disini mereka mengajukan pertanyaan yang bersifat kritis atau Bukan hanya pertanyaan yang tidak relefan tetapi pertanyaan yang dapat memecahkan masalah yang ada. Sehingga terjadinya pemikiran-pemikiran yang efektif serta dapat meningkatkan kognitif yang tinggi.
2.      Berfokus Pada Keterkaitan Antardisiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran (IPA, matematika, Ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah dari banyak mata pelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat berfokus didalam mata pelajaran yang diwajibkan disekolah dasar.
3.      Penyelidikan Autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyeldikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan mengaalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.Sihingga memudahkan siswa dalam menyimpulkan permasalahan dalam penyelidikan.
4.      Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata  dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.Produk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang  akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mempertunjukkan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau  makalah.
5.      Kolaborasi
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagai inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir. Dapat menukar ide pemikiran dalam pengetahuan dengan tema-teman, sehingga adanya pemikiran-pemikiran yang kritis dan kreatif dari ide-ide tersebut.


2.3.5 Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Uden & Beaumont (2006: 57) dalam Suprihatiningrum (2016),  menyatakan beberapa keuntungan yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan PBL, yaitu:
1.      Mampu mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuannya;
2.      Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, hasil belajar, dan ketrampilan komunikasi;
3.      Mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi;
4.      Menikmati belajar;
5.      Meningkatkan motivasi;
6.      Bagus dalam kerja kelompok;
7.      Mengembangkan belajar strategi belajar;
8.      Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
            Dapat disimpulkan bahwa manfaat pembelajran berbasis masalah ini adalah mampu mengingat informasi yang ada serta luasnya pengetahuan yang didapat. Mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah , sehingga dapat hasil belajar dan ketrampilan komunikasi yang baik. Mengembangkan interasi satu sama lain. Meningkatkan semangat didalam belajar. Bagus didalam kerja kelompok sehingga menimbul rasa semangat belajr bersama-sama dengan teman. Mengembangkan belajar dengan cara yang efektif dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara dengan guru dan teman dalam proses pembelajaran berlangsung.

2.3.6 Kekurangan
            Selain memiliki kelebihan, pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kekurangan, yaitu:
a)      Jika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencoba.
b)      Keberhasilan dalam model pembelajaran ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c)      Tanpa pemahaman tentang pentingnya pemecahan masalah yang sedang dipelajari, siswa tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

2.3.7 Langkah-Langkah Pembelajaran Berdasarkan Masalah
            Menurut Ibrahim, (2003: 13) dalam Suprihatiningrum (2016) sintax pembelajaran berdasarkan masalah yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena, demontrasi, atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi siwa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evalusi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Adapun Langkah-Langakah Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah :
1)      Tahap -1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan materi yang diajarkan, menjelaskan ilmu-ilmu yang dibutuhkan oleh siswa, serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2)      Tahap -2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk dalam mencari atau mendefinisikan dan menyusun tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3)      Tahap -3
Membimbing penyelidik individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, serta mencari dengan cara menyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecehan msasalah.
4)      Tahap -4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan  karya-karya           yang sesuai di dalam hasil karyanya atau tugasnya.


5)      Tahap -5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk dalam mencari atau mendefinisikan dan menyusun tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

2.4 Pembelajaran IPS
2.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
          Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang membahas tentang keadaan sosial yaitu keadaan yang berhubungan dengan masyarakat baik dimasa lampau hingga masa kini. Karena pada umumnya ilmu pengetahuan sosial tidak terlepas kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, jadi peserta didik diwajibkan untuk mempelajari ilmu pengetahuan sosial agar kedepannya lebih memahami serta mudah menghadapi perkembangan masyarakat.
Saidiharjo (1996:4) Hidayati (2010) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Maka dari itu mata pelajaran tersebut digabungkan karena mempunyai karakter yang sama, kemudian dapat dipadukan menjadi satu bidang studi atau satu mata pelajaran yaitu sebagai Ilmu Pengetahuan Sosial. Dengan demikian bahwa IPS adalah bidang studi yang tidak dapat terpisah yaitu sebagai disiplin ilmu, maksudnya tidak mengenal pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu.
Moeljono Cokrodikardjo : IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari. Maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang mengkaji berbagai aspek kehidupan baik di dalam masyarakat, di negara maupun diluar negeri. Yaitu bertujuan untuk memahami, mempelajari, memikirkan pemecahan masalah-masalah yang ada di masyarakat, dengan bertujuan mendidik warga negara menjadi berakhlak yang baik.

2.4.2 Hakikat Pembelajaran IPS
            Salah satu mata pelajaran wajib dan ditemukan dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sampai sekolah menegah atas yaitu pada mata pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS adalah adalah mata pelajaran yang merupakan integrasi dari beberapa mata pelajaran seperti sejarah, geografi, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya (Sapriya,2009:7) dalam Safitri, (2016). Hakikat IPS, adalah telaah berbagai tentang keadaan manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia harus mengahadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan. Bagaimana keserasian hidup dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan hakikat ips antara lain berinteraksin sesamanya yaitu dengan ibu, ayah, dan keluarganya, serta dengan teman-temannya. Disini dia akan mendapatkan pengalaman bagaimana seluk beluk kehidupan ini, sehingga dari pengalaman tersebut dia bisa menjalankan kehidupannya dengan mudah.

2.4.3 Tujuan Pembelajaran IPS
          Tujuan pembelajaran IPS (Somantri, M, 2001) dalam Safitri, (2016) adalah menjadikan peserta didik menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, ahli pengetahuan sosial lainnya, menjadi warga negara yang baik dari pengintegerasian beberapa disiplin ilmu sosial. Pembelajaran IPS juga diharapkan mampu menampung peserta didik meneruskan pendidikan ke universitas maupun langsung dapat menerapkan dalam kehidupan dalam masyarakat. Oleh sebab itu pembelajaran ips diwajibkan untuk dipelajari agar peserta didik menjadi anak bangsa yang baik dan bisa menjalankan kehidupannya dari pengalaman lingkungan sosialnya baik di masyarakat maupun bersama keluarga.
Tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagimana tecantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari (Depdiknas, 2006) Hidayati (2010).
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Mata pelajaran IPS tercantum dalam struktur Kurikulum 2013 untuk SD/MI danSMP/MTs sedangkan di SMA dan SMK tidak ada mata pelajaran IPS tetapi mata pelajaran yang terkait dengan disiplindisiplin ilmu yang secara tradisional dikelompokkan ke dalam kelompok Ilmuilmu Sosial atau dengan kata lain IPS sebagai mata kuliah terpadu terdapat di SD/MI dan SMP/MTs sedangkan untuk jenjang SMA/MA dan SMK/MAK terdapat IPS dengan pendekatan separated.
 Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran IPS diwajibkan untuk dipelajari agar peserta didik menjadi anak bangsa yang baik atau dibentuknya suatu karakter anak bangsa dan bisa menjalankan kehidupannya dari pengalaman lingkungan sosialnya baik di masyarakat maupun bersama keluarga, sehingga terciptanya kerukunan didalam keluarga dan dimasyarakat. Pembelajaran IPS juga, tidak terlepas dari penyelesaian permasalahan yang ada didalam kehidupan yang nyata.

2.5. Materi yang Diangkat
2.5.1  Pengertian Pekerjaan
Sumber: Google

          Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Istilah ini dapat dilihat dari provesi seseorang dalam bekerja.Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai Karir.Seseorang mungkin bekerja pada beberapa perusahaan selama karirnya tapi tetap dengan pekerjaan yang sama.
          Jadi pekerjaan itu adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang di lakukan oleh manusia atau seseorang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. karena dengan sesorang mempunyai pekerjaan maka kebutuhan hidup sesorang bisa terpenuhi.
2.5.2  Jenis-Jenis Pekerjaan
Jenis-jenis pekerjaan terbagi dua macam yaitu:
1.        Pekerjaan yang Menghasilkan Barang
2.        Pekerjaan yang menghasilkan jasa  
        Ada yang menghasilkan barang dan ada pula yang menghasilkan jasa. Contoh pekerjaan yang menghasilkan barang, misalnya orang yang tinggal di dekat perkebunan kelapa. Ia dapat bekerja sebagai pembuat sapu dan keset dengan memanfaatkan sabut kelapa. Ada juga orang yang menggunakan tanah Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan dapat mengenal jenis-jenis pekerjaan dan dapat memahami pentingnya semangat kerja. untuk membuat genteng, batu bata, dan gerabah. Pekerjaan yang menghasilkan bahan makanan, misalnya pembuat tahu, membuat tempe, membuat roti, membuat bakpao, serta berbagai macam makanan lain. Selain membutuhkan barang, orang hidup juga membutuhkan jasa. Jasa diperoleh dari orang lain. Untuk mendapatkan jasa, harus ada imbalan tertentu. Seseorang yang telah memberikan jasa akan menerima imbalan. Imbalan atau upah biasanya berupa uang.

2.5.3  Pekerjaan Yang Menghasilkan Barang
            Pekerjaan yang menghasilkan barang adalah pekerjaan  yang menghasilkan sesuatu barang yang bisa di pergunakan oleh seseorang. Dan   contoh dari pekerjaan yang menghasilkan barang seperti penjual kue,petani peternak dan masih banyak lagi.


2.5.4  Pekerjaan Yang Menghasilkan Jasa
            Pekerjaan yang menghasilkan jasa adalah suatu pekerjaan yang di mana dari hasil pekerjaanya bisa di nikmati dan di rasakan oleh orang lain .dan pada pekerjaan yang menghasilkan jasa ini tidak menghasilkan barang.contoh dari pekerjaan yang menghasilkan jasa ini seperti guru,dokter,tukang potong rambut,polisi dan masih banyak lagi. Jenis pekerjaan ini menghasilkan jasa yang dibutuhkan  oleh masyarakat. Kita membutuhkan  pendidikan,layanan kesehatan, layanan transportasi, dan lain-lain. Dokter merupakan pekerjaan yang menghasilkan jasa dalam bidang kesehatan.

2.6 Penelitian yang Relevan
            Hasil penelitian Widodo   dalam penelitian berjudul Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII/A Mts Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian dari siklus I, II, dan III menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor bahwa pada siklus I ketuntasan belajar klasikal posttest belum tercapai yaitu ≤ 85%, siklus II dan siklus III sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar klasikal pretest dan posttest yaitu ≥85%. Meningkatnya aktivitas belajar siswa juga diiringi peningkatan hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor sehingga tak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.


2.7  Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Upaya dalam meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen”.














BAB III
METODE PENELITIAN

3.1   Pendekatan dan Jenis Penelitian
            Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah se-bagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif  lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2012 dalam Hayati, 2015). Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh pemahaman mendalam mengenai suatu gejala atau perilaku dalam masyarakat atau kelompok masyarakat. Hasil penelitian ini berupa data deskriptif berbentuk penjelasan atau interprestasi mendalam dan menyeluruh mengenai aspek tertentu. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Berdasarkan penjelasan Kemmis dan Mc Taggart tersebut, dapat dicermati pengertian PTK secara lebih rinci dan lengkap. PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan (Septiwiharti, dkk. 2012).
Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif, yakni peneliti akan bekerja sama dengan tim kerja penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan berkolaborasi dengan guru kelas. Peneliti dalam penelitian ini, berperan sebagai observer, sedangkan guru kelas berperan sebagai pengajar. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan mencoba memperbaiki kemampuan dalam hasil belajar siswa. Dalam upaya meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis pekerjaan

3.2  Kehadiran penelitian
Seperti yang telah dirumuskan pada tujuan penelitian ini maka adapun tujuan dari peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menetapkan data tentang kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen pada materi pembelajaran IPS materi jenis-jenis pekerjaan berdasarkan gambar. Selain itu tujuan kehadiran peneliti dalam penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen dalam pembelajaran IPS materi jenis-jenis pekerjaan berdasarkan gambar, melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah. Selain sebagai instrumen utama, peneliti juga sebagai pemberi tindakan, sebagai instrumen utama peneliti bertindak sebagai perencana, pengamatan, dan pengumpulan data. Sebagai pemberi tindakan, peneliti bertindak sebagai pengajar yang membuat rancangan pembelajaran sekaligus menyampaikan bahan kepada murid peneliti di bantu oleh dua orang kolaborator berfungsi untuk mengamati proses belajar mengajar.
Siklus Model Kemmis & MC Taggart

3.3  Lokasi dan Waktu Penelitian
          Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Bireuen. Sekolah Dasar yang bertempat di Kabupaten Bireuen Jalan Laksamana Malahayati ini merupakan Sekolah Dasar yang sama dengan Sekolah yang berada di daerah lainnya pada umumnya yang memiliki banyak siswa dan fasilitas sekolah yang lengkap, sekolah dasar ini  juga dapat dijangkau oleh siswa baik dengan bersepeda, diantar, atau berjalan kaki. Alasan pemilihan Sekolah Dasar Negeri 3 Bireuen adalah lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti dan peneliti menemukan permasalahan yang perlu dipecahkan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2018/2019.




3.4  Data dan Sumber
Tabel 3.2 Kegiatan dan Waktu Penelitian
NO
Kegiatan Penelitian
Bulan
September
Oktober
November
Desember
Januari
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Rancangan proposal




















2
Pembuatan intrumen




















3
Izin penelitian disekolah




















4
Pelaksanaan penelitian disekolah




















5
Analisis data




















6
Laporan hasil





















            Adapun data dalam penelitian ini hasil tes, yang meliputi tes awal dan tes akhir, hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa, hasil wawancara tehadap subjek penelitian dan hasil catatan dilapangan. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Kabupaten Bireuen yaitu 25 orang.

3.5  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, antara lain sebagai berikut:
a)      Tes
Tes dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur kemampuan menjawab pertanyaan. Tes ini dilakukan pada pertemuan terakhir di setiap siklus. Setiap siswa diharuskan untuk mengerjakan tes mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan materi.


b)      Observasi
Observasi dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan guru dan siswa dalam menjawab pertanyaan berdasrkan gambar dengan model PBM pada siswa kelas IV SDN 3 Bireuen. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini adalah lembar pengamatan terhadapn aktivitas guru dan aktivitas siswa saat proses pembelajaran.
c)      Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas IV. Wawancara dilakukan oleh peneliti pada saat sebelum penelitian, saat proses penelitian dan sesudah penelitian. Teknik ini dilakukan sebelum penelitian dan hasilnya untuk menggali informasi yang dibutuhkan oleh peneliti guna dijadikan sebagai bahan latar belakang masalah. Teknik ini dilakukan pada saat proses penelitian, dan hasilnya guna dijadikan acuan atau dasar untuk bahan perbaikan (refleksi) pada siklus selanjutnya, sedangkan teknik ini dilakukan setelah penelitian dan hasilnya untuk mengetahui hail dari penelitian.

3.6   Teknik Analisis Data
            Data di analisis dengan teknik kualitatif. Adapun langkah-langkahnya yaitu (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, dan (3) menarik kesimpulan. Ketiga langkah tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut :
1)      Mereduksi data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum atau mengumpulkan data, yaitu data hasil tes awal, tes akhir, observasi, dan hasil wawancara.

2)      Menyajikan data (Data Display)
Setelah mereduksi data maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data-data tersebut di sajikan dalam bentuk uraian singkat secara naratif.
3)      Menarik kesimpulan (Conclusion drawing/verifikasi)
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan berupa deskripsi atau penjelasan secara jelas dan singkat tentang penerapan model pembelajaran PBM dalam meningkatkan kemampuan ketrampilan hasil belajar berdasarkan pada gambar siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen  Kabupaten Bireuen.
1.        Ketuntasan Klasikal
Keterangan:
PTK = Persentase tuntas klasikal
T = Jumlah siswa yang tuntas
S = Jumlah siswa seluruhnya
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika persentase klasikal mencapai 80%.

2. Daya Serap
- Daya Serap Individu
Keterangan:
DSI = Daya Serap Individu
R = Skor yang Diperoleh Siswa
Rt = Skor Maksimal Soal
Suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal, jika persentase daya serap klasikal
sudah mencapai 80% dan individu 65%. (Depdiknas,2005:17).
a.       Nilai Rata-rata
Analisis data hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru/peneliti menggunakan analisis persentase skor untuk indikator kurang diberi skor 1, sedang diberi skor 2, baik diberi skor 3, dan sangat baik diberi skor 4. Selanjutnya dihitung persentase rata-rata dengan rumus (Depdiknas, 2005:27).
Kriteria taraf keberhasilan tindakan dapat ditentukan sebagai berikut:
75% < NR 100% = Sangat Baik
50% < NR 75% = Baik
25% < NR 50% = Sedang
0% < NR 25% = Kurang

3.7  Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data maka peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu :
1.      Konsultasi dengan tim sejawat
2.      Diskusi dengan tim sejawat
3.      Membandingkan hasil kerja pada tes awal dan akhir tindakan, hasil wawancara dan penataan selanjutnya diambil kesimpulan.

3.8  Tahap-Tahap Penelitian
Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam rangka melaksanakan pembelajaran IPS berdasarkan gambar dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pelaksanaan ini adalah sebagai berikut:
1)      Tahap persiapan (perencanaan)
a)      Menyiapkan silabus
b)      Membuat rencana pembelajaran (RPP)
c)      Menyiapkan materi dan kegiatan belajar
d)     Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)
e)      Menyiapkan perangkat tes yang meliputi tes awal yang meliputi tes awal dan tes akhir
f)       Membuat lembar observasi kegiatan guru dan siswa.
g)      Menyiapkan format wawancara terhadap terhadap siswa.
2)      Tahap pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya yaitu:


a)      Wawancara
pelaksanaan wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan kegitan belajar dengan menggunakan model PBM pada materi pembelajaran IPS berdasarkan gamabar, maupun melalui dengan menggunakan format wawancara yang telah disediakan, wawancara dilakukan terhadap 3 siswa yang akademiknya baik, sedang, dan rendah.
b)      Observasi
Pada tahap ini, dilakukan observasi terhadap siswa dan guru dalam belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan ini di lakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar.
c)      Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kembali hasil tindakan yang telah dilakukan. Sehingga dapat diketahui kekurangan dari tindakan tersebut. Selanjutnya, apabila ada kekurangan dalam tindakan, dilakukan perbaikan atau solusi pada pelaksanaan selanjutnya.





DAFTAR PUSTAKA


Annurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hayati. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia

Hidayati. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Islamuddin. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khairani. 2011. Psikologi Pendidikan. Cetakan Pertama. Yogyakarta:UNY Press

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Safitri. 2016. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-ruzz.

Saidiharjo.1996. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. (Buku 1). Yogyakarta: FIP IKIP.

Septiwiharti. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Subana. 2006. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia

Sudjana. 2002. Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sudjana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :Sinar Baru Algensido Offset.

Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi Pembelajaran, Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.






KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah Yang Mahakuasa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal ini, segenap usaha dan kerja keras yang dilakukan penulis dapat membuahkan hasil berkat izin dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian berjudul “Upaya meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen”.
            Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan proposal. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna sempurnanya proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca, dan khususnya bagi para pendidik untuk meningkatkan hasil belajar siswa.



Bireuen,  Januari 2019









Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH PENGETAHUAN DASAR KOMPUTER

PENGETAHUAN DASAR KOMPUTER DISUSUN OLEH:               NAMA              :                NPM                  :                MK                    : APLIKASI KOMPUTER               DOSEN             :                                       , M.Kom            ...

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA TK AL- REZA

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA TK AL- REZA DISUSUN OLEH: NAMA              :          NPM                 :          DOSEN             :           PRODI              :         PG-PAUD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ALMUSLIM BIREUEN 2019 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warohmatullahi wabaraokatuh Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga dapat melaksanakan observasi dan menulis laporan hasil observasi tepat pada waktunya. Dan ucapan terimakasi...

STUDI KASUS MISKOMUNIKASI ANTARA PIMPINAN DAN KARYAWAN PT CAHAYA MITRA UTAMA

STUDI KASUS MISKOMUNIKASI ANTARA PIMPINAN DAN KARYAWAN PT CAHAYA MITRA UTAMA DISUSUN OLEH : NAMA            :  NPM                :  MK                  : KEPEMIMPINAN PRODI            : ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ALMUSLIM BIREUEN 2019 Studi Kasus : Miskomunikasi antara pimpinan dan karyawan PT Cahaya Mitra Utama Miskomunikasi adalah salah satu akibat dari proses komunikasi yang tidak bisa diterima baik oleh kedua pihak, yang menyebabkan tujuan atau misi dari komunikasi tersebut tidak tercapai. Miskomunikasi biasa terjadi pada komunikasi antara kedua pihak. Miskomunikasi biasanya dikarenakan salah satu pihak tidak mengerti de...