Sosiolog terkenal Max Weber
mengemukakan konsep birokrasi, yang menyatakan organisasi bergerak atas dasar
rasionalitas. Tipe ideal birokrasi menurut Weber bukan cerminan dari realitas,
tetapi menggambarkan bagaimana seharusnya organisasi disusun dan dirancang agar
menjadi lebih efisien. Tipe ideal birokrasi Weber tersebut antara lain:
a.
Ada pembagian tugas
berdasarkan kemampuan tertentu.
Maksudnya adalah mengelola realita
yang ada bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda, begitu juga
dengan personil yang mempunyai kelebihan dalam satu hal namun kurang
di hal yang lain. Untuk itu organisasi harus dapat menempatkan personil di
dalam bidang yang dikuasainya untuk memberikan efisiensi terhadap sumber daya
untuk mencapai tujuan. Contoh : menempatkan anggota yang
memiliki latar pendidikan intelijen di fungsi intelijen dan menempatkan anggota
yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran di Bid Dokkes.
b.
Ada hierarki
wewenang;
Terdapat struktur organisasi dimana
ada posisi atas dan bawah. Struktur yang di bawah diawasi oleh yang lebih
tinggi dan yang lebih tinggi berwenang mengawasi yang di
bawahnya. Hierarki ini sangat perlu agar sistem pengendalian dapat
dilaksanakan sehingga mengefiensi pelaksanaan tugas. Contoh : Dalam birokrasi
di Polres Kapolres memimpin 2500 anggota polisi yang tersusun dalam sebuah
struktur berjenjang dari atas ke bawah dimana atasan mengawasi bawahannya.
Posisi ini tentunya disertai perbedaan kewenangan yang telah ditentukan
sebelumnya, semakin ke atas posisinya maka kewenangan akan lebih
besar.
c.
Ada
ketentuan-ketentuan yang berlaku sama di seluruh organisasi.
Untuk suatu hal yang sama, dalam
kondisi dan waktu yang sama maka harus berlaku juga sebuah peraturan yang sama
di seluruh organisasi. Artinya ada peraturan yang harus ditaati oleh anggota
organisasi tanpa pengecualian. Dengan adanya peraturan yang egaliter maka
pelaksanaan tugas dapat lebih mudah diukur. Contoh : Dalam birokrasi Polri
ada aturan mengenai kenaikan pangkat anggota. Peraturan itu berlaku sama untuk
seluruh anggota Polri di seluruh Indonesia.
d.
Menjaga hubungan
yang impersonal karena keputusan yang rasional hanya dapat dibuat secara
obyektif tanpa emosi.
Dalam birokrasi administrator harus
menjaga keputusannya agar tetap objektif berdasarkan fakta secara objektif.
Administrator harus dapat mengesampingkan penilaian subjektif dalam mengambiil
keputusan. Contoh : dalam menentukan arah penyidikan suatu perkara kita harus
mengacu pada kajian yuridis yang sebenarnya bukan kepada sifat subjektif
suka/tidak suka kepada pihak yang berperkara.
e.
Pemilihan dan
promosi pegawai didasarkan pada kemampuan, bukan pertimbangan-pertimbangan yang irrelevant.
Dalam memberikan promosi jabatan
hendaknya menggunakan standar yang jelas dan berlaku secara universal bagi
seluruh personil dalam organisasi. Dengan memanfaatkan rekam jejak prestasi dan
hasil kinerjalah seharusnya seseorang diangkat untuk menduduki posisi tertentu
bukan berdasarkan pertimbangan subjektif atau yang tidak ada kaitannya dengan
pelaksanaan tugas.
Contoh : Dalam memilih Kasat
serse pimpinan harus melihat bagaimana kompetensi calon yang diajukan dan
memberikan jabatan tersebut kepada orang yang paling cocok dari segi kemampuan
dan karakter. Yang sering terjadi dalam organisasi Polri adalah pemilihan
jabatan didasarkan oleh subjektivitas pimpinan tergantung pada kepentingan dan
kedekatan.
TEORI BIROKRASI (TEORI KLASIK) MENURUT
MAX WEBER
Birokrasi berhubungan dengan
organisasi masyarakat yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui
formalisasi aturan, struktur, dan proses di dalam organisasi. Para teoritikus
klasik seperti Fayol (1949), Taylor (1911), dan Weber (1948), selama bertahun-tahun
telah mendukung model birokrasi guna meningkatkan efektivitas administrasi
organisasi. Max Weber adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi.
Menurut Weber (1948), organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan
karakteristik struktural.
Pertama, aturan-aturan yang
disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan dan arah tindakan anggota
organisasi dalam pencapaian tugas organisasi. Weber menggambarkan pengembangan
rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk merencanakan tugas dan aktivitas
organisasi.
Kedua, spesialisasi peran anggota
organisasi memberikan peluang kepada divisi pekerja untuk menyederhanakan
aktivitas pekerja dalam menyelesaikan tugas yang rumit. Dengan memecah
tugas-tugas yang rumit ke dalam aktivitas khusus tersebut, maka produktivitas
pekerja dapat ditingkatkan.
Ketiga, hirarki otoritas organisasi
formal dan legitimasi peran kekuasaan anggota organisasi didasarkan pada
keahlian pemegang jabatan secara individu, membantu mengarahkan hubungan intra
personal di antara anggota organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas
organisasi.
Keempat, pekerjaan personil
berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik yang mereka miliki dan kemampuan
untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka. Para manajer harus
mengevaluasi persyaratan pelamar kerja secara logis, dan individu yang
berkualitas dapat diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya demi
perusahaan.
Kelima, mampu tukar personil dalam
peran organisasi yang bertanggung jawab memungkinkan aktivitas organisasi dapat
diselesaikan oleh individu yang berbeda. Mampu tukar ini menekankan
pentingnya tugas organisasi yang relatif untuk dibandingkan dengan anggota
organisasi tertentu yang melaksanakan tugasnya-tugasnya.
Keenam, impersonality dan
profesionalisme dalam hubungan intra personil di antara anggota organisasi
mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas organisasi. Menurut prinsipnya,
anggota organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan organisasi dan mengutamakan
tujuan dan kebutuhan sendiri. Sekali lagi, ini menekankan prioritas yang tinggi
dari tugas-tugas organisasi di dalam perbandingannya dengan prioritas yang
rendah dari anggota organisasi individu.
Ketujuh, uraian tugas yang
terperinci harus diberikan kepada semua anggota organisasi sebagai garis besar
tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja harus mempunyai pemahaman
yang jelas tentang keinginan perusahaan dari kinerja yang mereka lakukan.
Kedelapan, rasionalitas dan
predictability dalam aktivitas organisasi dan pencapaian tujuan organisasi
membantu meningkatkan stabilitas perusahaan. Menurut prinsip dasarnya,
organisasi harus dijalankan dengan kaidah dan panduan pemangkasan yang logis
dan bisa diprediksikan.
Comments
Post a Comment