Upaya meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa kelas IV SD Negeri
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan unsur penting dalam meningkatkan
kualitas manusia. Dalam proses tersebut banyak dinamisasi yang terjadi karena
pendidikan akan terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perkembangan tersebut terjadi pada aspek dan komponen pendidikan
seperti kurikulum, metode pembelajaran, model pembelajaran dan media
pembelajaran. Pendidikan yang bermutu dan berkualitas akan menunjang
keberhasilan siswa. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang
didalamnya terdapat komponen penting yaitu pendidikan dan peserta didik.
Peserta didik yang utuh dan berkualitas, adalah peserta didik yang seimbang
antara kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang di dapatkan melalui
proses pembelajaran disekolah. Pendidikan dalam ruang lingkup sekolah bertugas
menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Posisi pendidik sangat menentukan
keberhasilan proses pembelajaran peserta didik.
Guru juga mempunyai
peranan yang penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Seorang guru bukan hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa, namun guru harus mampu menciptakan kondisi
dan situasi yang memungkinkan pembelajaran berlangsung secara efektif.
Kemampuan hasil belajar siswa merupakan kemampuan yang perlu dilatih dan
dikembangkan anak sejak usia dini, terutama ketika di bangku sekolah Dasar. Menurut
Purwanto (2010:41), “hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh
siswadalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diterapkan”. Menurut Slameto (Khairani, 2011:19) hasil belajar dipengaruhi oleh
faktor faktor internal siswa, faktor eksternal siswa dan faktor pendekatan
belajar.
Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa
di sekolah adalah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Proses
belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru
sebagai pemegang peran utama. Kemampuan hasil belajar akan muncul dalam diri
siswa apabila selama proses belajar di dalam kelas, guru membangun pola
interaksi dan komunikasi yang lebih menekankan pada proses pembentukan
pengetahuan secara aktif oleh siswa. Hasil belajar erat
hubungannya dengan daya-daya jiwa yang lain, seperti dengan, ingatan, sikap,
keterampilan. Ingatan memegang
peranan penting dalam hasil belajar. Ingatan merupakan syarat yang harus ada
dalam hasil belajar, karena memberikan pengalaman-pengalaman dari pengamatan
yang telah lampau. Pengertian, meskipun merupakan belajar dapat memberi bantuan yang besar pula
dalam proseshasil belajar.
Sejalan dengan konsep hasil
belajar tersebut di atas, penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah
adalah metode yang mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya tanpa
bantuan khusus. Karena itu bagi pendidikan
sangatlah penting untuk mendorong anak menemukan penyelesaian soal. Metode
pembelajaran yang berbasis masalah ini menekankan pada proses pemecahan suatu
masalah dengan penentuan alternatif pemecahan yang paling tepat. Adapun langkah
pelaksanaan metode yang berbasis masalah ini adalah sebagai berikut: (a)
Merumuskan permasalahan; (b) Menelaah permasalahan; (c) Membuat/ merumuskan pemecahan
masalah; (d) Menentukan pilihan pemecahan/ kesimpulan.
Permasalahan yang terjadi
berdasarkan kenyataan lapangan, hasil observasi pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 3 Bireuen. Ditemukan
adanya permasalahan dalam hasil belajar siswa, adapun permasalahannya adalah
siswa kesulitan ketika pembelajaran berlangsung, tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
gurunya, dan pada saat proses pembelajaran, kurang aktif yang ditandai dengan
siswa tidak mau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Perilaku siswa tersebut
dikarenakan penggunaan variasi pembelajaran yang tidak menarik dan kurang
memanfaatkan media pembelajaran yang menarik adapun media yang dipakai yaitu
menggunakan buku paket, kemudian siswa hanya disuruh membaca. Hal ini
menyababkan hasil belajar siswa rendah, dapat dilihat beberapa siswa yang belum
bisa menjawab pertanyaan dari gurunya, diakibatkan kurang percaya diri dalam
menyampaikan sesuatu, sehingga kurang memiliki hasil belajar yang maksimal
dilihat dari ketentuan (KKM).
Dari hasil pengamatan di
kelas, permasalahan kurangnya hasil belajar siswa, maka perlu segera dilakukan
perbaikan terhadap pembelajaran IPS mengenai materi jenis-jenis pekerjaan,
melalui kegiatan penelitian tindakan kelas, sebagai upaya meningkatkan hasil
belajar siswa. Mengingat peran penting Ilmu Pengetahuan Sosial dalam berbagai
segi kehidupan siswa, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang,
karena IPS menjadi salah satu mata pelajaran wajib dalam tingkat pendidikan
yang lebih tinggi.
Untuk meningkatkan hasil
belajar siswa di sekolah dibutuhkan suatu model pembelajaran yang aktif serta
kreatif, yang mampu merangsang kemampuan kognitif, afektis dan psikomotorik siswa
untuk lebih berkembang. Meningkatkan hasil belajar
siswa dalam menyelesaikan soal. Salah satunya dengan menerapkan suatu model
pembelajaran dan media pembelajaran dalam IPS. Berdasarkan permasalahan penulis
menepatkan solusi dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah, karena
model ini tepat untuk digunakan dalam hasil belajar siswa.
Alasan penulis menerapkan
model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran IPS, karena model
pembelajaran ini memudahkan guru untuk mengajarkan materi jenis-jenis pekerjaan,
sehingga mempermudahkan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan guru
saat proses pembelajaran di kelas.
Sebelumnya
penelitian yang sudah dilakukan oleh penelitian Widodo
dalam
penelitian berjudul Peningkatan
Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode
Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII/A Mts Negeri
Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil
penelitian dari siklus I, II, dan III menunjukkan adanya peningkatan aktivitas
belajar siswa dan hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor bahwa pada siklus I ketuntasan belajar klasikal posttest belum
tercapai yaitu ≤ 85%, siklus II dan siklus III sudah memenuhi kriteria
ketuntasan belajar klasikal pretest dan posttest yaitu ≥85%. Meningkatnya
aktivitas belajar siswa juga diiringi peningkatan hasil belajar baik dari aspek
kognitif, afektif maupun psikomotor sehingga tak perlu dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
Berdasarkan fakta tersebut, maka Penelitian Tindakan
Kelas ini memfokuskan pada “Upaya meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model
Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal
jenis-jenis pekerjaan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diidentifikasikan
beberapa masalah yaitu :
1)
Kurangnya
kemampuan dan pemahaman siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru
2)
Strategi
dan metode yang digunakan oleh guru tidak efisien untuk menumbuhkan kemampuan
siswa dalam hasil belajar
3)
Guru
kurang mengarahkan siswa dalam menuangkan isi pikirannya dalam hasil belajar.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat
dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1)
Bagaimanakah peningkatan
kemampuan hasil belajar siswa melaui Model Pembelajaran Berbasis Masalah?
2)
Bagaimanakah aktivitas guru dan
siswa dalam peningkatan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model Pembelajaran
Berbasis Masalah?
3)
Bagaimanakah
respon siswa saat proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1)
Meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model
Pembelajaran Berbasis Masalah.
2)
Mengamati kegiatan atau aktivitas guru dan
siswa dalam peningkatan kemampuan hasil belajar siswa melaui Model
Pembelajaran Berbasis Masalah.
3) Mengetahui bagaimana respon siswa saat proses
pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis
dan manfaat praktis, sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Setelah dilakukan penelitian tentang “Upaya
meningkatkan kemampuan hasil
belajar siswa melalui Model Pembelajaran
Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis pekerjaan siswa
kelas IV SD Negeri 3 Bireuen”.
2. Manfaat Praktis
a. Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam memilih
untuk membantu guru dan siswa agar
terjadinya pembelajaran yang berkompentesi dan kebehasilan dicapai dalam
melaksanakan kegiatan proses pemelajaran berlangsung.
b. Dinas pendidikan
Penelitian ini diharapkan sesuai dengan
pelaksanaan yang harus tercapai dan bisa dilaksanakan di dalam pendidikan. Agar
membantu sekolah dan dewan guru dengan peserta didiknya untuk kecapaian hasil proses pembelajaran
berlangsung.
c. Guru
Penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai pedoman dalam merancang
proses pembelajaran dan menjadi masukan untuk guru kelas dalam menyampaikan materi pembelajaran
secara efektif dan efisien
d. Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa memahami materi
pembelajaran secara mudah dan dapat belajar secara aktif sehingga dapat
membangun pengetahuannya sendiri melalui hasil belajar pada pelajaran IPS
materi jenis-jenis pekerjaan.
e. Pembaca
Penelitian
ini dapat dijadikan seseorang mudah memahami dan mudah menerapkan dan mampu
meningkatkan kualitas dalam melaksanakannya atau mempermudah proses
pelaksanaannya dalam
keseriusan ingin melaksanakan proses pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Siswa yang dijadikan subyek
penelitian adalah kelas IV SD Negeri 3 Bireuen.
2. Penelitian ini di laksanakan pada
semester Ganjil tahun pelajaran 2018/2019
1.7 Definisi
Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran yang dipakai
dalam judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilahnya. Adapun istilah
yang perlu dijelaskan antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Hasil
belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah belajar yaitu
meliputi kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil belajar siswa
khususnya tahap kognitif dapat dilihat dari perolehan nilai mata pelajaran,
afektif bisa dinilai dari sikap
perubahan tingkah laku siswa, psikomotorik dapat dilihat keterampilan dalam
menjawab pertanyaan.
b.
Model
pembelajaran berdasarkan masalah adalah di mana siswa dituntut untuk
mengembangkan pengetahuan mereka dengan cara memecahkan permasalahan yang ada
sehingga dapat menyusun rancangan secara sistematis, dan bisa mengembangkan
pengetahuan yang lebih tinggi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2 Pengertian
Belajar
Belajar
merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan
dan sikap. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia
untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Abdillah 2002, dalam Aunurrahman( 2011:
35) belajar adalah suau proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan
tertentu. Dapat disimpulkan belajar adalah proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2.2.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2010:41), “hasil belajar sebagai
tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diterapkan”. Menurut Slameto (Khairani, 2011:19) hasil
belajar dipengaruhi oleh faktor faktor internal siswa, faktor eksternal siswa
dan faktor pendekatan belajar. Hasil belajar merupakan pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
berpikir maupun keterampilann motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan
atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah
hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa dari menjawab
pertanyaan materi yang berkenaan pelajaran.
Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar didalam mata pelajaran tersebut
disekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada
pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2002: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam
bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1) keterampilan
dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita
(Sudjana, 2002:22). Dapat disimpulkan hasil belajar bekenaan dengan pemikiran
kognitif yaitu pengetahuan secara luas afektif yaitu sikap perubahan tingkah
laku dan psikomotorik ketrampilan dalam menjawab pertanyaan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa.
Menurut Sudjana (2004:22) menyatakan bahwa
“Pengertian
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar yang optimal, banyak dipengaruhi oleh beberapa komponen dalam kegiatan
belajar mengajar, antara lain bagaimana cara menyampaikan materi, metode
belajar yang diterapkan, media pembelajaran yang digunakan, serta bagaimana
interaksi yang terjalin antara guru dan siswa untuk menciptakan komunikasi dua
arah”.
Annurrahman ( 2009) mengemukakan bahwa hasil belajar
merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai
yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat
kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya. Suatu proses belajar mengajar
pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan
indikator untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa.
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil evaluasi yang dilakukan oleh
guru terhadap keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dapat
pula dikatakan bahwa hasil belajar itu adalah tingkat penguasaan yang dicapai
oleh siswa dalam mengikuti program pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
2.2.2
Macam-Macam Aspek Hasil Belajar
Ada tiga macam aspek hasil belajar dinilai dalam kegiatan
pembelajaran (Arikunto, 2006: 21)
1.
Aspek
kognitif yang berkaitan dengan hasil
belajar berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual , beberapa
kategori yang mencakup yaitu pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension)penerapan (application) analisi (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
Yaitu kemampuan
dan intelektual yang diperoleh siswa, dilihat dari C1-C6, pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2.
Aspek
afektif yang berkitan dengan perasaan , sikap,
minat, dan nilai. Kategori aspek afektif yaitu penerimaan (receving), penaggapan (responding),
penilaian (valuing), pengorganisasian
(organication) dan pembentukan pola
hidup. Berkaitan dengan sikap perilaku siswa yang telah berubah baik perubahan
positif maupun negatif.
3.
Aspek
psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik
dan syaraf, manipulasi objek dan kordinasi syaraf. Kategori dalam aspek
psikomotorik yaitu persepsi(perception) kesiapan
(set)rakan terbimbing (guided respon ), penyesuaian ( adaptation )dan kreatifitas. Aspek yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam
keterampilan menjawab pertanyaan atau membuat penugasan.
2.2 .3 Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam ( islamuddin, 2012:181) yaitu :
1.
Faktor
internal (faktor dari diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa. Yaitu
berkaitan dengan didalam diri siswa dilihat dari keadaan perubahan dari
dalam prilaku siswa meliputi jasmani rohani.
2.
Faktor
eksternal ( faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Yaitu berkaitan dengan kondisi lingkungan
baik buruknya lingkungan yang dialami sehiggga dapat berubahnya tingkah laku
3.
Faktor
pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiaatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Yaitu berkaitan dengan perubahan di dalam
dirisiswa melalui pendekatan belajar baik didalm strategi dan metode yang
dilakukan oleh guru.
2.3
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
Menurut Arends (1997) dalam Suprihatiningrum (2016),
pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran, yang
mana siswa mengerjakan permasalahan yang ontentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan ketrampilan berfikir
tingkat lebih tinggi , mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah
yaitu dimana siswa dituntut untuk mengembangkan pengetahuan mereka sendiri
untuk tercapainya tingkat hasil belajar.
Menurut Tan (2003) dalam Rusman (2013), Pembelajaran
Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM
kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,
mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasar masalah yaitu
adanya perubahan didalam pembelajaran yaitu adanya dituntut untuk berfikir
siswa lebih diutamakan melalui proses kegiatan baik dalam kerja kelompok atau
satu regu , sehingga siswa dapat mengasah, menguji, dan mengembangkan
pengetahuan berpikir secara berkelanjutan.
2.3.2 Teori Belajar, Konstruktivisme dan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Dari segi paedagogis, pembelajaran berbasis
masalah didasarkan pada teori belajar konstruktivisme (Schmidt, 1993;Savery dan
Duffy, 1995; Hendry dan Murphy, 1995
dalam Rusman (2013)) dengan ciri:
a. Pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan
lingkungan belajar.
b. Pergulatan dengan masalah dan proses inquiry masalah menciptakan
disonansi kognitif yang menstimulasi belajar.
c. Pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negosiasi sosial dan evaluasi
terhadap keberadaan sebuah sudut pandang.
Dapat disimpulkan bahwa Teori Belajar,
Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan pemahan yang
didapatkan dari skenario permasalahan yang ada dari lingkungannya,dengan adnya
perjuangan dalam mendapatkan informasi yang yang jelas serta dapat memecahkan
masalah didalam ketidaknyamanan seseorang dalam pengetahuan serta bergerak
dalam belajr. Dan pengetahuan terjadi melalui proses adanya tukar pendapat
didalam ide-ide yang dikeluarkan oleh orang lain maupun teman, sehingga dapat
menyelesaikan tujuan yang berbeda bertentangan sehingga dapat mengevaluasi
terhadap sebuah pemikiran seseorang.
2.3.3 Teori Belajar Yang Melandasi Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Selain
teori belajar konstruktivisme, ada
beberapa teori belajar lainnya yang melandasi pendekatan PBM, yakni sebagai
berikut:
1)
Teori Belajar
Bermakna dari David Ausubel
Ausubel (suparno,1997) dalam suprihatiningrum (2016)
membedakan antara belajar bermakna (rote learning). Belajar bermakna merupakan
proses belajar di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang sudah dimiliki seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal,
diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama
sekali tidak berhubangan dengan yang telah diketahuinya. Kaitan dengan PBM
dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah oleh siswa.
Dapat disimpulkan bahwa Teori Belajar Bermakna dari David Ausubel yaitu terori
yang melandaskan bahwa belajar bukan hanya
sekedar belajar, tetapi belajar juga mendapatkan pengetahuan yang luas dan
mendapatkan memecahkan permasalahan yang terjadi.
2) Teori Belajar Vigotsky
Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu
berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman,
individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang
telah dimilikinya kemudian membangun
pengertian baru. Ibrahim dan Nur (2000:19) dalam suprihatiningrum (2016)
Vigotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentukknya
ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan PBM dalam
hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi sosial dengan teman lain. Dapat
disimpulkan bahwa Teori Belajar Vigotsky
yaitu teori perkembangan kognitifnya lebih tinggi dikarenakan adanya kemampuan
pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya sehingga
adanya interaksi sosial kemudian terbentuknya ide baru, ide tersebut dapat
berkembang dan memperoleh perkembangan
intelektual siswa
3) Teori Belajar Jerome S. Bruner
Metode
penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang
sama sekali benar-benar baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manuasia, dengan sendirinya memberikan hasil yang
lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh
pengetahuan yang menyertaiinya, serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna (Dahar, 1989: 103) dalam suprihatiningrum (2016). Dapat disimpulkan bahwa Teori Belajar Jerome
S. Bruner metode yang menemukan kembali apa yang telah dipelajari bukan
menemuka masalah yang baru tetapi masalah yang telah dikenal, dan berusaha
kembali mencari pengetahuan yang baik dan bisa memecahkan permasalahan yang
ada.
Bruner juga menggunakan konsep scaffolding dan interaksi sosial dikelas
maupun diluar kelas. Scaffolding adalah
suatu proses untuk membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melampaui
kapasitas perkembangannya melalui bantuan guru, atau teman atau orang lain yang
memiliki kemampuan lebih.
2.3.4 Ciri-Ciri Khusus Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
Menurut Arends (1997:349) dalam Suprihatiningrum (2016),
model PBL memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Pengajuan
pertanyaan atau Masalah
Adanya keberanian siswa didalam mengajukan pertanyaan
kepada guru dan disini mereka mengajukan pertanyaan yang bersifat kritis atau
Bukan hanya pertanyaan yang tidak relefan tetapi pertanyaan yang dapat
memecahkan masalah yang ada. Sehingga terjadinya pemikiran-pemikiran yang efektif
serta dapat meningkatkan kognitif yang tinggi.
2. Berfokus Pada Keterkaitan Antardisiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran (IPA, matematika, Ilmu-ilmu sosial), masalah yang
akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa
meninjau masalah dari banyak mata pelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah dapat berfokus didalam mata pelajaran yang diwajibkan
disekolah dasar.
3. Penyelidikan Autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa
melakukan penyeldikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap
masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpulkan dan mengaalisis informasi,
melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan
kesimpulan. Sudah tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada
masalah yang sedang dipelajari.Sihingga memudahkan siswa dalam menyimpulkan
permasalahan dalam penyelidikan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili
bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.Produk tersebut dapat berupa
laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan
seperti yang akan dijelaskan kemudian,
direncanakan oleh siswa untuk yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh
siswa untuk mempertunjukkan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang
mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan
tradisional atau makalah.
5. Kolaborasi
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa
yang bekerja sama satu dengan yang lain, paling sering secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara
berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang
untuk berbagai inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial
dan keterampilan berpikir. Dapat menukar ide pemikiran dalam pengetahuan dengan
tema-teman, sehingga adanya pemikiran-pemikiran yang kritis dan kreatif dari
ide-ide tersebut.
2.3.5 Manfaat Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Uden & Beaumont (2006: 57) dalam
Suprihatiningrum (2016), menyatakan
beberapa keuntungan yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan
menggunakan pendekatan PBL, yaitu:
1.
Mampu mengingat dengan lebih baik informasi
dan pengetahuannya;
2.
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, hasil
belajar, dan ketrampilan komunikasi;
3.
Mengembangkan basis pengetahuan secara
integrasi;
4. Menikmati belajar;
5. Meningkatkan motivasi;
6. Bagus dalam kerja kelompok;
7. Mengembangkan belajar strategi belajar;
8. Meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Dapat
disimpulkan bahwa manfaat pembelajran berbasis masalah ini adalah mampu
mengingat informasi yang ada serta luasnya pengetahuan yang didapat.
Mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah , sehingga dapat hasil belajar
dan ketrampilan komunikasi yang baik. Mengembangkan interasi satu sama lain. Meningkatkan
semangat didalam belajar. Bagus didalam kerja kelompok sehingga menimbul rasa
semangat belajr bersama-sama dengan teman. Mengembangkan belajar dengan cara
yang efektif dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara dengan guru dan
teman dalam proses pembelajaran berlangsung.
2.3.6 Kekurangan
Selain memiliki kelebihan,
pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kekurangan, yaitu:
a)
Jika
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit dipecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencoba.
b)
Keberhasilan
dalam model pembelajaran ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c)
Tanpa
pemahaman tentang pentingnya pemecahan masalah yang sedang dipelajari, siswa
tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
2.3.7 Langkah-Langkah Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
Menurut
Ibrahim, (2003: 13) dalam Suprihatiningrum (2016) sintax pembelajaran berdasarkan masalah yaitu
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Sintak
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
|
Tingkah
Laku Guru
|
Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena, demontrasi, atau cerita untuk
memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah
yang dipilih.
|
Tahap-2
Mengorganisasi siwa untuk belajar
|
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
Tahap-3
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
|
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka
untuk berbagai tugas dengan temannya.
|
Tahap-5
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evalusi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
|
Adapun Langkah-Langakah Pembelajaran Berdasarkan
Masalah adalah :
1)
Tahap -1
Orientasi
siswa pada masalah
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan materi yang diajarkan,
menjelaskan ilmu-ilmu yang dibutuhkan oleh siswa, serta memotivasi siswa untuk
terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2)
Tahap -2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk dalam mencari atau
mendefinisikan dan menyusun tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
3)
Tahap -3
Membimbing penyelidik individual maupun
kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, serta mencari dengan cara menyelidikan untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecehan msasalah.
4)
Tahap -4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
Guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya-karya
yang sesuai di dalam hasil karyanya atau
tugasnya.
5)
Tahap -5
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk dalam mencari atau
mendefinisikan dan menyusun tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
2.4 Pembelajaran IPS
2.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu
pengetahuan sosial adalah ilmu yang membahas tentang keadaan sosial yaitu
keadaan yang berhubungan dengan masyarakat baik dimasa lampau hingga masa kini.
Karena pada umumnya ilmu pengetahuan sosial tidak terlepas kaitannya dalam
kehidupan sehari-hari, jadi peserta didik diwajibkan untuk mempelajari ilmu
pengetahuan sosial agar kedepannya lebih memahami serta mudah menghadapi
perkembangan masyarakat.
Saidiharjo (1996:4) Hidayati (2010) bahwa IPS merupakan hasil
kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Maka dari itu mata pelajaran tersebut
digabungkan karena mempunyai karakter yang sama, kemudian dapat dipadukan
menjadi satu bidang studi atau satu mata pelajaran yaitu sebagai Ilmu
Pengetahuan Sosial. Dengan demikian bahwa IPS adalah bidang studi yang tidak
dapat terpisah yaitu sebagai disiplin ilmu, maksudnya tidak mengenal pelajaran
geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah semua disiplin tersebut diajarkan
secara terpadu.
Moeljono Cokrodikardjo : IPS adalah perwujudan
dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi
dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya,
psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang
diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang
disederhanakan agar mudah dipelajari. Maka dapat disimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan sosial adalah ilmu yang mengkaji berbagai aspek kehidupan baik di
dalam masyarakat, di negara maupun diluar negeri. Yaitu bertujuan untuk
memahami, mempelajari, memikirkan pemecahan masalah-masalah yang ada di
masyarakat, dengan bertujuan mendidik warga negara menjadi berakhlak yang baik.
2.4.2 Hakikat Pembelajaran IPS
Salah satu mata pelajaran wajib dan
ditemukan dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sampai sekolah
menegah atas yaitu pada mata pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS adalah adalah
mata pelajaran yang merupakan integrasi dari beberapa mata pelajaran seperti
sejarah, geografi, ekonomi, dan ilmu sosial lainnya (Sapriya,2009:7) dalam
Safitri, (2016). Hakikat IPS, adalah telaah berbagai tentang keadaan manusia
dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan
sesamanya. Dalam kehidupannya manusia harus mengahadapi tantangan-tantangan yang
berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia
dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan
sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan. Bagaimana keserasian hidup
dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia maupun lingkungan alamnya.
Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan hakikat
ips antara lain berinteraksin sesamanya yaitu dengan ibu, ayah, dan
keluarganya, serta dengan teman-temannya. Disini dia akan mendapatkan
pengalaman bagaimana seluk beluk kehidupan ini, sehingga dari pengalaman
tersebut dia bisa menjalankan kehidupannya dengan mudah.
2.4.3 Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan
pembelajaran IPS (Somantri, M, 2001) dalam Safitri, (2016) adalah menjadikan
peserta didik menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, ahli pengetahuan
sosial lainnya, menjadi warga negara yang baik dari pengintegerasian beberapa
disiplin ilmu sosial. Pembelajaran IPS juga diharapkan mampu menampung peserta didik meneruskan
pendidikan ke universitas maupun langsung dapat menerapkan dalam kehidupan
dalam masyarakat. Oleh sebab itu pembelajaran ips diwajibkan untuk dipelajari
agar peserta didik menjadi anak bangsa yang baik dan bisa menjalankan
kehidupannya dari pengalaman lingkungan sosialnya baik di masyarakat maupun
bersama keluarga.
Tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagimana
tecantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya
dalam kehidupannya sehari-hari (Depdiknas, 2006) Hidayati (2010).
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan
berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Mata pelajaran IPS
tercantum dalam struktur Kurikulum 2013 untuk SD/MI danSMP/MTs sedangkan di SMA
dan SMK tidak ada mata pelajaran IPS tetapi mata pelajaran yang terkait dengan
disiplindisiplin ilmu yang secara tradisional dikelompokkan ke dalam kelompok
Ilmuilmu Sosial atau dengan kata lain IPS sebagai mata kuliah terpadu terdapat
di SD/MI dan SMP/MTs sedangkan untuk jenjang SMA/MA dan SMK/MAK terdapat IPS
dengan pendekatan separated.
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran
IPS diwajibkan untuk dipelajari agar peserta didik menjadi anak bangsa yang
baik atau dibentuknya suatu karakter anak bangsa dan bisa menjalankan
kehidupannya dari pengalaman lingkungan sosialnya baik di masyarakat maupun
bersama keluarga, sehingga terciptanya kerukunan didalam keluarga dan
dimasyarakat. Pembelajaran IPS juga, tidak terlepas dari penyelesaian permasalahan yang
ada didalam kehidupan yang nyata.
2.5. Materi yang Diangkat
2.5.1 Pengertian Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Istilah ini dapat dilihat dari provesi seseorang dalam bekerja.Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai Karir.Seseorang mungkin bekerja pada beberapa perusahaan selama karirnya tapi tetap dengan pekerjaan yang sama.
Sumber: Google |
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Istilah ini dapat dilihat dari provesi seseorang dalam bekerja.Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai Karir.Seseorang mungkin bekerja pada beberapa perusahaan selama karirnya tapi tetap dengan pekerjaan yang sama.
Jadi pekerjaan itu adalah suatu kegiatan atau aktivitas
yang di lakukan oleh manusia atau seseorang yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. karena dengan sesorang mempunyai pekerjaan maka kebutuhan hidup
sesorang bisa terpenuhi.
2.5.2 Jenis-Jenis Pekerjaan
Jenis-jenis pekerjaan terbagi dua macam yaitu:
1.
Pekerjaan yang Menghasilkan Barang
2.
Pekerjaan yang menghasilkan jasa
Ada
yang menghasilkan barang dan ada pula yang menghasilkan jasa. Contoh pekerjaan
yang menghasilkan barang, misalnya orang yang tinggal di dekat perkebunan
kelapa. Ia dapat bekerja sebagai pembuat sapu dan keset dengan memanfaatkan
sabut kelapa. Ada juga orang yang menggunakan tanah Setelah mempelajari materi
ini, kamu diharapkan dapat mengenal jenis-jenis pekerjaan dan dapat memahami
pentingnya semangat kerja. untuk membuat genteng, batu bata, dan gerabah.
Pekerjaan yang menghasilkan bahan makanan, misalnya pembuat tahu, membuat
tempe, membuat roti, membuat bakpao, serta berbagai macam makanan lain. Selain
membutuhkan barang, orang hidup juga membutuhkan jasa. Jasa diperoleh dari
orang lain. Untuk mendapatkan jasa, harus ada imbalan tertentu. Seseorang yang
telah memberikan jasa akan menerima imbalan. Imbalan atau upah biasanya berupa
uang.
2.5.3 Pekerjaan Yang Menghasilkan Barang
Pekerjaan yang menghasilkan barang adalah pekerjaan
yang menghasilkan sesuatu barang yang bisa di pergunakan oleh seseorang.
Dan contoh dari pekerjaan yang menghasilkan barang
seperti penjual kue,petani peternak dan masih banyak lagi.
2.5.4 Pekerjaan Yang Menghasilkan Jasa
Pekerjaan yang
menghasilkan jasa adalah suatu pekerjaan yang di mana dari hasil pekerjaanya
bisa di nikmati dan di rasakan oleh orang lain .dan pada pekerjaan yang
menghasilkan jasa ini tidak menghasilkan barang.contoh dari pekerjaan yang
menghasilkan jasa ini seperti guru,dokter,tukang potong rambut,polisi dan masih
banyak lagi. Jenis pekerjaan ini menghasilkan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Kita membutuhkan pendidikan,layanan kesehatan, layanan
transportasi, dan lain-lain. Dokter merupakan pekerjaan
yang menghasilkan jasa dalam bidang kesehatan.
2.6 Penelitian
yang Relevan
Hasil
penelitian Widodo dalam
penelitian berjudul Peningkatan
Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode
Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII/A Mts Negeri
Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil
penelitian dari siklus I, II, dan III menunjukkan adanya peningkatan aktivitas
belajar siswa dan hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor bahwa pada siklus I ketuntasan belajar klasikal posttest belum
tercapai yaitu ≤ 85%, siklus II dan siklus III sudah memenuhi kriteria ketuntasan
belajar klasikal pretest dan posttest yaitu ≥85%. Meningkatnya aktivitas
belajar siswa juga diiringi peningkatan hasil belajar baik dari aspek kognitif,
afektif maupun psikomotor sehingga tak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Upaya dalam meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa melalui Model
Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal
jenis-jenis pekerjaan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen”.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah se-bagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
tri-anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2012 dalam Hayati, 2015). Pendekatan
kualitatif digunakan untuk memperoleh pemahaman mendalam mengenai suatu gejala
atau perilaku dalam masyarakat atau kelompok masyarakat. Hasil penelitian ini
berupa data deskriptif berbentuk penjelasan atau interprestasi mendalam dan
menyeluruh mengenai aspek tertentu. Jenis penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Berdasarkan penjelasan Kemmis dan Mc Taggart tersebut,
dapat dicermati pengertian PTK secara lebih rinci dan lengkap. PTK
didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan (Septiwiharti, dkk. 2012).
Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif,
yakni peneliti akan bekerja sama dengan tim kerja penelitian. Dalam penelitian
ini, peneliti akan berkolaborasi dengan guru kelas. Peneliti dalam penelitian
ini, berperan sebagai observer, sedangkan guru kelas berperan sebagai pengajar.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti akan mencoba memperbaiki
kemampuan dalam hasil belajar siswa. Dalam
upaya meningkatkan kemampuan hasil
belajar siswa melaui Model Pembelajaran
Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis pekerjaan
3.2 Kehadiran
penelitian
Seperti yang telah dirumuskan pada tujuan penelitian ini
maka adapun tujuan dari peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
menetapkan data tentang kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen pada
materi pembelajaran IPS materi jenis-jenis pekerjaan berdasarkan gambar. Selain
itu tujuan kehadiran peneliti dalam penelitian adalah untuk meningkatkan
kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen dalam pembelajaran IPS materi
jenis-jenis pekerjaan berdasarkan gambar, melalui model Pembelajaran Berbasis
Masalah. Selain sebagai instrumen utama, peneliti juga sebagai pemberi tindakan,
sebagai instrumen utama peneliti bertindak sebagai perencana, pengamatan, dan
pengumpulan data. Sebagai pemberi tindakan, peneliti bertindak sebagai pengajar
yang membuat rancangan pembelajaran sekaligus menyampaikan bahan kepada murid
peneliti di bantu oleh dua orang kolaborator berfungsi untuk mengamati proses
belajar mengajar.
Siklus Model Kemmis & MC Taggart
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar
Negeri 3 Bireuen. Sekolah Dasar yang bertempat di Kabupaten Bireuen Jalan
Laksamana Malahayati ini merupakan Sekolah Dasar yang sama dengan Sekolah yang
berada di daerah lainnya pada umumnya yang memiliki banyak siswa dan fasilitas
sekolah yang lengkap, sekolah dasar ini
juga dapat dijangkau oleh siswa baik dengan bersepeda, diantar, atau
berjalan kaki. Alasan pemilihan Sekolah Dasar Negeri 3 Bireuen adalah lokasinya
mudah terjangkau oleh peneliti dan peneliti menemukan permasalahan yang perlu
dipecahkan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun 2018/2019.
3.4 Data dan Sumber
Tabel 3.2 Kegiatan dan Waktu Penelitian
NO
|
Kegiatan
Penelitian
|
Bulan
|
|||||||||||||||||||
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
Januari
|
|||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Rancangan
proposal
|
||||||||||||||||||||
2
|
Pembuatan
intrumen
|
||||||||||||||||||||
3
|
Izin
penelitian disekolah
|
||||||||||||||||||||
4
|
Pelaksanaan
penelitian disekolah
|
||||||||||||||||||||
5
|
Analisis data
|
||||||||||||||||||||
6
|
Laporan hasil
|
Adapun data dalam penelitian ini hasil tes, yang meliputi tes awal
dan tes akhir, hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa, hasil wawancara
tehadap subjek penelitian dan hasil catatan dilapangan. Sumber data dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Kabupaten Bireuen yaitu 25
orang.
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, antara lain
sebagai berikut:
a) Tes
Tes dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur
kemampuan menjawab pertanyaan. Tes ini dilakukan pada
pertemuan terakhir di setiap siklus. Setiap siswa diharuskan untuk mengerjakan
tes mengenai pertanyaan yang berkaitan dengan materi.
b) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan guru
dan siswa dalam menjawab pertanyaan berdasrkan gambar dengan model PBM pada
siswa kelas IV SDN 3 Bireuen. Instrumen yang digunakan dalam
observasi ini adalah lembar pengamatan terhadapn aktivitas guru dan aktivitas
siswa saat proses pembelajaran.
c) Wawancara
Wawancara dilakukan
oleh peneliti dengan guru kelas IV. Wawancara dilakukan oleh peneliti pada saat
sebelum penelitian, saat proses penelitian dan sesudah penelitian. Teknik ini
dilakukan sebelum penelitian dan hasilnya untuk menggali informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti guna dijadikan sebagai bahan latar belakang masalah.
Teknik ini dilakukan pada saat proses penelitian, dan hasilnya guna dijadikan
acuan atau dasar untuk bahan perbaikan (refleksi) pada siklus selanjutnya,
sedangkan teknik ini dilakukan setelah penelitian dan hasilnya untuk mengetahui hail dari penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Data di analisis dengan
teknik kualitatif. Adapun langkah-langkahnya yaitu (1) mereduksi data, (2)
menyajikan data, dan (3) menarik kesimpulan. Ketiga langkah tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut :
1) Mereduksi data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum atau mengumpulkan
data, yaitu data hasil tes awal, tes akhir, observasi, dan hasil wawancara.
2) Menyajikan data (Data Display)
Setelah mereduksi data maka langkah selanjutnya
adalah menyajikan data. Data-data tersebut di sajikan dalam bentuk uraian
singkat secara naratif.
3) Menarik kesimpulan (Conclusion
drawing/verifikasi)
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan. Penarikan
kesimpulan berupa deskripsi atau penjelasan secara jelas dan singkat tentang
penerapan model pembelajaran PBM dalam meningkatkan kemampuan ketrampilan hasil
belajar berdasarkan pada gambar siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen Kabupaten Bireuen.
1.
Ketuntasan
Klasikal
Keterangan:
PTK = Persentase tuntas klasikal
T = Jumlah siswa yang tuntas
S = Jumlah siswa seluruhnya
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika
persentase klasikal mencapai 80%.
2. Daya Serap
- Daya Serap Individu
Keterangan:
DSI = Daya Serap Individu
R = Skor yang Diperoleh Siswa
Rt = Skor Maksimal Soal
Suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal,
jika persentase daya serap klasikal
sudah mencapai 80% dan individu 65%.
(Depdiknas,2005:17).
a.
Nilai Rata-rata
Analisis data hasil observasi terhadap
aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru/peneliti menggunakan
analisis persentase skor untuk indikator kurang diberi skor 1, sedang diberi
skor 2, baik diberi skor 3, dan sangat baik diberi skor 4. Selanjutnya dihitung persentase rata-rata dengan rumus (Depdiknas,
2005:27).
Kriteria taraf keberhasilan tindakan dapat
ditentukan sebagai berikut:
75% < NR ≤ 100% = Sangat
Baik
50% < NR ≤ 75% = Baik
25% < NR ≤ 50% = Sedang
0% < NR 25% = Kurang
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data maka peneliti
menggunakan teknik triangulasi, yaitu :
1.
Konsultasi
dengan tim sejawat
2.
Diskusi
dengan tim sejawat
3.
Membandingkan
hasil kerja pada tes awal dan akhir tindakan, hasil wawancara dan penataan
selanjutnya diambil kesimpulan.
3.8 Tahap-Tahap
Penelitian
Adapun tahap-tahap
yang harus dilakukan dalam rangka melaksanakan pembelajaran IPS berdasarkan
gambar dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pelaksanaan ini adalah
sebagai berikut:
1) Tahap persiapan (perencanaan)
a) Menyiapkan silabus
b) Membuat rencana pembelajaran (RPP)
c) Menyiapkan materi dan kegiatan belajar
d) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS)
e) Menyiapkan perangkat tes yang meliputi tes
awal yang meliputi tes awal dan tes akhir
f) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan
siswa.
g) Menyiapkan format wawancara terhadap terhadap
siswa.
2) Tahap pelaksanaan
Kegiatan yang
dilakukan pada tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan
disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya yaitu:
a) Wawancara
pelaksanaan
wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pelaksanaan kegitan belajar dengan menggunakan model PBM pada materi
pembelajaran IPS berdasarkan gamabar, maupun melalui dengan menggunakan format
wawancara yang telah disediakan, wawancara dilakukan terhadap 3 siswa yang
akademiknya baik, sedang, dan rendah.
b) Observasi
Pada tahap ini, dilakukan observasi
terhadap siswa dan guru dalam belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan ini di lakukan untuk mengetahui
bagaimana aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar.
c) Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kembali hasil tindakan yang telah
dilakukan. Sehingga dapat diketahui kekurangan dari tindakan tersebut.
Selanjutnya, apabila ada kekurangan dalam tindakan, dilakukan perbaikan atau
solusi pada pelaksanaan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Annurrahman.
2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Arikunto. 2006.
Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hayati. 2015. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia
Hidayati. 2010.
Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Islamuddin.
2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Khairani. 2011. Psikologi
Pendidikan. Cetakan Pertama. Yogyakarta:UNY Press
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Safitri. 2016. Belajar
dan Pembelajaran Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Ar-ruzz.
Saidiharjo.1996.
Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. (Buku 1).
Yogyakarta: FIP IKIP.
Septiwiharti.
2012. Metode Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Subana. 2006. Dasar-Dasar
Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia
Sudjana. 2002. Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sudjana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung :Sinar Baru
Algensido Offset.
Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi Pembelajaran, Teori & Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kehadiran Allah Yang Mahakuasa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan proposal ini, segenap usaha dan kerja keras yang dilakukan
penulis dapat membuahkan hasil berkat izin dan rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal penelitian berjudul “Upaya
meningkatkan kemampuan hasil
belajar siswa melalui Model Pembelajaran
Berbasis Masalah pada mata pelajaran IPS materi mengenal jenis-jenis pekerjaan
siswa kelas IV SD Negeri 3 Bireuen”.
Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan proposal. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat diharapkan guna sempurnanya proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat
bagi pembaca, dan khususnya bagi para pendidik untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
Bireuen, Januari 2019
Comments
Post a Comment