Aquabisnis Ikan Nila
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke
hadirat Allah SWT, oleh karena berkat izin-Nya, karunia-Nya, dan hidayah-Nya
sehingga makalah ini dengan judul “Aquabisnis Ikan Nila” dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun
banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi karena adanya niat dan usaha
serta tujuan untuk membangun diri sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh
sebab itu, penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Akhirnya, penyusun ingin
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini, khususnya kepada dosen mata kuliah ini yang telah
memberikan petunjuk untuk mengerjakan makalah ini.
Matangglumpangdua, 13 Mei 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1 Budidaya
Ikan Nila......................................................................................... 3
2.2 Ikan Nila
dalam Dunia Industri...................................................................... 6
BAB III
PENUTUP............................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai sumber daya
alam yang merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan. Sebagai modal
dasar, sumber daya alam harus dimanfaatkan sepenuhnya. Kita harus mengetahui
cara -cara yang tepat dalam mengelolanya agar kita dapat memanfaatkan dengan
maksimal dan mengembangkan modal dasar tersebut makin besar manfaatnya, untuk
pembangunan lebih di masa yang akan datang. Sebagai salah satu contoh dalam
memanfaatkan sumber daya alam adalah membudidayakan ikan, salah satu contohnya
adalah ikan nila.
Nila merupakan salah satu kelompok
spesies budidaya terpenting di dunia. Menurut FAO (2005), total produksi global
budidaya nila mencapai 1,7 juta metrik ton (mt) dengan total nilai
sebesar 178 juta dollar Amerika. Produksi nila pada tahun 2009 di Indonesia
mencapai 323.389 ton atau meningkat 11,12% dibandingkan tahun 2008 (Dirjen
Budidaya, 2010). Nila sebagai komiditas ikan mempunyai nilai ekonomi yang
sangat penting sebagai penopang ekonomi masyarakat karena nila mempunyai
beberapa keunggulan, diantaranya; mudah di budidayakan, pertumbuhan relatif
cepat, mudah berkembang biak, dan relatif tahan terhadap penyakit.
Intensifikasi budidaya membawa dampak yang kurang baik terhadap kelestarian dan
kesehatan lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini disebabkan karena
limbah organik yang dihasilkan dari sisa pakan dan kotoran. Limbah organik
tersebut umumnya didominasi oleh senyawa nitrogen anorganik yang beracun.
Dalam proses budidaya terhadap ikan
nila, maka sangat penting untuk mengetahui tahapan perkembangan ikan nila
sehingga dapat dilakukan pembudidayaan secara tepat dengan hasil yang
memuaskan. Pembudidayaan ikan nila
dimulai dari tahap pemilihan bibit indukan yang unggul, pemijahan, penetasan
telur, pemeliharaan larva, pendederan dan pemanenan. Dalam proses tersebut
seringkali terdapat beberapa kendala yang seringkali dihadapi , salah satunya
berupa gangguan hama yang mampu mempengaruhi perkembangan ikan nila yang sedang
dibudidayakan. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mengetahui semua hal yang
terkait dengan perkembangan ikan nila yang terkait daklam proses pembudidayaan
ikan nila tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diambil
dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1.
Bagaimana cara budidaya
ikan nila ?
2.
Bagaimana perkembangan
budidaya ikan nila dalam dunia industri aquabisnis ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui cara
budidaya ikan nila.
2.
Untuk mengetahui perkembangan
budidaya ikan nila dalam dunia industri aquabisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Budidaya Ikan Nila
Sumber : Google |
Ikan air tawar
memiliki banyak spesies atau jenis. Jenis ikan air tawar menurut kegunaannya
digolongkan menjadi dua, yaitu golongan ikan hias dan golongan ikan konsumsi.
Jenis ikan tawar golongan konsumsi merupakan ikan yang prospektif, karena
kebutuhan masyarakat akan ikan konsumsi tidak akan surut. Berbeda halnya dengan
golongan ikan hias yang mengikuti trend masyarakat. Salah satu jenis ikan
konsumsi yang banyak diminati oleh masyarakat untuk dibudidayakan adalah ikan
nila (Oreochromis niloticus). Hal ini dikarenakan pertumbuhan ikan nila yang
relatif cepat dan dalam pengelolaannya tidak terlalu sulit. Selain hal itu,
pemilihan lokasi juga berpengaruh terhadap keberhasilan dalam budidaya ikan
nila, karena jenis ikan ini memiliki syarat hidup dalam kondisi lahan tertentu.
Ikan nila umumnya memiliki bentuk
tubuh panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar,
menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis)
terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke
bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung,
sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari keras dan tajam seperti duri.
Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir
sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam. Ikan Nila memiliki lima sirip,
yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin),
sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor
(caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang
hingga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang
berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang.
Sementara itu, sirip ekornya berbentuk berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu
buah.
Ikan ini memiliki syarat hidup yang
berbeda dengan ikan jenis lainnya, seperti kesesuaian air dan tanah agar ikan
dapat tumbuh dengan optimal. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa sering
terjadi pertumbuhan ikan yang tidak merata dalam kolam pembesaran. Ikan nila berasal dari
Sungai Nil di Afrika Utara dan masih berkerabat dekat dengan ikan mujair
sehingga mempunyai sifat yang hampir sama (Sugiarto, 1988). Oreochromis niloticus termasuk familia Ciclidae, sama
seperti ikan nila hitam dan mujair. Ikan nila merah diduga hasil perkawinan
silang antara Oreochromis niloticus atau Oreochromis mosambicus
dengan Oreochromis hornorum, Oreochromis aureus atau Oreochromis
zilii (Santoso, 1996). Nila merupakan ikan yang sangat populer
dibudidayakan, dengan keunggulan yaitu cara membudidayakannya mudah, tahan
terhadap penyakit sesuai dengan iklim tropis, memiliki nilai ekonomi yang cukup
tinggi. Hal ini dikarenakan ikan tersebut merupakan komoditas ikan air tawar
yang memperoleh banyak perhatian dari pemerintah dan pemerhati masalah
perikanan dunia, terutama dalam hal peningkatan gizi masyarakat di
negara-negara yang sedang berkembang. Berbagai upaya penelitian dengan tujuan
memperoleh ikan nila yang produktif terus dilakukan khususnya di Indonesia.
Budidaya ikan nila di Indonesia
sudah dikenal sejak tahun 1970-an. Seiring dengan perkembangan teknologi
budidaya dan pemuliaan ikan, berbagai penelitian terus dilakukan untuk
mendapatkan varietas ikan nila yang unggul. Sampai saat ini, di Indonesia telah
beredar lebih dari 10 varietas ikan nila unggul hasil pemuliaan dan perbaikan
genetik. Budidaya ikan nila telah dilakukan dalam berbagai sistem budidaya yang
berbeda (kolam tanah, kolam beton, kolam air deras, dan jaring apung), dengan
berbagai strategi pengelolaan (secara ekstensif, semi intensif atau intensif,
monokultur, polikultur, monoseks, dan campuran) serta di lingkungan yang
berbeda (air tawar dan air payau) (Altun et al., 2006). Selain itu, Penyebaran
ikan nila yang begitu cepat didukung dengan kemampuan cepat matang gonad
(Ayuningtyas et al., 2015) serta reproduksi yang tinggi (Mantau, 2005)
menyebabkan perkembangan ikan nila tidak terkontrol.
Hal tersebut dapat disebabkan
karena faktor fisik yang kurang sesuai dengan syarat hidup ikan nila, sehingga
pertumbuhan ikan menjadi tidak optimal. Selain faktor fisik, faktor nonfisik
juga berpengaruh dalam kegiatan budidaya. Salah satu faktor nonfisik dalam
kegiatan budidaya adalah modal. Budidaya ikan air tawar khususnya ikan nila
tidak dapat lepas dari modal dan distribusi. Modal merupakan faktor penting
dalam kegiatan usaha, termasuk usaha budidaya ikan nila. Modal sangat
berpengaruh terhadap produktivitas hasil budidaya, dalam hal ini modal tidak
hanya berupa uang, namun juga modal keterampilan dan ilmu. Keterbatasan modal
yang dialami oleh petani ikan sering menjadi hambatan dalam proses budidaya.
Modal dalam budidaya ikan nila dapat dibedakan menjadi modal awal.
Sebagai salah satu bentuk komitmen
BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dalam mendukung pengembangan
perikanan nasional, pada tahun 2012 BPPT menghasilkan prototip ikan nila. Kontribusi
perikanan budidaya termasuk ikan nila terhadap ekonomi perikanan dan ekonomi
nasional, menunjukkan nilai strategis dengan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
mencapai 99,72. Khususnya kontribusi komoditas nila mencapai 30,72 % dari total
produksi ikan bersirip nasional tahun 2015.
Hambatan utama dalam budidaya ikan
nila meliputi: keterbatasan modal, Lahan perikanan yang terbatas, penyakit yang
belum diketahui obatnya, Pengelolaan budidaya yang masih sederhana dan
kurangnya variasi produk, Mahalnya harga pakan, serta kurangnya peran
pemerintah. Terdapat 8 alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya
pengembangan budidaya ikan nila yang meliputi: meningkatkan produksi melalui
bantuan dari pemerintah, mengundang dinas terkait untuk melakukan penyuluhan
tentang pengelolaan ikan nila melalui organisasi, mendirikan koperasi bagi
pembudidaya ikan, melakukan pemeriksaan kesehatan ikan secara berkala,
mengajukan bantuan modal kepada pemerintah melalui organisasi, memperluas
daerah pemasaran melalui pemerintah, mengadakan kerja sama dengan universitas
yang memiliki fakultas perikanan, dan mengaktifkan fungsi organisasi.
2.2 Perkembangan Budidaya Ikan Nila dalam Dunia
Industri Aquabisnis
Indonesia memiliki lahan tambak 1,2
juta ha, namun baru 37,5 % nya yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya
perikanan. Masih rendahnya tingkat pemanfaatan ini umumnya disebabkan oleh
terjadinya kerusakan lingkungan akibat ekploitasi berlebihan dalam pemanfaatan
lahan tambak secara intensif pada periode tahun 1980-an.
Untuk mengatasi penurunan produksi
dan rendahnya tingkat pemanfaatan lahan tambak ini perlu dicarikan terobosan
(inovasi) teknologi budidaya perikanan yang ramah lingkungan, produktif dan
berkelanjutan (sustainable). Melalui Pengembangan Prototipe Teknologi
Budidaya Ikan Nila Unggul Terintegrasi Hemat Air di lahan tambak yang
dikembangkan berdasarkan Sistem Inovasi Nasional (SIN) Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (PPT) Akselerasi Produk Pangan Protein Hewani dari Ikan, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), diharapkan produksi ikan nila dan
produktivitas lahan tambak dapat meningkat secara nyata.
Sejalan dengan program revitalisasi
perikanan budidaya nasional dan untuk mendukung Gerakan Pembangunan Pantai
Utara dan Selatan Jawa Barat (GAPURA), kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan
teknologi produksi perikanan budidaya ramah lingkungan dengan menggunakan
varietas unggul budidaya seperti ikan nila, udang windu, rumput laut Glacilaria
dan kekerangan di lahan tambak yang saat ini banyak terbengkalai merupakan
kegiatan yang cukup strategis untuk dikembangkan dan dimasyarakatkan. Kegiatan
ini sangat bermanfaat guna mendukung program peningkatan produksi perikanan
budidaya nasional secara berkelanjutan, perluasan lapangan kerja dan
peningkatan devisa negara.
Teknologi yang dapat dikembangkan
dalam mendukung program revitalisasi sesuai dengan tujuan pembangunan perikanan
budidaya yaitu program peningkatan perikanan budidaya untuk ekspor (PROPEKAN),
peningkatan produksi perikanan budidaya bagi konsumsi masyarakat (PROKSIMAS)
dan perlindungan sumberdaya perikanan (PROLINDA) adalah Teknologi Budidaya
Perikanan terintegrasi berbasis sistem bioresirkulasi untuk lahan pertambakan
yang banyak tidak dimanfaatkan
Kontribusi perikanan budidaya
termasuk ikan nila terhadap ekonomi perikanan dan ekonomi nasional, menunjukkan
nilai strategis dengan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan mencapai 99,72. Khususnya
kontribusi komoditas nila mencapai 30,72 % dari total produksi ikan bersirip
nasional tahun 2015. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi jangka pendek
yang diperlukan adalah penerapan teknik budidaya yang efisien pada komoditas
nila unggul merupakan kebutuhan mendesak untuk mencapai produktivitas yang
kompetitif. Strategi jangka menengah yang perlu dipertimbangkan adalah
pemanfaatan tambak darat untuk budidaya nila sebagai upaya perluasan lahan
budidaya selain kolam dan karamba jaring apung yang telah eksis.
Kebutuhan induk unggul nila dapat
di produksi secara massal melalui beberapa brodstock center milik
pemerintah maupun perusahaan swasta yang telah beroperasi. Antisipasi kebijakan
dalam merespon Inpres No.7 Tahun 2016 adalah pengembangan industri pakan ikan
skala kecil dan pemanfaatan induk unggul dalam perspektif pertumbuhan dan
perluasan yang mencakup dua aspek kebijakan sebagai berikut : (a) Pengembangan
produksi berbasis potensi pasar yang di komplemen dengan perbaikan sistem
budidaya ikan, dan (b) Pengembangan inovasi kelembagaan dan sistem insentif
dalam mendukung ketersediaan dan akses sarana produksi utama pada usaha
budidaya nila skala kecil. (Hadie, dkk :2018)
Jika dilakukan dengan baik dan benar, pembudidayaan ikan ini akan meraup untung 50% dari
pengeluaran untuk produksi. Dengan ketelatenan seorang manajer, jika ia mampu
membawa dan membimbing anak buahnya lebih giat dan berhati – hati, keuntungan
itu tentunya akan bisa lebih dari 50%. Bisnis ini akan sangat menguntungkan
banyak pihak jika bisa sukses dan tentunya ikan mujair akan menjadi ikan yang
favorit dikalangan masyarakat mengalahkan ikan konsumsi yang lain seperti ikan
lele.
Manfaat ekonomi dari usaha
pembenihan ikan Nila dapat dilihat dari manfaatnya secara langsung bagi
pengusaha dan masyarakat sekitarnya, maupun secara tidak langsung bagi
usaha-usaha ikutannya yaitu pengusaha pembesaran ikan Nila. Bila diasumsikan
tiap kolam dipanen 5 bulan sekali, maka kolam benih tersebut mampu melayani
9.000 m2 -11.000 m2 kolam pembesaran. Setelah 5 bulan dibesarkan
benih ikan tersebut akan menjadi ikan Nila dewasa dengan bobot rata-rata 0,5 kg
per ekor, sehingga dari 160.000 benih ikan akan menjadi ± 80.000 kg atau 80 ton
ikan senilai + Rp1,28 miliar per 2 minggu. Sehingga untuk 5 bulan dari
keseluruhan kolam tersebut akan dihasilkan Nila total + 800 ton senilai +
Rp12,8 miliar.
Contoh kasus dampak ekonomi keberadaan
usaha pembenihan dapat dilihat di kawasan minapolitan Kabupaten Klaten. Menurut
data Bappeda Kabupaten Klaten, produksi ikan Nila di kawasan minapolitan selama
tahun 2009 sebesar 3.177 ton, atau + 1.600 ton dalam waktu 6 bulan. Dengan
demikian dari kolam benih dengan kapasitas produksi 3 paket induk Nila (setara
dengan 160.000 benih per 2 minggu) tersebut diperkirakan sudah mampu mencukupi
hampir separuh dari kebutuhan benih di kawasan minapolitan saat ini. Dengan
demikian keberadaan usaha pembenihan ikan Nila tersebut sangat bermanfaat bagi
ekonomi masyarakat sekitarnya.
Industri aqubisnis produksi benih
ikan Nila memiliki prospek pasar yang masih terbuka, hal ini dapat dilihat dari
masih rendahnya tingkat konsumsi ikan masyarakat/ rumah tangga, juga dapat
dilihat dari meningkatnya pendirian restoran atau lokasi-lokasi wisata dan
pemancingan yang dipenuhi pengunjung, maupun peluang ekspor.
Pasar benih ikan Nila unggul saat
ini sebenarnya masih sangat terbuka seiring dengan berkembangnya usaha budidaya
dan konsumsi ikan Nila, barrier to entry usaha ini yang lebih tinggi
dari pada pembesaran ikan Nila, yang bisa menembus barrier to entry
menjadi pengusaha pembenihan pun kebanyakan masih belum menggunakan induk
unggul. Namun demikian usaha pembenihan Nila ini hendaknya bekerja sama dengan
perusahaan/lembaga riset yang selalu mendatangkan/menyediakan induk unggul (f1),
sehingga keunggulan benih yang diusahakan di kolam pembenihan dapat termonitor.
Industri pembenihan ikan Nila juga
dapat menjadi pasar kredit perbankan karena usaha tersebut mampu mencetak laba
yang cukup baik untuk memberikan keuntungan kepada pengusaha maupun untuk
membayar bunga kredit. Usaha ini masih mampu memberikan keuntungan bagi
pengusahanya sebesar rata-rata 17% dari penjualan walaupun usaha dilakukan
dengan struktur pembiayaan 34% modal pengusaha dan 66% modal kredit bank dengan
tingkat bunga pasar, laba tersebut sudah dikurangi bagi hasil dengan pemilik
lahan.
Kendala umum yang terjadi pada
produksi benih yaitu ketersediaan benih yang tidak sesuai dengan waktu
kebutuhan pembudidaya. Selain itu kualitas benih mengalami penurunan yang
disebabkan terjadinya kawin kerabat (inbreeding) yang menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas genetik.
Turunnya kualitas genetik dicirikan
oleh pertumbuhan yang lambat, matang kelamin di usia muda, dan kematian yang
tinggi akibat penurunan daya tahan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan.
Alternatif untuk mengatasi masalah tersebut yaitu mendatangkan induk baru atau
melakukan pembenihan terprogram melalui upaya pemuliaan, khususnya dengan
persilangan untuk memperbaiki karakter yang diinginkan.
Kendala lainnya yang sering
dijumpai dalam produksi benih Nila adalah faktor musim. Pada puncak musim
penghujan (sekitar bulan Januari-Februari) dan puncak musin kemarau (sekitar
bulan Juli-Agustus), produksi benih ikan biasanya turun, karena pada
bulan-bulan tersebut suhu lingkungan menjadi ekstrem sehingga tingkat
metabolisme ikan menurun dan produksi telur dari induk ikan Nila berkurang.
Dalam mengembangkan usaha budidaya
Ikan nila diperlukan analisis mendalam untuk mengetahui kondisi eksisting usaha
Ikan nila, faktor-faktor eksternal dan internal yang berpengaruh dalam
perumusan strategi pengembangannya. Langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyusun strategi pengembangan usaha Ikan nila adalah melakukan analisis
kelayakan usaha dengan mengelompokkan komponen yang termasuk manfaat dan
komponen biaya untuk menyusun aliran tunai.
Penyusunan ini untuk mengetahui
kelayakan investasi secara finansial dan beberapa manfaat bersih yang
diperoleh. Dalam bagian ini, komponen manfaat dan biaya dibatasi hanya pada
biaya dan manfaat yang dapat di kuantifikasi (Sismaraini, 2015). Serta
melakukan analisis terhadap kondisi eksisting usaha budidaya Ikan nila melalui
identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam usaha
budidaya Ikan nila.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nila merupakan salah satu kelompok
spesies budidaya terpenting di dunia. Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis
Niloticus) di kolam merupakan salah satu cara budidaya ikan yang mudah
dikembangkan di beberapa daerah karena wilayahnya yang banyak air dan sungai
serta pola budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Juga sebagai
alternatif sumber pendapatan dan pemenuhan gizi keluarga. Usaha produksi benih
ikan Nila memiliki prospek pasar yang masih terbuka, hal ini dapat dilihat dari
masih rendahnya tingkat konsumsi ikan masyarakat/ rumah tangga, juga dapat
dilihat dari meningkatnya pendirian restoran atau lokasi-lokasi wisata dan
pemancingan yang dipenuhi pengunjung, maupun peluang ekspor.
3.2 Saran
Dalam usaha pembenihan ikan Nila
agar diusahakan pengusaha benar-benar menggunakan induk unggul yang
menghasilkan keturunan yang unggul pula. Keunggulan benih yang dihasilkan
nantinya bukan hanya menguntungkan pengusaha benih, namun juga akan
menguntungkan pengusaha pembesaran ikan Nila nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aliah dan Suhendar. 2017. Pengembangan Prototipe
Teknologi Budidaya Ikan Nila Unggul Terintegrasi di Lingkungan Perairan Tambak.
di akses pada ejurnal.bppt.go.id/index.php/JRL/article/download/2112/1756
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah
Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Panduan SPO Nila merah Strain Janti
(Oreochromis niloticus). Semarang: Balai Benih dan Budidaya Ikan Air tawar
Muntilan
Hadie, dkk. 2018. Jurnal Strategi dan Kebijakan
Produksi pada Budidaya Ikan Nila Berdaya Saing. Jakarta : Pusat Riset
Perikanan. diakses pada http://ejournal-
balitbang.kkp.go.id/index.php/jkpi/article/view/6834
Suyanto, R. 2010. Pembenihan dan
Pembesaran Nila. Jakarta: Penebar Swadaya
Tim Menegristek. 2011. Budidaya Ikan
Nila(Oreochromis niloticus ). Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknolog: Jakarta. di
akses pada https://docplayer.info/82290-Budidaya-ikan-nila-oreochromis-niloticus.html
Comments
Post a Comment