Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dipadu media audio visual pada materi gerak pada tumbuhan dikelas VIII2 SMP Negeri 2 Samalanga
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses atau tahapan bagi seseorang
untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, sehingga menghasilkan interaksi
individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang berlangsung
sepanjang hayat sejak manusia lahir. Dengan pendidikan manusia akan mempunyai pemikiran yang
intelek dalam menghadapi fenomena yang terjadi dikalangan mereka. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia dan tidak dapat dipisahkan dalam
setiap aktifitas mereka, baik itu untuk bergaul dengan lingkungan sekitar maupun
dalam hal kepercayaan (agama) yang mereka yakini sehingga manusia dapat
menjalani kehidupan ini sesuai dengan harkat dan martabatnya.
Secara pedagogis arah pendidikan terkait dengan
pengembangan pendekatan dan metodologi proses pendidikan dan pembelajaran yang
memanfaatkan berbagai sumber. Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi
dalam kehidupan telah mengubah paradigm pendidikan yang menempatkan guru sebagai
fasilitator dan agen pembelajaran dimana peserta didik dapat memiliki akses
yang seluas-luasnya kepada beragam media untuk kepentingan pendidikannya (Aunurrahman, 2009: 5-6).
|
Dalam proses pembelajaran seorang guru mengharapkan peserta
didiknya mampu meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan potensi yang
dimilikinya, guru juga mengharapkan siswa ikut berperan aktif dalam proses
belajar mengajar, mampu memahami materi pelajaran dan mampu bekerja sama dalam
memecahkan suatu masalah yang disajikan oleh guru untuk terwujudnya tujuan
pembelajaran serta mampu menghadapi
tantangan global yang hari demi hari akan selalu hadir berbagai teknologi baru
yang harus bisa dimanfaatkan dengan cara yang kreatif dan inovatif sehingga
siswa mampu menerapkan dan mengimplementasikan ilmu yang didapat dari sekolah
kedalam lingkungannya sehingga berdampak positif bagi kehidupannya (Muhibbin,
2010:20).
Dalam proses pembelajaran seorang siswa juga mengharapkan
seorang pendidik untuk mampu menjalankan tujuan pembelajaran yang sesuai agar
tercapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, siswa juga mengharapkan
adanya perubahan dalam mengajar misalnya guru mampu menerapkan model-model
pembelajaran yang bervariasi dan efektif sehingga proses pembelajaran tidak
hanya berpedoman pada satu model saja maka siswa mengharapkan seorang tenaga
pendidik yang memiliki kemampuan
pedagogik dan memilki intelektual yang
tinggi (Muhibbin, 2010:21).
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran
IPA pada materi gerak pada tumbuhan di
SMP Negeri 2 Samalanga tedapat beberapa masalah yaitu: rendahnya hasil belajar
siswa serta kurangnya minat siswa untuk menerima pelajaran yang disajikan oleh
guru. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu: cara mengajar guru yang masih menggunakan model
pembelajaran konvensional sehingga siswa mudah bosan dalam menerima pelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru pernah membuat metode diskusi
tetapi hal ini juga tidak efktif dan berdampak baik bagi hasil belajar siswa
dikarenakan dalam metode diskusi ini terlibat banyak anggota dalam satu
kelompok tetapi hanya satu atau dua orang saja yang bekerja atau yang aktif
sedangkan anggota kelompok yang lainnya terlihat pasif dalam berdiskusi.
Hal ini
dibuktikan dengan masih banyaknya siswa (60%) yang belum mencapai KKM, untuk
KKM yang harus dicapai sebesar 70%. Kemudian berdasarkan hasil observasi, pembelajaran yang
selama ini dilakukan cendrung menyebabkan siswa lebih banyak menulis materi
yang disajikan oleh guru dan kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan kemampuan memberi opini atau tanggapan dari peserta didik pada
materi yang diajarkan. Model pembelajaran yang biasanya digunakan untuk materi
pokok gerak pada tumbuhan adalah diskusi, menulis catatan dan ditutup dengan
pemberian tugas serta latihan. Kelemahan diskusi yang digunakan oleh guru selama
ini adalah tidak semua anggota kelompok
dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian dan permasalahan
diatas maka efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar
yang baik adalah segala usaha guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar
dengan baik. Model TPS (Think Pair Share)
dikatakan efektif untuk membantu para siswa melalui proses berfikir, memberi
tanggapan dan membagi pendapatnya kepada teman, siswa dilatih untuk berfikir
secara kritis, berani memberi pendapat terhadap pertanyaan yang disajikan oleh guru serta membagi pendapatnya
kepada teman, agar proses belajar mengajar menjadi lebih aktif sehingga menjadikan siswa terbiasa untuk
bernalar, mengemukakan pendapatnya didepan umum dan mampu menerima pendapat
dari orang lain. Sehingga peserta didik kreatif dalam mengambil suatu keputusan
yang dihadapinya di luar lingkungan sekolah dengan bijak.
TPS (Think Pair Share)
adalah model pembelajaran inovatif yang dikembangkan berlandaskan pada daya
fikir dan berani mengemukakan fikirannya serta mampu untuk mentransfer
pendapatnya kepada orang lain. Model pembelajaran yang semula berpusat pada
guru menjadi berpusat pada siswa. Selain itu, model pembelajaran ini memberi
peluang pemberdayaan potensi berfikir peserta
didik dalam aktivitas-aktiitas pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan dalam konteks kehidupan dunia nyata.
Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) memiliki kelebihan
yaitu menjadikan siswa lebih aktif dan kegiatan pembelajaran yang berlangsung
akan efektif karena model TPS (Think Pair
Share) menggunakan kemampuan bernalar untuk memberikan rangsangan kepada
siswa agar menimbulkan rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa lebih termotivasi
untuk mencari informasi sehingga hasil pemikiran yang didapatnya dapat
dibagikan kepada temannya. Proses membagi informasi dalam rangka memecahkan
masalah atau menjawab pertanyaan dari guru inilah yang nantinya akan membantu
siswa dalam membangun pengetahuannya sekaligus dapat membangun rasa sosial yang
tinggi sehingga terciptanya hubungan interaksi antar sesamanya (Rusmayanti,
2013:292).
Media audio visual adalah media yang dirancang sedemikian
rupa, sehingga anak melihatnya seperti benda nyata. Penggunaan
media audio visual dalam proses pembelajaran tersebut secara garis besar dapat
dideskripsikan sebagai berikut: Bahwasannya guru menyiapkan ruang
pembelajarannya, menyiapkan peralatan / media audio visual serta sarana
prasarana (Amaliyah,
2013: 1-2).
Penelitian tindakan kelas dapat
diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui
refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara
melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta
menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Faktor pendukung pada
penelitian tindakan kelas biasanya keinginan untuk mengetahui atau keinginan
untuk mengembangkan sesuatu. Sehingga dalam penelitian kelas guru berperan
hanya sebagai objek penelitian. Ciri utama dari penelitian tindakan adalah adanya
intervensi atau perlakuan tertentu untuk perbaikan kinerja dalam dunia nyata (Sanjaya, 2012: 27).
Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian berjudul “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran TPS (Think Pair Share)
dipadu media audio visual pada materi gerak pada tumbuhan dikelas VIII2
SMP Negeri 2 Samalanga”.
1.2 Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas terdapat beberapa masalah sebagai berikut :
1.
Rendahnya hasil belajar siswa di SMP Negeri 2 Samalanga
khususnya kelas VIII2 pada materi gerak tumbuhan.
2.
Rendahnya
aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran di SMP Negeri 2
Samalanga khususnya kelas VIII2 pada
materi gerak tumbuhan.
3.
Rendahnya
respon siswa di SMP Negeri 2 Samalanga khususnya kelas VIII2
pada materi gerak tumbuhan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas maka terdapat rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunaan
model pembelajaran TPS (Think Pair Share)
dipadu media audio visual pada materi gerak pada tumbuhan di kelas VIII2
SMP Negeri 2 Samalanga?
2.
Bagaimana aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan model
pembelajaran TPS (Think Pair Share)
dipadu media audio visual pada materi gerak pada tumbuhan di kelas VIII2 SMP Negeri 2 Samalanga?
3.
Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dipadu media audio
visual pada materi gerak pada tumbuhan di kelas VIII2 SMP Negeri 2
Samalanga?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dipadu
media audio visual pada materi gerak
pada tumbuhan di kelas VIII2 SMP Negeri 2 Samalanga.
2.
Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan model
pembelajaran TPS (Think pair Share)
dipadu media audio visual pada materi gerak pada tumbuhan dikelas VIII2
SMP Negeri 2 Samalanga.
3.
Untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dipadu media audio
visual pada materi gerak pada tumbuhan dikelas VIII2 SMP Negeri 2
Samalanga.
1.5Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.
Bagi siswa, dengan menggunakan model TPS (Think Pair Share) dipadu
media audio visual dapat memberi pengaruh yang signifikan, dapat melatih siswa
untuk berfikir secara aktif, dinamis serta memiliki kepercayaan diri terhadap
kemampuan yang dimiliki siswa sehingga berimbas dengan peningkatan hasil
belajar siswa .
2.
Bagi guru, sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang
dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam menyelesaikan masalah
sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar.
3.
Bagi sekolah, sebagai acuan untuk mengembangkan proses belajar
mengajar agar terciptanya tenaga pendidik sehingga sekolah mampu menghasilkan
lulusan yang berintelektual tinggi dan memiliki sosial yang baik.
4.
Bagi peneliti, dengan adanya model TPS (Think Pair Share) dipadu media audio visual dapat mengubah
paradigma peserta didik dalam proses belajar mengajar yang selama ini
membosankan sehingga menjadikan suasana kelas yang bervariasi dan menghasilkan
peserta didik yang aktif dan memiliki daya fikir yang aktif serta dapat memperluas wawasan peneliti agar dapat
melakukan penelitian yang lainnya sehingga
berdampak positif bagi dunia pendidikan kedepannya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Agar lebih berfokus pada penelitian yang akan dilakukan,
maka perlu adanya penjelasan mengenai ruang lingkup penelitian, antara lain:
1. Penelitian
dilaksanakan di SMP Negeri 2 Samalanga.
2.
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2016/2017.
3.
Penelitian dengan penggunaan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dipadu media audio
visual akan dilaksanakan dikelas VIII2 SMP Negeri 2 Samalanga pada materi gerak tumbuhan.
4.
Penelitian dilaksanakan untuk melihat peningkatan hasil belajar
siswa, aktivitas guru, aktivitas siswa, dan respon siswa dengan penggunaan
model pembelajaran TPS (Think Pair Share) dipadu media audio
visual akan dilaksanakan dikelas VIII2 SMP Negeri 2 Samalanga pada materi gerak tumbuhan.
1.7 Defisini
Operasional
Adapun operasional dalam penelitian ini adalah:
1.
Upaya adalah segala jenis usaha yang mempengaruhi suatu subjek
sehingga menghasilkan sesuatu dengan maksud tertentu.
2.
Hasil belajar merupakan suatu dampak yang diperoleh siswa terhadap
sesuatu yang telah dipelajarinya baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.
3.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam merancang untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.
4.
TPS (Think Pair Share) diartikan sebagai
sebuah model pembelajaran yang didalamnya melibatkan siswa untuk berusaha
bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.
5.
Media audio visual adalah sesuatu yang menggambarkan atau mengilustrasikan materi pembelajaran yang diharapkan dapat
menarik rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran yang diajarkan.
6.
Gerak pada tumbuhan adalah suatu gerakan atau suatu tanda yang
diperlihatkan oleh tumbuhan yang menandakan bahwa tumbuhan tersebut sedang
mengalami pertumbuhan atau sedang menghidari/melindungi diri dari predator.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
yang dapat di tangkap melalui indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga berupa pikiran, perasaan
atau gerakan/tindak. Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk
didalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survei memperlihatkan bahwa
82% annak-anak yang masuk sekolah ada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra iri
yang positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri. Tetapi angka tinggi
tersebut menurun drastis menjadi 18% waktu mereka berusia 16 tahun.
Konsekuensinya 4 dari 5 remaja atau orang dewasa memulai pengalaman belajarnya
yang baru dengan perasaan ketidaknyamanan. (Nichol, 2002 dalam Anurrahman, 2009:33)
Sumber: Pexels.com |
Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses
menciptakan hubungan antara sesuatu pengetahuan
yang sudah dipahami dan sesuatu yang baru. Dari definisi dan memuat
beberapa unsur, yaitu: (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal pengetahuan
yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu pengetahuan yang baru. Jadi dalam makna
belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui
(nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan
pengetahuan baru (Anurrahman, 2009: 34).
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses atau suatu pernyataan yang spesifik yang
dinyatakan dalam perilaku dan penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan
untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkrit serta dapat dilihat dan fakta
yang tersamar. Oleh karena itu, hasil pembelajaran adalah suatu pernyataan yang
jelas dan menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang
diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar (Anurrahman, 2009:27).
Hasil pembelajaran
merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan
pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya
hasil tersebut. kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah
kegiatan yang berhasil. Sebagai kegiatan yang berhasil, maka segala sesuatu
yang dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai hasil yang
telah ditentukan. Dengan demikian dalam setting pembelajaran, hasil merupakan
pengikat segala aktivitas guru dan siswa. Oleh sebab itu, merumuskan hasil
merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang sebuah program pembelajaran. (Sanjaya, 2007:21)
Jadi, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu komponen utama yang harus dirumuskan oleh
seorang guru dalam proses belajar mengajar, karena hasil belajar merupakan
sasaran dari proses belajar mengajar. Hasil belajar juga merupakan suatu hasil
akhir yang diperoleh oleh siswa berupa nilai baik dari segi kognitif, afektif
dan psikomotorik.
2.2 Ranah Hasil Belajar
- Ranah kognitif ( Bloom, ddk),
terdiri dari enam jenis perilaku;
a. Pengetahuan,
mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan
di dalam ingatan dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah,
teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman,
mencakup kemampuan menangkap sari dari makna hal-hal yang dipelajari.
c. Penerapan
mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapi masalah yang
nyata dan baru.
d. Analisis,
mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan dapat di pahami dengan baik.
e. Sintesis,
mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
f. Evaluasi,
mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria
tertentu.
- Ranah afektif menurut
Krathwohl & Bloom dkk, terdiri lima:
a. Penerimaan,
yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal
tersebut.
b. Partisipasi,
yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu
kegiatan.
c. Penilaian
dan penentuan sikap, mencakup penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai,
mengakui, dan menetukan sikap.
d.
Organisasi, yang
mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai
sebagai pedoman dan pegangan hidup.
e. Pembentukan
pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi
pola nilai kehidupan pribadi.
- Ranah psikomotor (Simpon),
terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan motorik, yaitu:
a. Persepsi,
yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskripsikan) sesuatu secara
khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut.
b. Kesiapan,
yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan di mana akan
terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan, kemampuan ini mencakup aktivitas
jasmani dan rohani (mental).
c. Gerakan
terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai dengan contoh, atau
gerakan peniruan.
d. Gerakan
terbiasa, mencakup kemampuan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan
lempar peluru.
e. Gerakan
kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau ketrampilan yang
terdiri dari banyak tahap secara lancar, efesien dan tepat.
f. Penyesuaian
pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan dan penyesuaian pola gerak
gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
g. Kreativitas,
mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa
sendiri.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara global, faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam yaitu:
1. Faktor
internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa yang meliputi dua aspek yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat
jasmani), 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
a. Aspek
Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemas dan diikuti dengan
sakit kepala dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif). kondisi
organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran, indera
penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khsusnya yang disajikan dikelas (Muhibbin, 2010: 130).
b. Aspek
Psikologis
Banyak faktor-faktor yang termasuk aspek piskologis yang
dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas peroleh belajar siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa
pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berkut:
1) Inteligensi
siswa, tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi,
sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa. Ini bermakna semakin tinggi
tingkat inteligeni seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih
sukses. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi siswa maka semakin kecil
peluang untuk meraih sukses (Muhibbin, 2010: 131).
2)
Sikap siswa, sikap
(attitude) siswa yang positif terutama kepada guru dan pada mata pelajaran yang
anda sajikan merupakn pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa
tersebut. Sebaliknya, sikap negatif
siswa terhadap guru dan mata
pelajaran yang disajikan apalagi jika diiringi kebencian dapat menimbulkan kesulitan
belajar siswa tersebut (Muhibbin, 2010: 132).
3) Bakat siswa, bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya
prestasi belajar bidang-bidang tertentu. Oleh karenanya hal yang tidak bijaksana
apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknnya pada jurusan
keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki oleh
anaknya (Muhibbin, 2010: 133).
4) Minat
siswa, minat (interest) berarti kecendruangan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak
termasuk istilah popular dalam psikologi karena kebergantungannya yang banyak
pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan, keingintahuan,
motivasi, dan kebutuhan (Muhibbin, 2010: 133).
5) Motivasi
siswa, pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia
maupun hewan yang mendororngnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini,
motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Muhibbin
2010: 134).
2. Faktor
eksternal siswa, faktor ini juga terdiri dari dua macam, yakni: faktor
lingungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a. Lingkungan
sosial, lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan
(kepala sekolah dan wakil serta stafnya) dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa. Masyarakat dan tetangga juga sangat berpengaruh
pada aktivatas belajar siswa. Faktor lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Sifat-sifat orang tua, praktis, penglolaan keluarga, ketegangan keluarga semua
dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang
dicapai oleh siswa.
b. Lingkungan
Nonsosial, faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini dipandang turut menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa
(Muhibbin, 2010: 135).
2.4 Teori Belajar
Teori belajar pada dasarnya mrupakan
penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi yang
diperoleh dalam pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan
suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil
belajar. Teori-teori
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Teori
kontruktivis
Slavin menyatakan “Teori-teori baru dalam psikologi
pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran kontruktivis. Teori
konstuktivis ini menyatakan bahwa siswa hanya
harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.” Bagi siswa
agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha
dengan susah payah dengan ide-ide (Trianto, 2009: 28).
2. Teori
Ausubel
Menurut Dahar “Teori Ausubel tentang belajar adalah
belajar bermakna. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
sesorang. Agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus
dikaitakan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa” (Trianto,
2009: 37).
3. Teori
Vygotsky
Teori Vygotsky, lebih menekankan pada aspek sosial dari
pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak
bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas
tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas
daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang
lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerja sama antar individu
sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tertentu
(Trianto, 2009: 38).
4. Teori
Skinner
Skinner, salah seorang tokoh yang sangat berperan dalam
teori pembelajaran perilaku yang telah mempelajari hubungan antara tingkah laku
dan konsekuensinya memukakan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku
(Trianto, 2009: 39).
2.5 Pengertian Model Pembelajaran
Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan belajar mengajar”. Dengan
demikian, aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang
tertata secara sistematis (Trianto, 2009: 22)
Arends menyatakan bahwa
“istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah :
- Rasional teoritis logis yang
disusun oleh para pencipta atau pengembangannya.
- Landasan pemikiran tentang apa
dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)
- Tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil
- Lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran iu dapat tercapai (Trianto,
2009: 22-23).
2.6 Model
Pembelajaran TPS dan Audio visual
2.6.1 Pengertian Model Pembelajaran TPS
Strategi Think Pair Share berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan
waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan oleganya di
Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa “Think Pair
Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola
diskusi kelas”. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang
digunakan dalam Think Pair Share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu
(Trianto, 2010:81)
Guru memperkirakan
hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang
menjadi tanda tanya. Sekarang guru mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah
dijelaskan dan dialami. Guru memilih
menggunakan Think Pair Share untuk
membandingkan tanya jawab ke kelompok keseluruhan (Trianto, 2009).
Diskus akan berhasil dengan baik memebutuhkan beberapa anggota yang agak
berpengalaman dalam ketrampilan berkomunikasi dan berinteraksi diantara anggota kelompok dari guru dan siswa.
Juga dibutuhkan aturan yang mendukung perukaran pendapat secara terbukan dan
saling memberi perhatian.
2.6.2
Langkah-langkah Model Pembelajaran TPS
Sintak operasional TPS bisa mencakup antara lain sebagai berikut:
1.
Berfikir
(Think)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau
masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu
beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau
mengerjakan bukan bagian berfikir.
2.
Berpasangan
(Pair)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan
berdiskusi apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang
disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau
menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara
normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
3.
Berbagi
(Share)
Pada langkah akhir, guru
meminta pasangan-pasangan untuk
berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif
untuk berkeliling ruangan dari pasangan kepasangan dan melanjutkan sampai
sekitar sebagian pasangan mendapatkan kesempatan untuk melaporkan (Trianto,
2010: 133).
2.6.3
Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran TPS
2.6.3.1 Kelebihan
Model Pembelajaran TPS
a.
Diskusi
melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM
b.
Setiap
siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya
masing-masing
c.
Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam
diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan
diri sendiri.
d.
Diskusi
dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para
siswa (Trianto, 2010: 134).
2.6.3.1
Kekurangan Model Pembelajaran TPS
Selain memiliki
kelebihan model Think Pair Share juga
memilki beberapa kelemahan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Diskusi
yang mendalam memerlukan waktu yang lama
b.
Suatu
diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah
dipelajari sebelumnya.
c.
Tidak
semua topik dapat dijadikan pokok diskusi tetapi
d.
Jalannya
diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol (Trianto,
2010: 134).
2.6.4 Pengertian Media
Audio Visual
Media
audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang mudah dan terjangkau.
Audio dapat menampilkan pesan yang memotivasi. Disamping menarik dan memotivasi
siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, materi audio dapat digunakan
untuk:
1)
Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa
yang telah didengar.
2)
Mengatur
dan mempersiapakan dikuskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat
ahli sang berada jauh dari lokasi.
3)
Menjadikan
model yang akan ditiru oleh siswa
4)
Menyiapkan
variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai
suatu pokok bahasan dan atau sesuatu masalah.
(Arsyad, 1996 : 148-149)
Media berbasis visual (image atau perumpamaan memegang peranan
penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman
(misalnya elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual
dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat pula memberikan hubungan antara
isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya
ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (Image) itu untuk menyakinkan terjadinya proses interaksi. Ada
beberapa prinsip umum yang perlu diketahui untuk penggunaan efektif media
berbasis visual sebagai berkut :
1)
Usahakan
visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton,
diagram.
2)
Visual
digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat teks) sehingga
pembelajaran dapat terlaksanan dengan baik.
3)
Ulangi
sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat.
4)
Visual
yang diproyeksi harus dapat terbaca dan mudah dibaca.
5)
Unsur-unsur
pesan dalam visual itu harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari
unsur-unsur latar belakang utuk mempermudahkan pengelolaan informasi.
Media audio
visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan untuk
memproduksinya. salah satu pekerjaan penting yang dipergunakan dalam media audio visual adalah penulisan naskah atau Storyboard yang memerlukan persiapan
yang banyak, rancangan dan penelitian (Arsyad, 1996 :91-94)
2.7
Materi Gerak Tumbuhan
Semua organisme
menerima sinyal-sinyal spesifik dan merespons sinyal-sinyal tersebut dengan
cara-cara yang meningkatkan kesinstan dan keberhasilan reproduksi. Tumbuhan
juga memiliki reseptor-reseptor selular yang digunakan untuk mendeteksi perubahan-perubahan
penting dalam lingkungan internal maupun eksternalnya, entah perubahan itu
berupa peningkatan konsentrasi hormon pertumbuhan, melindungi diri dari
predator, maupun penyesuaian diri terhadap lingkungan. Tumbuhan terikat pada
satu tempat sehingga gerak untuk merespon stimulus dari lingkungan dilakukan
dengan menggerakkan sebagian organ penyusunnya. Gerakan tersebut memungkinkan
tumbuhan untuk beradaptasi serta menentukan posisi yang tepat dalam menyerap
nutrisi dan energi dari lingkungan. Gerak yang ditunjukkan oleh tumbuhan ini
cukup lambat untuk dapat diamati secara langsung. (Champbell, 2012: 409-410) .
Gerak pertumbuhan
adalah gerak yang bersumber dari perbedaan kecepataan tumbuh organ tertentu.
Sesuai namanya gerak pertumbuhan merupakan gerak yang bersifat permanen atau
tetap jenis gerak ini dibedakan menjadi dua tipe, gerak yang berasal dari
stimulus internal dan gerak yang merupakan respon terhadap stimulus eksternal.
Pada gerak yang bersumber dari stimulus eksternal, tumbuhan sensitif terhadap
berbagai macam stimulus, yang masing-masing stimulus memicu satu jalur
transduksi sinyal yang spesifik (Champbell, 2012: 411).
1.
Gerak
Endonom/Otonom
Gerakan ini disebabkan oleh perbedaan kadar air. Sel-sel tumbuhan mempunyai
kemampuan yang tidak sarma dalam menerima dan melepaskan airnya. Jika lingkungan dalam keadaan kering,
sel-sel yang lebih cepat melepaskan air
akan berkerut, sementara sel-sel yang lainnya relatif tetap. Akibatnya, akan
terjadi tarik menarik antara bagian yang kekurangan air dan bagian yang normal. Kekuatan tarik menarik ini akan
menentukan arah gerak tumbuhan. Contoh: Pecahnya annulus pada sporangium
paku. Annulus merupakan kumpulan sel berdinding tebal sekitar sporangium paku
yang berfungsi untuk melepaskan spora,
Seperti gigi disekitar mulut kapsul pada lumut Pecahnya kulit buah
polong-polongan (Harahap, 2007: 47). Untuk lebih
jelas, perhatikan gambar 2.1 gerak endonom dibawah ini:
Gambar 2.1:
Gerak endonom
Sumber:
Campbell, 2003
2.
Gerak
Etionom
Gerak etionom adalah gerak tumbuhan yang dipengaruhi oleh
rangsangan dari luar tumbuhan. Rangsangan ini dapat berupa cahaya, sentuhan,
suhu, air, gravitasi bumi dan zat kimia, organ yang menerima rangsangan
tersebut dapat berupa akar, daun bunga dan bagian tumbuhan lainnya. Gerak
etionom ini dapat dibedakan menjadi tiga macam gerak secara umum yaitu:
a.
Gerak
Nasti
Gerak
nasti merupakan gerak bagian tubuh tumbuhan sebagai tanggapan terhadap
rangsangan dari luar tumbuhan. Arah gerak nasti tidak dipengaruhi oleh arah
datangnya rangsangan atau ditentukan sendiri oleh tumbuhan dengan menuruti
struktur anatomi tubuhnya. Secara khusus gerak
nasti dibedakan menjadi 5 macam :
a)
Seismonasti/Tigmonasti
Tigmonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsang sentuhan
atau getaran. Contoh gerak menutupnya daun putri malu (Mimosa pudica)
jika disentuh. Jika hanya satu anak daun dirangsang dengan sentuhan, rangsangan
itu diteruskan ke seluruh tubuh tumbuhan sehingga anak daun lain ikut mengatup.
Jika ujung daun putri malu disentuh maka
akan terjadi aliran air yang menjauhi daerah sentuhan.
Adanya aliran air ini menyebabkan kadar air di daerah sentuhan berkurang,
sehingga tekanan turgomya mengecil. Akibatnya daun putri malu akan menutup dan
tampak seperti layu. Lamanya waktu menutup tergantung pada suhu dan keras
halusnya getaran. Jika hanya
satu anak daun dirangsang, rangsangan itu diteruskan ke seluruh tumbuhan,
sehingga anak daun lain ikut mengatup. Untuk
lebih jelas, perhatikan Gambar 2.2 gerak tigmonasti di bawah ini:
Gambar
2.2 : Gerak tigmonasti
Sumber:
Campbell, 2012
b)
Niktinasti
Niktinasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh suasana gelap,
sehingga disebut juga gerak tidur. Misalnya, pada malam hari daun-daun tumbuhan
polong-polongan akan menutup dan akan membuka keesokan harinya ketika matahari
terbit. Tekanan turgor
terjadi disebabkan perubahan suhu. Contoh gerak niknasti adalah daun petai cina
(Lamtoro).
c)
Fotonasti
Fotonasti
merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsanga cahaya. Misalnya, gerakan
mekarnya bunga pukul empat (Mirabilis jalapa) di sore hari (Harahap,
2007: 54). Untuk lebih jelas, perhatikan Gambar 2.3
gerak fotonasti di bawah
ini:
Gambar 2.3 : Gerak fotonasti
Sumber:
Campbell, 2012
d) Termonasti
Termonasti
merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan suhu, seperti mekarnya
bunga tulip. Bunga-bunga tersebut mekar jika mendadak mengalami kenaikan suhu
dan akan menutup kembali jika suhu turun. Untuk
lebih jelas, perhatikan Gambar 2.4 gerak termonasti di bawah ini:
Gambar
2.4: Gerak termonasti
Sumber: Campbell, 2003
e)
Nasti
kompleks
Merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus,
seperti karbon dioksida, pH, suhu dan kadar kalsium. Contohnya
gerak membuka dan menutupnya stomata pada daun
(Harahap, 2007:57).
Untuk lebih jelas, perhatikan Gambar 2.5 gerak nasti kompleks di bawah ini:
Gambar 2.5 :
Gerak nasti kompleks
Sumber: Harahap,
2007
f) Haptonasti
Haptonasti
merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh sentuhan serangga. Contohnya pada
tumbuhan Dionaea (sejenis tumbuhan perangkap lalat). Bila ada lalat yang
menyentuh bagian dalam daun, daun akan segera menutup sehingga lalat akan
terperangkap di antara kedua belahan daun.
Cara kerja perangkap ini karena
adanya "nerve-like signal" atau rambut epidermis-sensori yang dapat
menimbulkan potensial kerja pada perangkap. Potensial kerja bergerak dari
rambut itu ke jaringan daun bercuping rangkap dan mengakibatkan cuping tersebut
mengatup dengan cepat dalam waktu kira-kira setengah detik (Harahap, 2007:57).
g) Hidronasti
Hidronasti adalah gerak yang terjadi terhadap
keadaan air. Misalnya gerak menggulungnya daun padi dan daun sere (Cimbopogan nardas) jika keadaan air
kurang.
b.
Gerak
Tropisme
Tropisme adalah gerak sebagian tumbuhan
yang arah geraknya dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Bagian yang bergerak itu misalnya cabang,
daun, kuncup bunga atau sulur. Gerak tropisme dapat dibedakan menjadi
tropisme positif apabila gerak itu menuju sumber rangsangan dan tropisme
negatif apabila gerak itu menjauhi sumber rangsangan (Harahap, 2007:48). Ditinjau dari macam sumber rangsangannya,
tropisme dapat dibedakan lagi menjadi:
a)
Fototropisme
Fototropisme adalah
gerak bagian tumbuhan karena rangsangan cahaya. Gerak bagian tumbuhan yang
menuju ke arah cahaya disebut fototropisme positif. Misalnya gerak ujung batang
tumbuhan membelok ke arah datangnya cahaya.
Telaah mengenai mekanisme fototropisme dimulai
oleh percobaan yang dilakukan oleh Charles Darwin dan putranya Francis.
Percobaan dilakukan dengan menghilangkan
ujung pucuk batang, dan didapatkan hasil bahwa fototropisme tidak terjadi
disebabkan hilangnya pucuk tersebut. Begitu pula ketika ujung pucuk di lapisi
bahan yang tidak dapat ditembus cahaya.
Namun,
fototropisme tetap terjadi ketika seluruh bagian tumbuhan dikuburkan
ke dalam pasir hitam halus dan hanya
ujung pucuk yang berada di luar, yang menyebabkan membeloknya batang. Dari percobaan ini dijelaskan bahwa,
rangsangan (cahaya) terdeteksi pada suatu tempat (ujung pucuk) dan responnya
(pelengkungan) dilaksanakan di tempat lain daerah perpanjangan (Harahap, 2007:48). Untuk lebih jelas,
perhatikan Gambar 2.6 gerak fototropisme
di bawah ini:
Gambar
2.6: Gerak fototropisme
Sumber: Campbell, 2003
b)
Gravitropisme
Gravitropisme adalah gerak tumbuhan akan menyusuaikan
pertumbuhan agar tunas menekuk ke atas dan akar menekuk ke bawah dalam merespon gravitasi. Bagian tubuh
tumbuhan sebagai respon adanya rangsangan berupa gaya tarik bumi atau
gravitasi. Apabila gerakan akar menuju ke bawah disebut gravitropisme positif
dan apabila gerak pada bagian tubuh tumbuhan menjauhi arah gaya tarik bumi
disebut gravitropisme negatif (Campbell, 2012:432). Untuk
lebih jelas, perhatikan Gambar 2.7 gerak gravitropisme di bawah ini:
Gambar
2.7:Gerak gravitropisme
Sumber:
Campbell, 2012
c)
Tigmotropisme
Tigmotropisme adalah
gerak bagian tumbuhan karena adanya rangsangan sentuhan satu sisi atau
persinggungan. Contoh: gerak membelit ujung batang atau sulur dari Cucurbitaceae dan Passiflora.
Contoh tanaman yang bersulur adalah ercis, anggur, markisa, semangka dan
mentimun. Sulur akan terus tumbuh
memanjang mencari struktur pendukung untuk
mengokohkan tegaknya tanaman tersebut. Sulur sangat sensitif terhadap
sentuhan. Terjadinya kontak antara sulur dengan suatu benda akan merangsang
sulur tersebut tumbuh membengkok ke arah benda yang tersentuh tadi, disebabkan
terjadi perbedaan kecepatan pertumbuhan (Harahap, 2007:52). Untuk
lebih jelas, perhatikan Gambar 2.8 gerak trigmotropisme di bawah ini:
Gambar
2.9: Gerak trigmotropisme
Sumber:
Harahap, 2007
d)
Hidrotropisme
Hidrotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena rangsangan air. Jika
gerakan itu mendekati air maka disebut hidrotropisme positif. Misalnya, akar
tanaman tumbuh bergerak menuju tempat yang banyak aimya di tanah. Jika tanaman tumbuh menjauhi air
disebut hidrotropisme negatif. Misal gerak pucuk batang tumbuhan yang tumbuh ke
atas air (Harahap, 2007:51). Untuk lebih jelas,
perhatikan Gambar 2.9 gerak hidrotropisme di bawah ini:
Gambar
2.9: Gerak hidrotropisme
Sumber:
Harahap, 2007
e)
Kemotropisme
Kemotropisme adalah
gerak bagian tumbuhan karena rangsangan zat kimia. Jika gerakannya mendekati
zat kimia tertentu disebut kemotropisme posistif. Misalnya gerak akar menuju
zat di dalam tanah. Jika gerakannya menjauhi zat kimia tertentu disebut
kemotropisme negatif. Contohnya gerak akar menjauhi racun (Harahap, 2007: 52). Untuk
lebih jelas, perhatikan Gambar 2.10 gerak kemotropisme di bawah ini:
Gambar 2.10:
Gerak kemotropisme
Sumber: Harahap,
2007
f)
Galvanotropisme
adalah gerak tropisme karena pengaruh listrik.
g)
Termotropisme
adalah gerak bagian tubuh tumbuhan karena pengaruh panas atau suhu.
c.
Gerak
Taksis
Taksis
adalah gerak seluruh tubuh atau bagian dari tubuh tumbuhan yang berpindah
tempat dan arah perpindahannya dipengaruhi rangsangan. Gerakan yang arahnya
mendekati sumber rangsangan disebut taksis positif dan yang menjauhi sumber
rangsangan disebut taksis negatif. Umumnya terjadi pada tumbuhan tingkat
rendah. Gerak taksis
dapat dibedakan menjadi fototaksis dan kemotaksis (Harahap, 2007:57).
a) Fototaksis
Fototaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan oleh rangsangan berupa
cahaya. Contohnya pada ganggang hijau yang langsung menuju cahaya yang
intensitasnya sedang. Tetapi bila intensitas cahaya meningkat, maka akan tercapai batas tertentu dan
ganggang hijau tiba-tiba akan berbalik arah dan berenang menuju cahaya. Sehingga
terjadi perubahan yang semula gerak fototaksis positif menjadi fototaksis
negative (Harahap,
2007:57).
b)
Kemotaksis
Kemotaksis merupakan
gerak taksis yang disebabkan oleh rangsangan zat kimia. Contohnya gerak gamet
jantan berflagela (spermatozoid) yang dihasilkan oleh anteridium lumut ke arah
gamet betina (sel telur) di dalam arkegonium.
Spermatozoid bergerak karena tertarik oleh sukrosa atau asam malat. Pergerakan
ini terjadi karena adanya zat kimia pada sel gamet betina (Harahap, 2007:57). Untuk
lebih jelas, perhatikan gambar 2.11 gerak kemotaksis dibawah ini:
Gambar 2.11: Gerak
kemotaksis
Sumber: Campbell, 2003
c)
Galvanotaksis
Galvanotaksis adalah gerak berpindahnya seluruh atau
sebagian organ tumbuhan karena adanya rangsangan berupa listrik. Contohnya
gerak bakteri dan paramecium kearah
kutup positif dan kutub negatif.
2.8 Penelitian
Relevan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian yang relevan sebagai
pedoman gambaran dan untuk memperkuat hasil penelitian yang akan peneliti
teliti. Adapun penelitian relevan yang digunakan
penelitian ini yaitu:
Penelitian Rusmaryanti, 2013 yang berjudul,
“Meningkatkan Hasil Belajar Biologi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TPS (Think Pair Share) pada Siswa kelas VIIIA MTs Al Huda 2 Jenawi
Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013”. Berdasarkan Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (ranah
kognitif = 7,64 atau meningkat sebesar 1,36 dari nilai awal; ranah afektif =
26,07 (termasuk kategori kurang berminat). Rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus II (ranah kognitif = 7,71 atau meningkat sebesar 0,07 dari siklus I;
ranah afektif = 36 (termasuk kategori cukup berminat) atau meningkat sebesar
9,93 dari siklus I. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajara kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dapat meningkat hasil
belajar biologi siswa kelas VIIIA MTs Al Huda 2 Jenawi Tahun Pelajaran
2012/2013.
Penelitian Hariyanti, 2013 yang berjudul
: “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan
Media Audio Visual Berbentuk
Cd Interaktif Mata Pelajaran IPS Di Sekolah Dasar” Hal ini
terlihat dari peningkatan presentase pada siklus
I sebesar 68,22 % menjadi 87,5% pada siklus II, atau meningkat sebesar 19,28 %.
Hasil ini sudah mencapai presntase yang diharapkan yaitu = 80% dari sluruh
aktivitas siswa selama pmblajaran IPS dngan mnggunakan media audio visual.
pada siklus II ini aktivitas siswa sudah memenuhi indicator ketuntasan
penelitian, maka peneliti menganggap peneliti sudah berhasil sehingga tidak
perlu melanjutkan kesiklus berikutnya.
Amaliyah, 2013 yang berjudul: “Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas 1 Dalam Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus I mencapai
69% dan siklus II mencapai 81,25% berarti ada peningkatan 12,25%. Demikian juga
dengan aktivitas siswa pada siklus I mencapai 79,49% dan pada siklus II
mencapai 84,62% yang berarti ada peningkatan sebesar 5,13%. Hasil belajar siswa
juga mengalami peningkatan dimana pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai
71,92 sedangkan pada siklus II mencapai 75, ini berarti mengalami peningkatan
sebesar 3,08, sedangkan ketuntasan klasikal pada siklus I mencapai 74,36%,
sedang pada siklus II mencapai 84,62%, yang berarti meningkat 10,26%. Dengan
demikian, penggunaan mediaaudio visual dalam pembelajaran IPA khususnya materi
benda langit di kelas 1 SD menunjukkan peningkatan aktivitas guru, siswa, hasil
belajar dan respon positif siswa.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Bodgan dan
Bikle (dalam Moleong, 2002:3) menyatakan bahwa penelitian kualitatif mempunyai
latar yang alami sebagai sumber dan peneliti dipandang sebagai instrumen kunci.
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif yang lebih
mementingkan proses daripada hasil karena peneliti berperan sebagai instrumen.
Sementara jenis penelitian yang akan diterapkan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Kemis dan McTaggart (dalam
Sukardi, 2013:3) penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang
dalam mengorganisasi sebuah kondisi di mana mereka dapat mempelajari pengalaman
mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Penelitian
tindakan secara garis besar, peneliti pada umumnya mengenal empat penting yang selalu ada pada setiap
siklus, dan menjadi ciri khas penelitian tindakan, yaitu plan (rencana),
act ( tindakan), observe (observasi), dan reflect (perenungan)
(Sukardi, 2008:213). Langkah penelitian
yang ditempuh pada setiap siklus secara lebih rinci dapat dilihat pada bagan di
bawah ini:
|
||||||||||
|
||||||||||
Gambar 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research)
Sumber: Arikunto, 2007:16
3.2 Kehadiran
Penelitian
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan karena peneliti
sendiri merupakan alat (instrumen) dalam mengumpulkan data dan sebagai pemberi
tindakan. Sebagai intrumen utama, peneliti bertindak sebagai perencana,
pengamat untuk mendapatkan data penelitian. Peneliti bertindak sebagai pengajar
yang merencanakan pembelajaran dan mengajarkan siswa pada materi gerak
tumbuhan dengan menggunakan model
pembelajaran TPS (Think Pair Share) dipadu media audio
visual.
3.3 Lokasi dan Waktu
Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 2 Samalanga. Pemilihan sekolah
ini didasari pada hasil pengamatan langsung oleh peneliti selama menjalani Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL), yang bahwa selama ini guru masih banyak yang
menggunakan model konvensional saat mengajar dan belum banyak menggunakan model
atau metode pembelajaran yang bisa membuat siswa bersemangat dalam belajar,
khususnya model Think Pair Share
(TPS) dalam mengajar materi IPA
khususnya materi gerak tumbuhan. Penelitian tindakan
kelas ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2017.
3.4 Data
dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah:
a. Data Pemahaman Siswa
Data pemahaman siswa pada materi gerak tumbuhan diperoleh
dari hasil ujian/tes yang dilaksanakan pada setiap siklus.
b. Data Aktivitas Guru dan Siswa
Data
aktivitas guru dan siswa diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat ketika proses belajar mengajar berlangsung menggunakan format pengamat
aktivitas guru, aktivitas siswa dan catatan lapangan.
c. Data Respon Siswa
Data respon siswa diperoleh dari hasil jawaban angket
yang dilakukan pada akhir siklus.
Sumber data dalam penelitian ini adalah bersumber dari
siswa kelas VIII2 SMP Negeri 2 Samalanga berjumlah 20 orang siswa
yang dijadikan subjek penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
meliputi:
1. Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui
pemahaman siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus I dan siklus II dengan
bentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 20 soal yang berkaitan dengan materi
gerak tumbuhan.
2. Observasi
Observasi dilakukan untuk
memantau aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Observasi dilakukan oleh guru mata pelajaran IPA yang diajak untuk menemani dan
membantu selama melakukan penelitian dalam pembelajaran. Bentuk instrumen yang
digunakan guru adalah berbentuk format ceklis observasi. Ini
sesuai dengan format yang sudah disediakan peneliti sebelumnya dan pengamat
tinggal mengisi form yang sudah disediakan oleh peneliti.
3. Angket
Angket dilakukan setelah proses pelaksanaan
pembelajaran yang menggunakan Think Pair Share (TPS) dipadu media audio
visual. Tujuan diberikan angket adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap
penerapan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) dipadu
media audio visual sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi gerak
tumbuhan. Angket diberikan setelah
pelaksanaan tindakan siklus II.
3.6 Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan hal penting dalam
penelitian. Untuk mengecek keabsahan data akan digunakan teknik kriteria
kepercayaan yang dikembangkan oleh Moleong (2006:18) yaitu :
1.
Trianggulasi
adalah suatu tehnik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut.
2.
Ketentuan
pengamatan dilakukan pengamat dengan cara mengadakan pengamatan yang diikuti
dengan kegiatan wawancara secara intensif sehingga data yang dihasilkan
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya subjek berdusta, atau
pura-pura akan menipu.
3.
Pemeriksaan
sejawat adalah mendiskusikan proses dan hasil penelitian dengan guru bidang
studi IPA.
3.7 Teknik
Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian meliputi: (1)
Data pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal IPA berkaitan dengan gerak
tumbuhan berbentuk pilihan ganda (2) Data aktivitas guru dan siswa berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat atau guru mata pelajaran IPA
dan (3) Data respon siswa setelah belajar pelajaran IPA pada materi gerak
tumbuhan dengan model Think Pair Share (TPS) dipadu media audio visual. Adapun
metode analisis untuk masing-masing data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Analisis Tes Pemahaman Siswa
Data hasil belajar siswa
yang diperoleh melalui tes. Pada setiap
item soal yang dijawab dengan benar, maka diberi skor 1 sedangkan yang salah
atau tidak menjawab soal maka diberi skor 0. Skor merupakan nilai mentah yang
diperoleh oleh siswa. Skor ini diperoleh berdasarkan kriteria penilaian hasil
belajar.
Adapun nilai merupakan hasil dari jumlah skor yang
diperoleh siswa, dibagi jumlah skor maksimal, dikalikan seratus. Untuk
mendapatkan nilai, hasil tes diolah dengan menghitung
daya serap untuk masing-masing siklus. Dengan demikian rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Dengan kriteria ketuntasan adalah masing-masing siswa
mampu menjawab 75% soal yang diberikan. Sedangkan
kriteria sukses ditetapkan dalam penelitian ini adalah jika 80% siswa dapat
menjawab ≥ 75
% soal atau 80% siswa tuntas.
2. Aktivitas Guru dan Siswa
Data aktivitas guru dan siswa diperoleh melalui hasil
pengamatan dengan menggunakan format observasi, catatan lapangan. Data
yang diperoleh melalui format pengamatan dianalisis dengan menghitung skor
masing-masing komponen penilaian, selanjutnya diolah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Adapun
kriteria taraf keberhasilan tindakan aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran terdapat pada Tabel
3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1 Kriteria taraf keberhasilan aktivitas guru dan
siswa
No
|
Skor
Total / Pencapaian
|
Kategori
|
1.
|
86-100
|
Sangat
baik
|
2.
|
70-85
|
Baik
|
3.
|
60-69
|
Cukup
|
4.
|
<60
|
Kurang
|
Sumber:
BNSP
Adapun data dari catatan lapangan dianalisis secara deskriptif,
yaitu dengan cara menggambarkan tentang situasi yang sebenarnya mengenai
aktivitas guru dan siswa selama proses pelaksanaan tindakan.
3. Respon Siswa
Untuk mengetahui respon siswa dengan cara
mempresentasikan jawaban dari angket yang diberikan kepada siswa. Jenis angket yang peneliti gunakan adalah angket
tertutup. Bentuk skala angket yang digunakan adalah dengan mencontreng pada salah satu kolom seperti Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS) yang berjumlah 20 item berkaitan
dengan pemahaman siswa pada materi gerak
tumbuhan dan Think Pair Share
(TPS) dipadu media audio visual. Hasil jawaban
angket akan dianalisis dengan statistik
deskriptif sebagai berikut:
(Sudjana,
2003:43)
Keterangan :
P = Presentase yang dicari
f = Frekuensi jawaban siswa
N = Jumlah
siswa
Kriteria
respon siswa
86%
< P < 100% : Sangat Setuju
76%
< P <85% : Setuju
56%
< P <70% : Tidak Setuju
0 % < P <55% : Sangat Tidak Setuju
3.8 Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua kali
pertemuan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2
Tahap-tahap penelitian
No.
|
Siklus
|
Pertemuan
|
Materi
|
Alokasi
Waktu
|
1
|
I
|
I
|
Gerak
Etionom (Tropisme)
|
2 x 40
Menit
|
II
|
Gerak
Etionom (Taksis)
|
2 x 40
Menit
|
||
III
|
Ujian
Siklus I
|
1 x 40 Menit
|
||
2
|
I
|
I
|
Gerak
Etionom (Nasti)
|
2 x 40
Menit
|
II
|
Gerak
Endonom/Otonom
|
2 x 40
Menit
|
||
III
|
Ujian
Siklus II
|
1 x 40 Menit
|
Tahap-tahap
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagaimana yang disampaikan oleh
Sukardi (2008:213) yaitu terdiri dari plan (rencana), act (tindakan),
observe (observasi), dan reflect (perenungan). Keempat tahapan
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan dalam setiap siklus disusun
perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Dengan demikian dalam
perencanaan bukan hanya berisi tentang tujuan atau kompetensi yang harus
dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan prilaku khususnya oleh guru
dalam proses pembelajaran.
2. Tindakan
Pelaksanaan
tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru. Selama proses penelitian guru
berperan dari awal sampai akhir tindakan. Dalam pelaksanaan tindakan peneliti
sudah mempersiapkan bahan dalam penelitian (RPP, lembar pengamatan aktivitas
guru dan siswa, angket respon siswa dan catatan lapangan).
3. Observasi
Observasi/pengamatan
dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa di kelas selama proses pembelajaran
berlangsung. Kegiatan yang akan diamati meliputi aktivitas siswa dan peneliti
sebagai pengajar. Observasi dilapangan dilakukan oleh dua orang yang berasal
dari teman sejawat peneliti atau dari guru bidang studi yang bersangkutan.
4. Refleksi
Refleksi/perenungan
dilakukan diakhir tindakan guna untuk meninjau berbagai kekurangan yang
dilaksanakan peneliti selama tindakan. Refleksi dilakukan dengan melakukan
diskusi dengan observer yang biasanya dilakukan dengan teman sejawat atau guru
bidang studi. Kriteria untuk masing-masing tindakan terdiri dari kriteria
proses dan kriteria hasil. Hasil pelaksanaan pembelajaran dikatakan tercapai, bila 80% dari jumlah
semua siswa (Subjek penelitian) memperoleh skor akhir tindakan > 75% dari skor
total. Sedangkan proses pembelajaran dikatakan
baik jika telah mencapai nilai taraf keberhasilan >80%. Jika proses
pembelajaran sudah tercapai tetapi hasil pelaksanaan pembelajaran belum
tercapai, maka peneliti masuk ke siklus II dan merevisi kelemahan yang ada pada
siklus I.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Paparan Data Pratindakan
Penelitian dilaksanakan di SMP
Negeri 2 Samalanga Kabupaten Bireuen, sebelum melakukan penelitian, pada
tanggal 11 Juli 2017 terlebih dahulu peneliti melakukan pertemuan dengan kepala
sekolah, bagian kurikulum dan pengajaran
serta guru bidang IPA kelas VIII. Setelah melakukan pertemuan, maka
ditentukanlah pelaksanaan penelitian yang dilakukan mulai tanggal 13 sampai 18
Juli 2017 hingga selesai dalam dua
siklus. Untuk membantu peneliti dalam proses penelitian Kepala Sekolah menunjuk
ibu Zahraturrahmi S.Pd selaku guru bidang studi IPA kelas VIII SMP Negeri 2
Samalanga untuk membantu peneliti selama mengadakan penelitian.
4.1.2
Paparan Data Siklus I
Pada tahap ini peneliti yang
bertindak sebagai guru peneliti mempersiapkan semua perangkat yang dibutuhkan,
kemudian melaksanakan tindakan kelas dengan subjek penelitian yang telah
direncanakan yaitu siswa kelas VIII2 SMP Negeri 2 Samalanga
Kabupaten Bireuen dengan jumlah 20 orang siswa pada semester ganjil tahun
ajaran 2017/2018.
A.
Tindakan
1
1.
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan
beberapa persiapan, diantaranya adalah menyiapkan silabus (Lampiran 1), RPP
gerak tropisme (Lampiran 2) sebagai perangkat pembelajaran, menyiapkan LKS
gerak tropisme (Lampiran 3), menyiapkan bahan pembelajaran yaitu materi tentang
gerak tropisme pada tumbuhan, menyiapkan lembar pengamatan aktivitas guru dan
siswa (Lampiran 4 dan 5) untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam
menerapkan model pembelajaran TPS dipadu
media audio visual. kemudian guru juga menyiapkan kisi-kisi soal (Lampiran 12),
soal akhir siklus (Lampiran 13).
2.
Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada
tanggal 13 Juli 2017, maka peneliti melaksanakan langkah-langkah pembelajaran
sesuai dengan model pembelajaran TPS dipadu media audio visual dangan alokasi
waktu yang telah diterapkan, dimana masing-masing tahap dijelaskan sebagai
berikut:
1)
Kegiatan awal (10 menit)
Kegiatan ini dimulai dari
mengucapkan salam, meminta siswa membaca doa, mengajukan pertanyaaan apersepsi.
Kemudian guru memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajara, serta
menyampaikan sedikit cakupan materi mengenai gerak tropisme.
2)
Kegiatan inti (60 menit)
Pada kegiatan inti peneliti (sebagai
guru) membentuk kelompok secara acak, dimana satu kelompok berjumlah dua
anggota dengan total 10 kelompok. Kemudian guru membagikan LKS, guru
menjelaskan cara mengerjakan LKS, kemudian guru menayangkan video mengenai
materi yang akan dipelajari, siswa di minta mengamati video yang ditayangkan,
serta meminta setiap anggota untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang berkaitan dengan video yang
di tayangkan. Jawaban pertanyaan kemudian diisi secara mandiri dikolom yang
telah disediakan oleh guru pada LKS. Guru kemudian meminta siswa
untuk membagikan hasil pemikirannya kepada teman satu kelompok. Kemudian guru
juga membimbing siswa mengerjakan LKS. Selanjutnya guru meminta salah satu perwakilan kelompok
untuk maju ke depan dan memaparkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Siswa kemudian mengumpulkan LKS, yang selanjutnya akan dinilai oleh guru. Pada
tindakan ini, diperoleh rata-rata nilai kelompok sebesar 70, rekapitulasi nilai
LKS siklus I tindakan I dapat dilihat pada Lampiran 8. Kemudian guru memberikan
penjelasan lebih mendalam tentang materi tropisme, dan siswa mencatat materi
yang dijelaskan oleh guru.
3)
Kegiatan penutup (10 menit)
Guru bersama
siswa mengambil kesimpulan dari materi yang telah dibahas, guru mempersilahkan
siswa mengajukan pertanyaan apabila ada materi yang tidak dimengerti mengenai
materi. Kemudian guru menyampaikan judul materi yang akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya dan guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
3.
Observasi
Hasil observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TPS dipadu
media audio visual, siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Data
hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam penelitian ini dianalisa dalam
bentuk persentase. Skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan
hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata
dengan cara membagikan jumlah skor maksimal di kalikan 100% dengan rumus
sebagai berikut:
(Sudjana,
2003:43)
Keterangan :
P = Presentase
yang dicari
f = Skor
yang diperoleh
N = Skor
maksimal
Hasil observasi yang dilakukan
oleh dua orang pengamat terhadap aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar
dengan mengisi lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang telah disediakan
oleh peneliti.
1)
Analisis
Aktivitas Guru
Adapun pengamatan terhadap
aktivitas guru tindakan I siklus I secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.1
di bawah ini:
Tabel 4.1 Persentase Analisis
Hasil Pengamatan Kegiatan
Guru Siklus
I Tindakan I
Tahap/Fase
|
Tindakan I
siklus I
|
|||||
Skor aktivitas
|
Rata-rata
|
Persentase
|
Ket
|
|||
PI
|
PII
|
Skor maksimal
|
||||
Awal
|
3
|
4
|
5
|
3,5
|
70%
|
Baik
|
Inti
|
12
|
12
|
20
|
12
|
60%
|
Cukup
|
Akhir
|
3
|
3
|
5
|
3
|
60%
|
Cukup
|
Jumlah
|
18
|
19
|
30
|
18,5
|
63,3%
|
Cukup
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Berdasarkan data hasil observasi
yang dilakukan pengamat (PI) terhadap aktivitas guru jumlah skor yang diperoleh
(f) adalah 18, skor maksimal (n) adalah
30, maka persentase skor adalah:
=
60%
Observasi
yang dilakukan pengamat (PII) terhadap aktivitas guru jumlah skor yang
diperoleh (f) adalah 19, skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor
adalah: :
= 63,3%
Berdasarkan skor persentase
pengamat I dan II, skor persentase rata-ratanya adalah:
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas, skor rata-rata aktivitas guru melalui observasi
pengamat I dan II adalah 61,7%. Angka ini berarti bahwa taraf keberhasilan
aktivitas guru masih berada pada kategori cukup. Artinya peneliti harus
memperbaiki berbagai kekurangan yang ditemukan. Kekurangan yang ditemukan
antara lain adalah guru tidak
menjelaskan langkah-langkah model yang diterapkan, guru kurang membiming
siswa saat mengerjakan LKS, guru kurang menjelaskan materi dengan cakupan yang
lebih luas, juga kurang memotivasi siswa dalam belajar. Kekurangan ini harus di
perbaiki agar tercapai ketuntasan yang diharapkan pada tindakan selanjutnya.
2)
Analisis
Aktivitas Siswa
Pengamatan
terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diukur
dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa. Adapun hasil pengamatan terhadap
aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Persentase Analisis Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Tindakan I
Tahap/Fase
|
Tindakan I
siklus I
|
|||||
Skor aktivitas
|
Rata-rata
|
Persentase
|
Ket
|
|||
PI
|
PII
|
Skor maksimal
|
||||
Awal
|
3
|
3
|
5
|
3
|
60%
|
Cukup
|
Inti
|
10
|
11
|
20
|
10,5
|
52,5%
|
Kurang
|
Akhir
|
3
|
3
|
5
|
3
|
60%
|
Cukup
|
Jumlah
|
16
|
17
|
30
|
16,5
|
57,5%
|
Kurang
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Berdasarkan
data hasil observasi yang dilakukan pengamat (PI) terhadap aktivitas siswa,
jumlah skor yang diperoleh (f) adalah 16,
skor maksimal 30 (n), maka persentase skor adalah :
Observasi
yang dilakukan pengamat (PII) terhadap aktivitas siswa, jumlah skor yang
diperoleh adalah 17, skor maksimal 30
dengan demikian persentase skor adalah:
= 56.7%
Berdasarkan skor persentase
pengamat I dan II, skor persentase rata-ratanya adalah:
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas, skor rata-rata aktivitas guru berdasarkan observasi
pengamat I dan II adalah 55%. Angka ini berarti bahwa taraf keberhasilan
aktivitas siswa masih berada pada kategori kurang, karena siswa masih belum
termotivasi, belum mampu menyerap materi dengan baik dan belum mampu melakukan
diskusi dengan baik. Rekapitulasi
aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada Lampiran 11.
4.
Refleksi
Berdasarkan
data yang ditemukan pada tindakan I siklus I, aktivitas guru berada pada
kateori cukup dan aktivitas aktivitas siswa masih berada pada kategori kurang.
Maka untuk tindakan berikutnya perlu dilakukan beberapa perbaikan, khususnya pada kegiatan memotivasi siswa agar
lebih termotivasi dalam belajar; baik secara individu maupun kelompok. Guru
harus lebih meningkatkan pengetahuan mengenai materi yang akan dibahas
berikutnya agar siswa dapat memahami materi dengan lebih efektif.
B.
Tindakan
2
1. Perencanaan
Setelah waktu pelaksanaan
ditentukan, maka peneliti menyiapkan rencana pembelajaran (RPP) gerak taksis
(Lampiran 6), lembar kegiatan siswa (LKS) gerak taksis (Lampiran 7). Selain itu
peneliti juga menyiapkan lembar aktivitas guru dan siswa (Lampiran 9 dan 10)
untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan model pembelajaran
TPS dipadu media audio visual.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2017 dengan menerapkan model pembelajaran dan
materi sesuai dengan yang tertera pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang telah disusun sebelumnya. Berikut paparan kegiatan yang telah dilakukan:
1)
Kegiatan awal (10 menit)
Pada kegiatan awal, guru memberi
salam pembuka, guru mengkoordinasikan kelas, guru meminta siswa untuk membaca
doa, memberi apersepsi agar siswa bersemangat dan termotivasi dalam belajar. Kemudian
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan sedikit cakupan materi
yang akan dipelajari.
2)
Pada kegiatan inti (60 menit)
Guru membentuk 10 kelompok secara acak, dimana satu kelompok
berjumlah 2 anggota. Kemudian guru membagikan LKS dan mendemonstrasikan cara
mengerjakan LKS berdasarkan video yang akan
diamati. Selanjutnya guru menayangkan video gerak taksis pada tumbuhan,
memberi kesempatan siswa untuk mengamati. Kemudian siswa menjawab pertanyaan
pada LKS secara individu , jawaban pertanyaan kemudian diisikan di kolom yang
tertera pada LKS. kemudian hasil jawaban
setiap siswa disampaikan kepada teman satu kelompok selanjutnya menggabungkan
jawaban anggota 1 dengan anggota 2 sehingga menghasilkan satu jawaban yang tepat.
Guru mendampingi
siswa mengerjakan LKS dan memotivasi siswa agar bekerja secara aktif dalam
kelompoknya, kemudian guru memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan hasil
kerja kelompoknya di depan kelas secara
bergiliran. Siswa kemudian mengumpulkan LKS yang selanjutnya akan di nilai oleh
guru. Pada tindakan ini diperoleh rata-rata nilai kelompok sebesar 80,
rekapitulasi nilai LKS siklus I tindakan II dapat dilihat pada Lampiran 8. Selanjutnya guru menyampaikan materi dengan
cakupan lebih luas. Siswa mendengar dan mencatat materi yang dibahas oleh guru.
3)
Pada kegiatan penutup (10 menit)
Pada
kegiatan ini, guru meminta siswa merefleksi dan mengulang kembali apa yang
telah dipelajari. Dengan bimbingan guru, siswa mengambil kesimpulan mengenai
gerak taksis pada tumbuhan. Guru mempersilahkan siswa bertanya mengenai materi
yang tidak dimengerti. Kemudian guru menyampaikan judul materi yang akan
dibahas berikutnya, guru menutup pembelajaran
dengan memberi salam.
3. Pengamatan
1)
Analisis
Aktivitas Guru
Pengamatan terhadap
aktivitas guru tindakan II siklus I selama pembelajaran berlangsung, diukur
dengan menggunakan lembar pengamatan
aktivitas guru. Adapun hasil pengamatan terhadap akivitas guru tindakan
II siklus I dapat dilihat secara ringkas pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Persentase Analisis
Hasil
Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I Tindakan II
Tahap/Fase
|
Tindakan II
siklus I
|
|||||
Skor aktivitas
|
Rata-rata
|
Persentase
|
Ket
|
|||
PI
|
PII
|
Skor maksimal
|
||||
Awal
|
4
|
5
|
5
|
4.5
|
90%
|
Sangat
baik
|
Inti
|
14
|
14
|
20
|
14
|
70%
|
Baik
|
Akhir
|
4
|
4
|
5
|
3,5
|
70%
|
Baik
|
Jumlah
|
22
|
23
|
30
|
22
|
76,7%
|
Baik
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Berdasarkan data hasil observasi
yang dilakukan pengamat (PI) terhadap aktivitas guru, jumlah skor yang
diperoleh (f) adalah 22, skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor adalah :
= 73,3%
Observasi
yang dilakukan pengamat (PII) terhadap aktivitas guru. jumlah skor yang
diperoleh (f) adalah 23, skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor
adalah :
= 76,7%
Berdasarkan skor persentase
pengamat I dan II, skor persentase rata-ratanya adalah:
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas, skor rata-rata aktivitas guru berdasarkan observasi
pengamat I dan II adalah 75%. Angka ini berarti bahwa taraf keberhasilan aktivitas guru termasuk
kategori baik dan sudah berjalan sebagaimana mestinya.
2)
Analisis
Aktivitas Siswa
Analisis
aktivitas siswa terhadap kegiatan belajar pada tindakan II siklus I secara
ringkas dapat terlihat pada Tabel 4.4 di
bawah ini:
Tabel 4.4 Persentase Analisis Hasil
Pengamatan
Kegiatan Siswa Siklus I Tindakan II
Tahap/Fase
|
Tindakan II
siklus I
|
|||||
Skor aktivitas
|
Rata-rata
|
Persentase
|
Ket
|
|||
PI
|
PII
|
Skor maksimal
|
||||
Awal
|
4
|
4
|
5
|
4
|
80%
|
Baik
|
Inti
|
12
|
12
|
20
|
12
|
60%
|
Cukup
|
Akhir
|
3
|
4
|
5
|
3,5
|
70%
|
Baik
|
Jumlah
|
9
|
20
|
30
|
19,5
|
70%
|
Baik
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Berdasarkan data hasil
observasi yang dilakukan pengamat (PI) terhadap aktivitas siswa, jumlah skor
yang diperoleh (f) adalah 19 skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor adalah :
= 63,3%
Observasi
yang dilakukan pengamat (PII) terhadap aktivitas siswa, jumlah skor yang
diperoleh (f) adalah 20, skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor
adalah :
= 66,7%
Berdasarkan skor persentase
pengamat I dan II, skor persentase rata-ratanya adalah:
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas, skor rata-rata aktivitas siswa berdasarkan observasi
pengamat I dan II adalah 65%. Angka ini berarti bahwa taraf keberhasilan aktivitas siswa masih berada
pada kategori cukup. Rekapitulasi
persentase pengamatan aktivitas guru dan siswa siklus I tindakan II
dapat dilihat pada Lampiran 11.
3)
Analisis
Hasil Belajar
Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Persentase Analisis
Tingkat Pencapaian Hasil Belajar
No
|
Siklus I
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
|
Tuntas
|
13 siswa
|
65%
|
2.
|
Tidak Tuntas
|
7 siswa
|
35%
|
Jumlah
|
20 siswa
|
100%
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Berdasarkan
tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 20 siswa yang mengikuti tes akhir siklus I,
13 siswa yang berada pada kategori tuntas, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak
7 siswa (Lampiran 15). Kriteria
ketuntasan yang ditetapkan adalah masing-masing siswa mampu menjawab 65%
soal yang diberikan. Sedangkan kriteria
sukses ditetapkan dalam penelitian ini adalah jika 80% siswa dapat menjawab ≥ 75 %, maka persentasenya
adalah:
=
65%
Data hasil belajar siswa pada siklus I belum
tercapai nilai ketuntasan yang telah ditargetkan, meskipun banyak siswa yang tuntas yaitu mencapai 13 siswa atau 65% dan yang
tidak tuntas hanya 7 siswa atau 35%. Angka ini berarti bahwa belum
memenuhi kriteria yang ditentukan, sedangkan ketuntasan yang ditetapkan adalah 80% siswa yang harus tuntas. Rekapitulasi
hasil jawaban siklus I dapat dilihat pada Lampiran 14.
4)
Analisis
Aktivitas Guru Tindakan I dan II
Pengamatan
terhadap aktivitas guru pada siklus I selama KBM berlangsung diukur dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas guru. Adapun pengamatan terhadap
aktivitas guru selama KBM secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6 Analisis hasil
Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I
No
|
Siklus I
|
Persentase (%)
|
Kategori
|
1.
|
Tindakan I
|
61.7%
|
Cukup
|
2.
|
Tindakan II
|
75%
|
Baik
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Dari Tabel
4.6 masih terlihat, bahwa pembelajaran belum berlangsung sebagaimana yang
diharapkan. Hal ini berdasarkan perolehan nilai persentase rata-rata kegiatan
guru pada tindakan I masih berada pada kategori cukup (61,7%), sedangkan pada
tindakan II berada pada kategori baik (75%).
5)
Analisis
Aktivitas Siswa Tindakan I dan II
Pengamatan terhadap siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung diukur dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas
siswa, secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7 Analisis Hasil
Pengamatan Aktivitas siswa Siklus I
No
|
Siklus I
|
Persentase (%)
|
Kategori
|
1.
|
Tindakan I
|
55%
|
Kurang
|
2.
|
Tindakan II
|
65%
|
Cukup
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Dari tabel
4.7 masih terlihat bahwa, pembelajaran tidak berlangsung sebagaimana yang
diharapkan. Hal ini berdasarkan perolehan nilai rata-rata pada tindakan I yakni
55% dengan kategori kurang pada tindakan
II yakni 65% dengan kategori cukup.
4.
Refleksi
Berdasarkan data dan proses yang
telah ditemukan pada siklus I maka dengan ini guru (peneliti) dan pengamat
memutuskan akan melanjutkan proses pembelajaran kesiklus selanjutnya. pada
siklus I hasil belajar siswa masih rendah dan tidak memenuhi kriteria
ketuntasan minimum yaitu 80% siswa yang harus tuntas sedangkan pada siklus I
hanya 65% siswa yang tuntas belum
mencapai kriteria yang diharapkan.
Aktivitas guru pada tindakan I berada pada kategori
cukup, karena guru masih kurang memotivasi siswa dalam belajar, guru belum
menjelaskan materi secara luas, guru kurang membimbing siswa saat mengerjakan
LKS. Sedangkan aktivitas siswa masih terdapat kategori kurang dan cukup, karena
siswa belum termotivasi untuk belajar secara mandiri dan kelompok, siswa belum
memahami isi materi, siswa juga belum memahami isi video yang diamati, maka
siklus ini belum dikatakan berhasil.
5.
Catatan
Lapangan
Catatan lapangan yang dijumpai
peneliti bersama pengamat selama siklus I yang terdiri dari 2 tindakan, maka
data yang diperoleh sebagai berikut:
1)
Pada kegiatan awal pembelajaran,
tidak berjalan sesuai rencana yang dimaksud dalam pembelajaran. Hal ini
disebabkan karena siswa tidak memahami tujuan pembelajaran.
2)
Pada kegiatan diskusi kelompok,
ditemukan ada siswa yang masih ragu dalam mengemukakan pendapat dan masih ada
siswa yang tidak berinisisatif membagi pendapatnya kepada teman satu
kelompok, siswa kurang memiliki kemampuan untuk menggabungkan pendapatnya
dengan teman. Pada kegiatan ini juga ditemukan masih banyak siswa yang
tidak berani tampil di depan teman-temannya.
3)
Siswa masih mampu memahami isi
video yang ditayangkan oleh guru dan siswa belum mampu mengambil kesimpulan
dari materi yang telah dipelajari.
4)
Kekurangan
guru pada siklus ini adalah guru kurang
menjelaskan materi dengan cakupan yang lebih luas dan kurang memotivasi siswa
dalam bekerjasama dengan kelompok. Sehingga masih banyak siswa yang belum tertarik
untuk belajar dan bekerjasama dengan kelompoknya. Kekurangan ini perlu
perbaikan pada siklus selanjutnya agar tercapai ketuntasan yang ditetapkan.
4.1.3
Paparan Data Siklus II
Berdasarkan
refleksi yang ada pada siklus I, maka guru bersama pengamat menetapkan bahwa
tindakan yang dilaksanakan pada siklus I
perlu perbaiki pada siklus ke II agar pembelajaran berlangsung dengan optimal.
A.
Tindakan 1
1. Perencanaan
Setelah waktu pelaksanaan
ditentukan, maka peneliti juga
menyiapkan perangkat pembelajaran yang sama seperti siklus I yaitu:
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) gerak nasti (Lampiran 16), lembar
kegiatan siswa (LKS) gerak nasti (Lampiran 17), lembar pengamatan aktivitas
guru dan siswa untuk mengamati aktivitas guru dan siswa (Lampiran 18 dan 19)
dalam menerapkan model pembelajaran TPS dipadu media audio visual.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2017 dengan menerapkan model pembelajaran
sesuai dengan yang tertera pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
telah disusun sebelumnya, berikut paparan kegiatan yang telah dilakukan:
1)
Kegiatan awal (10 menit)
Pada kegiatan pendahuluan, guru
memberi salam pembuka, guru memgkoordinasikan kelas, guru membimbing siswa
membaca doa, memberi apersepsi agar siswa bersemangat dan termotivasi dalam
belajar. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan
sedikit cakupan materi yang akan dipelajari.
2)
Kegiatan inti (60 menit)
Pada kegiatan inti peneliti
(sebagai guru) membentuk kelompok secara acak, dimana satu kelompok berjumlah
dua anggota dengan total 10 kelompok. Kemudian guru membagikan LKS,
menjelaskan cara mengerjakan LKS, kemudian menayangkan video mengenai gerak
nasti, siswa di minta mengamati video yang ditayangkan. Pada tindakan ini guru
menayangkan video sebanyak dua kali karena
secara umum siswa belum memahami isi video, kemudian meminta setiap
anggota untuk memikirkan jawaban dari
pertanyaan yang berkaitan dengan video yang di tayangkan. Jawaban
pertanyaan kemudian diisi secara
individu dikolom yang telah disediakan oleh guru pada LKS. Guru kemudian meminta
siswa untuk membagikan hasil pemikirannya kepada teman satu kelompoknya.
Pada saat
kegiatan diskusi berlangsung guru membimbing siswa mengerjakan LKS.
Selanjutnya guru meminta salah satu
perwakilan kelompok untuk maju ke depan dan memaparkan hasil kerja kelompoknya
di depan kelas. Pada saat persentasi guru mendampingi siswa dan memberi
motivasi kepada siswa agar lebih berani tampil didepan teman-teman. Siswa
kemudian mengumpulkan LKS, yang selanjutnya akan dinilai oleh guru. Pada
tindakan ini, diperoleh rata-rata nilai kelompok sebesar 90. Rekapitulasi nilai
LKS siklus I tindakan I dapat dilihat pada Lampiran 22. Kemudian guru
memberikan penjelasan lebih mendalam tentang materi nasti, dan siswa mencatat
materi yang dijelaskan oleh guru.
3)
Pada kegiatan penutup (10 menit)
Pada kegiatan ini guru meminta
siswa merefleksi dan mengulang kembali kembali apa yang telah dipelajari. Dengan
bimbingan guru siswa mengambil kesimpulan mengenai gerak nasti pada tumbuhan.
Guru mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak
dimengerti, kemudian guru menyampaikan judul materi yang akan dibahas
berikutnya dan guru menutup pembelajaran dengan memberi salam.
3. Pengamatan
Hasil obervasi pada pelakasanaan
tindakan I siklus II menunjukkan bahwa, semua kegiatan dilaksanakan sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa.
1)
Analisis
Aktivitas Guru
Pengamatan
terhadap aktivitas guru tindakan I siklus II selama pembelajaran berlangsung
diukur dengan menggunakan lembar
pengamatan aktivitas guru. Adapun hasil pengamatan terhadap akivitas guru
tindakan I siklus II dapat dilihat secara ringkas pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Persentase Analisis hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II Tindakan I
Tahap/Fase
|
Tindakan I
siklus I
|
|||||
Skor aktivitas
|
Rata-rata
|
Persentase
|
Ket
|
|||
PI
|
PII
|
Skor maksimal
|
||||
Awal
|
5
|
5
|
5
|
5
|
100%
|
Sangat
baik
|
Inti
|
15
|
15
|
20
|
15
|
75%
|
Baik
|
Akhir
|
4
|
5
|
5
|
4,5
|
90%
|
Sangat
baik
|
Jumlah
|
24
|
25
|
30
|
24,5
|
88,3
%
|
Sangat
baik
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Berdasarkan
data hasil observasi yang dilakukan pengamat (PI) terhadap aktivitas guru
jumlah skor yang diperoleh (f) adalah 24, skor maksimal (n) 30, maka persentase skor adalah :
= 80%
Observasi
yang dilakukan pengamat (PII) terhadap aktivitas guru jumlah skor yang
diperoleh (f) adalah 25, skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor
adalah : . = 83,3%
Berdasarkan
skor persentase pengamat I dan II, skor persentase rata-ratanya adalah: .
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas, skor rata-rata aktivitas guru berdasarkan observasi
pengamat I dan II adalah 82%. Angka ini berarti bahwa taraf keberhasilan
aktivitas guru termasuk kategori baik. Artinya proses pembelajaran pada
siklus II tindakan I sudah berjalan sebagaimana mestinya.
2)
Analisis
Aktivitas Siswa
Analisis aktivitas siswa terhadap
kegiatan siswa selama proses KBM pada tindakan I siklus II secara ringkas dapat
terlihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Persentase Analisis hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II Tindakan I
Tahap/Fase
|
Tindakan I
siklus II
|
|||||
Skor aktivitas
|
Rata-rata
|
Persentase
|
Ket
|
|||
PI
|
PII
|
Skor maksimal
|
||||
Awal
|
5
|
5
|
5
|
5
|
100%
|
Sangat
baik
|
Inti
|
14
|
15
|
20
|
14,4
|
72,5%
|
Baik
|
Akhir
|
4
|
5
|
5
|
4,5
|
90%
|
Sangat
baik
|
Jumlah
|
23
|
25
|
30
|
23,9
|
87,5
%
|
Sangat
baik
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Berdasarkan data hasil observasi
yang dilakukan pengamat (PI) terhadap aktivitas siswa jumlah skor yang
diperoleh (f) adalah 23, skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor adalah :
=76,7%
Observasi
yang dilakukan pengamat (PII) terhadap aktivitas siswa jumlah skor yang
diperoleh (f) adalah 25, skor maksimal
(n) adalah 30, maka persentase skor adalah :
= 83,3%
Berdasarkan skor persentase
pengamat I dan II, skor persentase rata-ratanya adalah:
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas, skor rata-rata aktivitas siswa melalui observasi
pengamat I dan II adalah 80%. Angka ini
berarti bahwa taraf keberhasilan aktivitas siswa termasuk kategori baik.
Rekapitulasi persentase pengamatan aktivitas guru dan siswa siklus II tindakan
I dapat dilihat pada Lampiran 25.
B. Tindakan II
1. Perencanaan
Setelah waktu pelaksanaan
ditentukan, maka peneliti juga
menyiapkan perangkat pembelajaran yang sama saat seperti siklus I yaitu:
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) gerak endonom (Lampiran 20), lembar
kegiatan siswa (LKS) gerak endonom (Lampiran 21), lembar pengamatan aktivitas
guru dan siswa (Lampiran 23 dan 24) untuk mengamati aktivitas guru dan siswa
dalam menerapkan model pembelajaran TPS dipadu media audio visual dan menyiapkan kisi-kisi soal ((Lampiran 26)
dan soal akhir siklus II (Lampiran 27). Serta
angket respon siswa (Lampiran 31) untuk mengetahui respon siswa terhadap model
pembelajaran TPS dipadu media audio visual pada materi gerak
tumbuhan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2017 dengan menerapkan model pembelajaran
sesuai dengan yang tertera pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
telah disusun sebelumnya. berikut paparan kegiatan yang telah dilakukan:
1)
Kegiatan awal (10 menit)
Pada kegiatan pendahuluan, guru
memberi salam pembuka, guru
mengkoordinasikan kelas, guru meminta siswa untuk membaca doa, memberi apersepsi agar siswa
bersemangat dan termotivasi dalam belajar. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan sedikit cakupan materi yang
akan dipelajari.
2)
Pada kegiatan inti (60 menit)
Pada kegiatan inti peneliti
(sebagai guru) membentuk kelompok secara acak, dimana satu kelompok berjumlah
dua anggota dengan total 10 kelompok. Kemudian guru membagikan LKS,
menjelaskan cara mengerjakan LKS, kemudian menayangkan video mengenai materi
gerak endonom, siswa di minta mengamati video yang ditayangkan. Pada kegiatan
ini guru menayangkan video sebanyak dua kali karena secara umum siswa belum memahami isi video,
selanjutnya meminta setiap anggota kelompok untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang berkaitan dengan video yang
di tayangkan. Jawaban pertanyaan kemudian diisi
secara mandiri dikolom yang telah disediakan oleh guru pada LKS. Guru
kemudian meminta siswa untuk membagikan hasil pemikirannya kepada teman satu
kelompoknya.
Pada saat
diskusi berlangsung guru membimbing siswa mengerjakan LKS. Selanjutnya guru meminta salah satu perwakilan kelompok
untuk maju ke depan dan memaparkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Pada
saat persentasi guru mendampingi siswa dan memberi motivasi kepada siswa agar
lebih berani tampil didepan teman-teman. Siswa kemudian mengumpulkan LKS, yang
selanjutnya akan dinilai oleh guru. Pada tindakan ini, diperoleh rata-rata
nilai kelompok sebesar 95, rekapitulasi
nilai LKS siklus I tindakan I dapat dilihat pada lampiran 22. Kemudian guru
memberikan penjelasan lebih mendalam tentang materi endonom, dan siswa
mendenagar serta mencatat materi yang dijelaskan oleh guru.
3)
Pada kegiatan penutup (10 menit)
Pada
kegiatan penutup, guru meminta siswa merefleksi dan mengulang sekilas mengenai
yang telah dipelajari. Dengan bimbingan guru siswa menarik kesimpulan mengenai
gerak endonom. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya mengenai materi
yang tidak dimengerti, guru menyampaikan judul materi yang akan dibahas
berikutnya, serta guru menutupnya dengan memberi salam.
3. Pengamatan
1)
Analisis
Aktivitas Guru
Pengamatan
terhadap aktivitas guru tindakan II siklus II selama pembelajaran berlangsung
diukur dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru. hasil pengamatan
terhadap aktivitas guru tindakan II siklus II dapat dilihat secara ringkas pada
Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Persentase Analisis hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus
II Tindakan
II
Tahap/Fase
|
Tindakan II
siklus II
|
|||||
Skor aktivitas
|
Rata-rata
|
Persentase
|
Ket
|
|||
PI
|
PII
|
Skor maksimal
|
||||
Awal
|
5
|
5
|
5
|
5
|
100%
|
Sangat
baik
|
Inti
|
18
|
18
|
20
|
18
|
90%
|
Sangat
baik
|
Akhir
|
5
|
5
|
5
|
5
|
100%
|
Sangat
baik
|
Jumlah
|
28
|
28
|
30
|
38
|
96,7%
|
Sangat
baik
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Berdasarkan data hasil observasi
yang dilakukan pengamat (PI) terhadap aktivitas guru jumlah skor yang diperoleh
(f) adalah 28, skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor adalah :
= 93,3%
Observasi
yang dilakukan pengamat (PII) terhadap aktivitas guru jumlah skor yang
diperoleh (f) adalah 28, skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor
adalah :
= 93,3%
Berdasarkan
skor persentase pengamat I dan II, skor persentase rata-ratanya adalah:
Berdasarkan
hasil perhitungan diatas, skor rata-rata aktivitas guru berdasarkan observasi
pengamat I dan II adalah 93,3%. Angka ini berarti bahwa taraf keberhasilan
aktivitas guru sudah termasuk kategori sangat baik.
2)
Analisis
Aktivitas Siswa
Analisis aktivitas siswa terhadap
kegiatan siswa selama kegiatan belajar pada tindakan II siklus II secara
ringkas dapat terlihat pada Tabel 4.11 di bawah ini:
Tabel
4.11 Persentase
Analisis hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II Tindakan II
Tahap/Fase
|
Tindakan II
siklus II
|
|||||
Skor aktivitas
|
Rata-rata
|
Persentase
|
Ket
|
|||
PI
|
PII
|
Skor maksimal
|
||||
Awal
|
5
|
5
|
5
|
5
|
100%
|
Sangat
baik
|
Inti
|
17
|
18
|
20
|
17,5
|
87,5%
|
Sangat
baik
|
Akhir
|
5
|
5
|
5
|
5
|
100%
|
Sangat
baik
|
Jumlah
|
27
|
28
|
30
|
27,5%
|
95,83%
|
Sangat
baik
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Berdasarkan data hasil observasi
yang dilakukan pengamat (PI) terhadap aktivitas siswa jumlah skor yang diperoleh (f) adalah 27, skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor adalah :
= 90%
Observasi
yang dilakukan pengamat (PII) terhadap aktivitas siswa jumlah skor yang
diperoleh (f) adalah 28, skor maksimal (n) adalah 30, maka persentase skor adalah :
= 93,3%
Berdasarkan skor persentase
pengamat I dan II, skor persentase rata-ratanya adalah:
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas, skor rata-rata aktivitas siswa melalui observasi
pengamat I dan II adalah 92%. Angka ini
berarti bahwa taraf keberhasilan aktivitas siswa sudah termasuk kategori
sangat baik dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Hasil
pengamatan pada pelaksanaan tindakan II siklus II menunjukkan bahwa, semua
aktivitas dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan siswa. Rekapitulasi persentase pengamatan aktivitas
guru dan siswa siklus II tindakan II dapat dilihat pada Lampiran 25.
3)
Analisis
Hasil Belajar Siklus II
Analisis hasil belajar siswa pada
siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah ini:
Tabel 4.12 Persentase Analisis
Tingkat Pencapaian Hasil Belajar
No
|
Siklus II
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
|
Tuntas
|
17 siswa
|
85%
|
2.
|
Tidak Tuntas
|
3 siswa
|
15%
|
Jumlah
|
20 siswa
|
100%
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Dari Tabel
4.12 dapat dilihat pada siklus II sudah
tercapai nilai ketuntasan yang telah ditargetkan. Siswa yang tuntas
mencapai 17 siswa atau (85%), sedangkan yang tidak tuntas hanya 3 siswa (15%). Rekapitulasi
hasil jawaban akhir siklus II dapat di lihat pada lampiran 29. Kriteria
ketuntasan yang ditetapkan adalah 80%,
sedangkan persentase yang diperoleh adalah
85% tuntas. Rekapitulasi ketuntasan materi siklus II dapat di lihat pada
lampiran 30. Secara
ringkas hasil belajar siswa selama 2 siklus dapat dilihat pada Gambar 4.1 di
bawah ini:
Gambar 4.1: Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I-II
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
4)
Analisis
Aktivitas Guru Tindakan I dan II siklus II
Pengamatan
terhadap aktivitas guru pada siklus II selama KBM berlangsung diukur dengan
menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru. Hasil pengamatan terhadap
aktivitas guru selama KBM secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.13 di bawah
ini:
Tabel 4.13 Analisis hasil
Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II
No
|
Siklus II
|
Persentase (%)
|
Kategori
|
1.
|
Tindakan I
|
81,65%
|
Baik
|
2.
|
Tindakan II
|
93,3%
|
Sangat baik
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Dari Tabel
4.13 terlihat bahwa pembelajaran sudah berlangsung sebagaimana yang diharapkan.
Hal ini berdasarkan perolehan persentase nilai rata-rata pada tindakan I yakni 82% (kategori baik) dan
tindakan II meningkat menjadi 93,3%
(kategori sangat baik) dan berjalan sebagaimana mestinya. Hasil pengamatan
aktivitas guru pada siklus II mengalami peningkatan jika di bandingkan dengan
siklus I. Secara ringkas aktivitas guru selama penelitian dilaksanakan (siklus
I dan II) dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2:
Peningkatan Aktivitas Guru Siklus I dan II
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
5)
Analias
Aktivitas Siswa Tindakan I dan II siklus
II
Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung diukur dengan menggunakan lembar pengamatan
aktivitas siswa. Hasil
pengamatan aktivitas siswa pada siklus II secara ringkas dapat dilihat pada
tabel 4.14 di bawah ini:
Tabel 4.14 Analisis Hasil
Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II
No
|
Siklus II
|
Persentase (%)
|
Kategori
|
1.
|
Tindakan I
|
80%
|
Baik
|
2.
|
Tindakan II
|
92%
|
Sangat Baik
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Dari Tabel
4.14 terlihat bahwa, pembelajaran berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Hal
ini ini berdasarkan perolehan rata-rata nilai persentase pada tindakan I yakni
80% (kategori baik), pada tindakan II meningkat menjadi 92% (kategori sangat
baik). Hasil pengamatan aktivitas siswa
pada siklus II mengalami peningkatan jika di bandingkan dengan siklus I. Secara
ringkas aktivitas siswa selama 2 siklus dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3:
Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I dan II
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
6)
Analisis
Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran
Analisis hasil pengamatan respon
siswa terhadap model pembelajaran TPS dipadu media audio visual pada materi
gerak tumbuhan dengan menggunakan angket respon siswa secara ringkas dapat
terlihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Analisis Respon Siswa Siklus I
dan II
No.
soal
|
Uraian
|
|||||||
SS
|
Persentase
(%)
|
S
|
Persentase
(%)
|
TS
|
Persentase
(%)
|
STS
|
Persentase
(%)
|
|
1
|
16
|
80%
|
4
|
20%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
15
|
75%
|
5
|
25%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
40%
|
12
|
60%
|
4
|
16
|
80%
|
4
|
20%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
16
|
80%
|
4
|
20%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
14
|
70%
|
6
|
30%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
15
|
75%
|
5
|
25%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
17
|
85%
|
3
|
15%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9
|
13
|
65%
|
7
|
35%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
16
|
80%
|
4
|
20%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
11
|
16
|
80%
|
4
|
20%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12
|
15
|
75%
|
5
|
25%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
13
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
20%
|
16
|
80%
|
14
|
15
|
75%
|
5
|
25%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
15
|
17
|
85%
|
3
|
15%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
16
|
12
|
60%
|
8
|
40%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
17
|
15
|
75%
|
5
|
25%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
18
|
14
|
70%
|
6
|
30%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
19
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12
|
60%
|
8
|
40%
|
20
|
14
|
70%
|
6
|
30%
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Rata-rata
|
64%
|
21%
|
6%
|
9%
|
||||
Total
|
100%
|
Sumber: Hasil Penelitian (2017)
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S :
Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Analisis
respon siswa pada Tabel 4.15 diperoleh keterangan dari 20 siswa dan 20 item
soal angket (Lampiran 31) yang diisi oleh siswa setelah proses KBM berakhir.
Secara umum siswa sangat setuju terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus I
dan II. Hal ini terbukti bahwa sebesar
64% menyatakan sangat setuju terhadap model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru, sedangkan siswa yang setuju sebesar 21%, siswa yang tidak setuju
sebesar 6% dan siswa yang menjawab sangat tidak setuju terhadap model
pembelajaran pada siklus I dan II hanya 9%. Rekapitulasi jawaban angket yang
diisi siswa dapat dilihat pada Lampiran 32.
4.
Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, terhadap peningkatan
hasil belajar siswa pada siklus I hanya 64% siswa dengan hasil belajar.
Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 85% siswa dengan hasil belajar
tuntas (peningkatan 20%). Aktivitas guru dan siswa pada siklus I masih berada
pada kategori cukup, kemudian mengalami perubahan sehingga berada pada kategori
baik dan sangat baik. Pada siklus II ini siswa sudah memahami langkah-langkah
model pembelajaran yang diterapkan. Selain itu, siswa sudah mampu bekerjasama
dengan kelompok, dan mampu mengemukakan dan berbagi pendapat dengan teman.
Siswa juga sudah berani tampil di depan teman-temannya dan sudah mampu memahami
isi materi baik dalam bentuk video maupun yang disampaikan oleh guru.
Aktivitas guru pada sikklus II ini sudah mengalami perubahan. Guru sudah
mampu menguasai langkah model pembelajaran, dan materi secara lebih mendalam.
Guru juga sudah memotivasi dan membimbing siswa saat diskusi berlangsung.
Dengan demikian maka pada siklus II ini sudah mencapai kriteria ketuntasan yang
diharapkan (penelitian ini sudah dikatakan tuntas) dan tidak perlu di lanjutkan
ke siklus berikutnya.
5.
Catatan
Lapangan
Catatan
lapangan yang dijumpai peneliti bersama pengamat dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar selama siklus II yang terdiri dari 2 tindakan, hasilnya yaitu pada
tindakan I, aktivitas guru sudah termasuk kategori sangat baik dan ktivitas
siswa sudah termasuk kategori baik, sedangkan pada tindakan II aktivitas guru
dan siswa sudah termasuk kaegori sanagt baik.
Hal ini dikarenakan siswa sudah mampu menguasai materi, siswa sudah
mampu mengemukakan pendapat dan berbagi pendapat dengan sesama anggota
kelompoknya. Mengenai Hasil belajar siswa, sudah mencapai kriteria ketuntasan
minimal dengan 17 siswa (85%) yang tuntas.
Kekurangan
pada siklus ini adalah kurangnya kemampuan menyampaikan pendapat dalam bentuk
tulisan oleh siswa, sehingga saat membagikan dan menggabungkan pendapat dengan
teman satu kelompok masih kurang maksimal. Harapan penulis adalah agar siswa
lebih sering berlatih mengemukakan pendapat baik secara lisan atau tulisan
sehingga kedepannya akan berdampak lebih baik dalam prosese belajar mengajar.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII2 SMP Negeri 2
Samalanga dengan menggunakan model pembelajaran TPS dipadu media audio visual
pada materi gerak tumbuhan, menunjukkan bahwa pada siklus I hasil belajar siswa
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, dengan 13 siswa (65%) yang tuntas
dan 7 siswa (35%) dengan hasil belajar belum tuntas.
Aktivitas
guru pada siklus I tindakan I masih berada pada katerogi cukup dan pada
tindakan II sudah berada pada kategori baik. Pada siklus I guru belum
menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran yang diterapkan dan materi
dengan cakupan yang lebih luas, kemudian guru belum memotivasi siswa saat
diskusi, guru belum menjelaskan. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I
tindakan I masih berada pada kategori kurang dan pada tindakan II masih berada
pada kategori cukup. Karena pada siklus I ini siswa belum memahami
langkah-langkah model pembelajaran, siswa belum memahami isi video. Selain itu,
siswa belum berani menyampaikan pendapat dan siswa belum berani tampil di depan
teman-temannya. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, maka penelitian
ini perlu dilanjutkan ke siklus II untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat
pada silkus I.
Pada siklus
II hasil belajar siswa mengalami peningkatan (Gambar 4.1 halaman 75). Pada
siklus II ini hasil belajar siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal
dengan 18 siswa (85%) dengan hasil belajar tuntas, dan hanya 3 siswa (15%)
dengan hasil belajar tidak tuntas. Aktivitas guru mengalami peningkatan pada
siklus II dengan kategori baik pada tindakan I dan kategori sangat baik pada
tindakan II. Pada siklus ini guru sudah menguasai model pembelajan dan materi
dengan cakupan lebih luas. Selain itu, guru sudah memotivasi siswa untuk
belajar secara mandiri dan kelompok. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus II
juga mengalami peningkatan dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan yang
ditetapkan dengan kategori baik pada tindakan I dan kategori sangat baik pada
tindakan II. Pada siklus ini siswa sudah memahami langkah-langkah model
pembelajaran, kemudian siswa sudah memahami isi video. Selain itu, siswa sudah
berani menyampaikan pendapat dan siswa sudah percaya diri untuk tampil di depan
teman-temannya.
Berdasarkan
data hasil respon siswa diperoleh bahwa umumnya siswa sangat setuju terhadap
pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Hal ini terbukti bahwa sebesar
64% siswa menyatakan sangat setuju terhadap model pembelajaran yang diterapkan
oleh guru, sedangkan siswa yang setuju sebesar 21%, siswa yang tidak setuju
sebesar 6% dan siswa yang menjawab sangat tidak setuju terhadap model pembelajaran
pada siklus I dan II hanya 9%. Berdasarkan peninjauan hasil dan proses yang
ditemukan pada siklus II, penelitian ini sudah memenuhi Kriteria ketuntasan
secara klasikal, maka penelitian ini tidak perlu di lanjutkan ke siklus
berikutnya.
Model pembelajaran ini mampu
memotivasi siswa karena dalam proses pembelajaran melibatkan siswa secara aktif
sehingga siswa lebih berani dan percaya diri dengan mengungkapkan pendapatnya. Di
sisi lain siswa juga terbiasa menghargai pendapat orang lain serta melatih siswa untuk lebih bisa bernalar tentang suatu
masalah. Selain itu media audio visual juga berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa, karena siswa dapat melihat dan mendengar secara lebih jelas mengenai
materi yang dipelajari.
Penelitian ini sejalan dengan pendapat Huda (2011:136),
yang menyatakan bahwa TPS salah satu model pembelajaran kooperatif yang bertipe
sederhana, namun memiliki banyak keuntungan kerena memungkinkan siswa belajar
secara mandiri. Para siswa juga dapat
belajar dari siswa lain dan memungkinkan siswa untuk menyampaikan dan
menerima pendapat dalam situasi non-kompetisi.
Hasil penelitian ini
juga didukung oleh penelitian Baugh (Arsyad, 2002)
menyatakan bahwa kurang lebih 90% hasil
belajar seseorang diperoleh melalui indera
pandang (mata) dan hanya 5% dari indera pendengaran (telinga) serta 5% lagi dengan indera
lainnya. Sedangkan Raharjo (Rusman, 2012)
dalam penelifdghat indera pendengaran, sedangkan 83% melalui indera penglihatan.
Kemampuan daya ingat siswa diperoleh 20% dari
apa yang didengar, dan 50% dari pengalaman apa
yang telah dilihat dan didengar maka kegiatan belajar
mengajar akan lebih efektif dan mudah bila
dibantu dengan sarana audio visual.
Berdasarkan
uraian diatas, penulis menyimpulkan, bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran TPS di padu media audio visual dapat meningkatakan hasil belajar
siswa, aktivitas guru dan siswa serta respon siswa terhadap proses pembelajaran
yang telah dilakukan.
Comments
Post a Comment