Skip to main content

LANDASAN PRAKTEK PENDIDIKAN


LANDASAN PRAKTEK PENDIDIKAN


DISUSUN
OLEH:


NAMA             :          
NPM                :          
MK                   :         LANDASAN PENDIDIKAN
DOSEN            :  
PRODI             :          









FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2019


LANDASAN PRAKTEK PENDIDIKAN

Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar  atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak  atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat konseptual identik dengan asumsi adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau latihan). Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan praktek pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak  dalam rangka praktek pendidikan dan atau  studi pendidikan.
1.      Pandangan Tokoh Sejarah Pendidikan
Menurut Salahudin, A yang dikutip kembali oleh Halim, A dan Supriyono (2012), Kata Filosofis terbentuk dari 2 kata dari bahasa Yunani, yaitu philo yang berarti cinta dan Sophosyang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian Filosofis (Filsafat) dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan (alhikmah). Orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan atau kebenaran disebut dengan Filsuf.
Landasan filosofis pendidikan merupakan bagian penting yang harus dipelajari dalam dunia pendidikan, hal ini dikarenakan pendidikan bersifat normatif dan perspektif. Selain itu juga, dengan filosofis pendidikan kita akan mengetahui mengapa, apa, dan bagaimana kita melakukan pelajaran, siapa yang kita ajar dan mengenai hakikat belajar. Hal ini merupakan seperangkat prinsip yang menuntun kita dalam melakukan tindakan profesional melalui  kegiatan dan masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari.
Landasan pendidikan merupakan suatu gagasan tentang pendidikan yang dijelaskan berdasarkan filsafat umum dalam pendidikan yang terdiri dari Metafisika, Ephistimologi dan Aksiologi. Menurut Cohen, L.N.M. (1999) bahwa  terdapat 3 (tiga) cabang-cabang Filosofi (Filsafat) yang masing-masing memiliki  sub cabang. Ketiga cabang-cabang tersebut adalah Metaphysic (Metafisika), Ephistemology (Epistemologi), dan Axiology (Aksiologi).
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdsarkan kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah persatuan yang terwujudkan sebagai rakyat (merupakan unsur pokok negara), sehingga secara filosofis negara berpersatuan dan berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Atas dasar pengertian itulah maka nilai pancasila merupakan dasar filosofis negara.
Pancasila yang dimaksud adalah Pancasila yang rumusannya terdapat dalam “Pembukaan” Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu:
1)        Ketuhanan Yang Maha Esa,
2)        Kemanusiaan  yang adil dan beradab,
3)        Persatuan Indonesia,
4)        Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
5)        Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila menjadi acuan untuk berkarya pada segala bidang. Sejalan  dengan ini, pasal 2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem  Pendidikan Nasional” menyatakan bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang  berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
Rincian selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU- RI No. 20 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan adalah pengalaman pancasila dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: “Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang berkualitas tinggi dan mampu mandiri”. Sedangkan ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengalaman Pancasila mengaskan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyar Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandngan hidup bangsa Indonesia dan Dasar Negara Republik Indonesia. Sehubungan dengan hal ini, bangsa Indonesia memiliki landasan  filosofis pendidikan tersendiri dalam sistem pendidikan nasionalnya,yaitu  Pancasila.
Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukakan oleh drijarkara (Ahmadi, Uhbiyati: 1991), bahwa:
1)       Pendidikan ialah hidup bersama dalam keatuan tritunggal ayah-ibu-anaj di mana terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawa.
2)       Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawa.
3)       Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu-anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya biasa membudaya sendiri sebagai manusia purnawa.
Jadi yang menjadi objek kajian pedagogik adalah pergaulan pendidikan antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa, menurut Langeveld disebut dengan “situasi pendidikan”. Jadi proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai dewasa.
Pendidik dalam hal ini bisa orang tua atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tuas, membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri, agar anak dapat menjadi dirinya sendiri.
2.      Historis Pendidikan Indonesia
 Pada dasarnya pendidikan di Indonesia sudah ada sejak jaman dahulu sebelum masuknya peradaban agama Hindu, Budha, Islam, dan Negara Penjajah baik Belanda maupun Jepang. Hal ini ditandai dengan pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, yang tercermin dalam perbuatan/tingkah-laku rakyat Indonesia yang sangat ramah dan sopan kepada siapapun. Meski tidak ada struktur yang formal namun proses pendidikan yang secara langsung diberikan oleh orang tua kepada anaknya muncul dari kerangka pola pikir yang sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan dan masalah yang sedang dihadapi. Oleh sebab itu muncullah suatu etika yang menjadi warisan leluhur bangsa.
Perkembangan Agama Hindu yang sangat pesat di Indonesia menjadi salah satu corak yang berpengaruh terhadap eksistensi Indonesia di mata Global. Hal ini ditandai dengan adanya peninggalan-peninggalan sejarah yang memiliki nilai histori yang kuat. Peninggalan itu juga menjadi salah satu bukti bahwa pendidikan sudah dilaksanakan dengat suatu sistem yang mulai tertata rapi. Dilihat dari prasasti, yupa, maupun buku-buku yang bertuliskan huruf pallawa menandakan bahwa anak-anak pada jaman itu diwajibkan untuk mempelajari huruf pallawa. Meskipun yang berhak mengenyam pendidikan adalah kalangan brahmana dan waisya saja, sedangkan untuk kalangan sudra tidak diperkenankan menjadi murid. Bukti lain, pada zaman pemerintahan Erlangga, telah ada buku-buku tentang filsafat, sastra, dan hukum yang membuktikan telah adanya guru-guru besar yang umumnya dari kalangan brahmana.
Perkembangan Agama Buddha juga menjadi salah satu corak yang sangat memperkaya ragam kebudayaan di Indonesia. Salah satu peninggalan yang paling terkenal adalah Candi Borobudur (Magelang, Jawa Tengah). Perkembangan Pendidikan pada jaman ini mulai tampak pada masa Kerajaan Sriwijaya. Dua guru yang terkenal pada masa itu adalah Darmapala dan Nalanda. Pada Tahun 685M, I Tsing seorang Budhis dari Cina menerjemahkan 100 buku Budha ke dalam Bahasa Cina. Sejak inilah perkembangan Agama Budha di Indonesia sangat pesat.  
Ajarannya yang sangat mengena terhadap kodrat kita sebagai manusia. Hal ini dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam yang berkembang tanpa henti mulai dari Samudera Pasai, Aceh, Demak, Goa-Tallo, Ternate, Tidore, dan masih banyak lainnya. Pendidikan pada masa ini awalnya muncul sebagai sambilan saat berdagang. Namun seiring berkembangnya IPTEK maka mulai banyak didirikannya Pondok Pesantren guna menampung santri-santri yang ingin mempelajari Islam lebih dalam.
Pada masa Pemerintahan/Penjajahan Belanda pendidikan terbagi menjadi empat bagian yaitu: pendidikan rendah, pendidikan menengah, pendidikan kejuruan, dan pendidikan tinggi. Tujuan Pendidikan pada masa ini adalah untuk memenuhi kebutuhan Belanda yaitu tersedianya tenaga kerja murah untuk hegemoni penjajah dan untuk menyebarluaskan kebudayaan berat.
Pada masa Pemerintahan/Penjajahan Jepang, sistem pendidikan di Indonesia banyak mengalami perubahan. Beberapa sekolah diintegrasikan karena dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan bangsa maupun strata sosial. Bahasa pengantar di sekolah menggunakan Bahasa Indonesia. Tujuan pendidikan disini adalah dihasilkannya tenaga buruh kasar secara gratis dan prajurit untuk keperluan Jepang
Pada masa kemerdekaan hingga saat ini Pendidikan di Indonesia mengalami beberapa perubahan diantaranya yaitu:
1)        Pada tahun 1945-1950, Pendidikan di Indonesia dibedakan menjadi 4 jenjang yaitu: 
o    Pendidikan Rendah (SR) selama 6 tahun.
o    Pendidikan Menengah Umum yang terdiri atas Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), masing-masing selama 3 tahun.
o    Pendidikan Kejuruan:
o    Kejuruan tingkat pertama terdiri atas: Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Sekolah Teknik (ST), Sekolah Teknik Pertama (STP), Sekolah Kepandaian Pertama (SKP), Sekolah Guru B (SGB), Sekolah Darurat untuk Kewajiban Belajar (KPKPKB).
Kejuruan tingkat menengah terdiri atas: Sekolah Teknik Menengah (STM), Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Pendidikan Masyarakat (SPM), Sekolah Menengah Kehakiman Atas (SMKA), Sekolah Guru A (SGA), Sekolah Guru Taman Kanak-kanak (SGTK), Sekolah Guru Kepandaian Puteri (SGKP), Sekolah Guru Pendidikan Jasmani (SGPJ).
o    Perguruan Tinggi terdiri atas Universitas, Konservatori/Karawitan, Kursus B-1, dan ASRI.   

2)        Pada tahun 1950-1975, Pendidikan di Indonesia dibedakan menjadi 5 jenjang yaitu:
o     Pendidikan Pra Sekolah yaitu Taman Kanak-Kanak.
o     Pendidikan Dasar (SD) selama 6 tahun.
o     Pendidikan Menengah Umum yang terdiri atas Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), masing-masing selama 3 tahun.
o     Pendidikan Kejuruan:
Kejuruan tingkat pertama terdiri atas:
Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP), Sekolah Teknik (ST), Sekolah Teknik Pertama (STP), Sekolah Kepandaian Pertama (SKP), Sekolah Guru B (SGB), Sekolah Darurat untuk Kewajiban Belajar (KPKPKB).
Kejuruan tingkat menengah terdiri atas:
Sekolah Teknik Menengah (STM), Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA), Sekolah Pendidikan Masyarakat (SPM), Sekolah Menengah Kehakiman Atas (SMKA), Sekolah Guru A (SGA), Sekolah Guru Taman Kanak-kanak (SGTK), Sekolah Guru Kepandaian Puteri (SGKP), Sekolah Guru Pendidikan Jasmani (SGPJ).
o     Perguruan Tinggi terdiri atas Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, dan Akademi.

3)        Pada tahun 1978-sekarang, Pendidikan di Indonesia dibedakan menjadi 5 jenjang yaitu:
o       Pendidikan Pra-Sekolah yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak (TK).
o       Pendidikan Dasar.
o       Sekolah Menengah Umum, SMP (SLTP), dan SMA (SLTA/SMU).
o       Pendidikan Menengah Kejuruan:
Tingkat Pertama   : ST, SKKP
Tingkat Atas        : SMK
o       Perguruan Tinggi terdiri atas Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, Diploma, dan Politeknik.  

3.      Historis, Filosofis dan Sosiologis Pendidikan di Indonesia
Landasan sosiologi mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar pribadi dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut. Untuk terciptanya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham individualisme, (2) paham kolektivisme, (3) paham integralistik.
Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri,  antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat. Paham kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. Sedangkan paham integralistik dilandasi pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat. Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak secara individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah pribadi dan juga merupakan relasi. Kepentingan masyarakat secara keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia secara orang per orang.
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan kompleks. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan Ke-Bhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran). Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang per-orang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.

4.      Latar Belakang Kultural Psikologi Pendidikan
Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan, khususnya di negara  Indonesia, setiap Negara memeiliki landasan pendidikan yang berbeda satu sama lain. Adapun landasan pendidikan di Indonesia yakni landasan agama (religius), landasan filosofis,  landasan psikologis, landasan historis, landasan sosiologis dan budaya (sosiokultural), landasan hukum (yuridis), landasan ekonomi pendidikan, dan landasan ilmiah dan teknologi (IPTEK).
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut Gerungan dalam Khodijah : 2006) karena :
a.       Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu.
b.      Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah.
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Arthur S. Reber  mengatakan bahwa psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaharuan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, dan penyenggaraan pendidikan keguruan. Gloverdan Ronning (dalam Online) psikologi pendidikan sebagai penerapan ilmu dan metode-metode psikologi untuk studi perkembangan, belajar, motivasi belajar, pengajaran assesmen dan aspek-aspek psikologi lainnya yang berkaitan dengan isu-isu yang berpengaruh dan berinteraksi dengan proses belajar dan pembelajaran.
Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, tidak akan mungkin dapat dilepaskan dari psikologi. Karena dalam pendidikan berhubungan erat dengan manusia. Jika kita membicarakan tentang manusia, maka akan banyak ilmu pengetahuan yang muncul berkaitan dengan eksistensi manusia.Banyak pengertian psikologi yang dikemukan para ahli yang masing-masing menekankan pada sudut pandang tersendiri. Perbedaan ini terjadi disebabkan metode maupun pendekatan yang digunakan para ahli tersebut berbeda dalam melihat permasalahan dari psikologi itu sendiri.
Jika kita bertanya mengenai lingkup (scope) psikologi pendidikan, maksudnya bertanya tentang apa saja yang dibicarakn oleh psikologi pendidikan, maka berdasarkan berbagai buku psikologi pendidikan akan diperoleh jawaban yang berbeda-beda. Sebagian buku menunjukan lingkup yang luas, sedangkan buku-buku yang lain menunjukkan ingkup yang lebih sempit atau terbatas.
Buku yang lingkupnya lebih luas biasanya membahas selain proses belajar juga membahas tentang perkembangan, hereditas dan lingkungan, kesehatan mental, evaluasi belajar dan sebagainya. Sedangkan buku yang lingkupnya lebih sempit biasanya berkisar pada soal proses belajar mengajar saja. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh maksud penulis dalam menulis buku itu. Ada yang bermaksud hanya memberikan pengantar saja, sehingga pembahasanya mengenai lingkup itu cukup luas, akan tetapi kurang mendalam. Sebaliknya ada yang lingkup pembahasannya tidak luas, yaitu berkisar pada proses beljar, akan tetapi pembahasannya cukup mendalam. Jadi, beleh dikatakan bahwa tidak ada dua buku psikologi pendidikan yang menunjukkan ruang lingkup materi yang sama benar. Walaupun demikian, pada dasarnya psikologi pendidikan membahas hal-hal sebagai berikut :
  1. Hereditas dan Lingkungan
  2. Pertumbuhan dan Perkembangan
  3. Potensial dan Karakteristik Tingkah laku
  4. Hasil Proses Pendidikan dan Pengaruhnya Terhadap Individu yang     Bersifat Personal dan Sosial
  5. Higiene Mental dan Pendidikan dan
  6. Evaluasi Hasil Pendidikan
Disamping itu perlu diketahui bahwa banyak buku psikologi pendidikan yang tidak memberi judul buku dengan kata-kata psikologi pendidikan, padahal buku itu benar-benar buku psikologi pendidikan, dalam arti buku itu membahas serta mendalami pokok-pokok bahasan tertentu dari psikologi pendidikan. Maka untuk mendalami psikologi pendidikan tidak senantisa harus mempelajari buku yang berjudul psikologi pendidikan.
 Psikologi Pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.Hubungan antara teoritis dan praktis memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan.

Sumber :
Dalyono M. 2010. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta.
Hidayanto, DN. 2007. Pemikiran Kependidikan (dari Filsafat ke Ruang Kelas). Jakarta : LeKDiS
Komar, O. 2006. Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung : Pustaka Setia
Pidarta, M. 1997. Landasan Kependidikan (Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia). Jakarta : PT. Rineka Cipta
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.
Ruswandi, dkk. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung : CV. Insan Mandiri.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Suhartono, S. 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Sutikno Sobry. 2008. Landasan pendidikan. Bandung : Prospect.

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH PENGETAHUAN DASAR KOMPUTER

PENGETAHUAN DASAR KOMPUTER DISUSUN OLEH:               NAMA              :                NPM                  :                MK                    : APLIKASI KOMPUTER               DOSEN             :                                       , M.Kom               PRODI              : AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALMUSLIM BIREUEN 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Pengetahuan Dasar Komputer”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Komputer adalah alat yang digunakan untuk membantu pekerjaan manusia, misalnya mulai dari mengerjakan pekerjaan kampus, sekolah, kantor, multimedia, bahkan hiburan. Dengan demikian, jelas bahwa untuk bekerja, komputer memerlukan instruksi dari pengguna yang kemudian disebut sebagai brainware. Manusia melakukan interaksi dengan ko

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA TK AL- REZA

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA TK AL- REZA DISUSUN OLEH: NAMA              :          NPM                 :          DOSEN             :           PRODI              :         PG-PAUD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ALMUSLIM BIREUEN 2019 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warohmatullahi wabaraokatuh Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga dapat melaksanakan observasi dan menulis laporan hasil observasi tepat pada waktunya. Dan ucapan terimakasih kepada ibu Berliantika Putri Aswir, M.Pd. Kons, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah yang sudah memberikan tugas kepada saya agar dapat mengobservasi secara langsung di lembaga TK. Laporan ini merupakan hasil observasi saya dari TK AL-REZA. Tersusunnya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang Semua pihak yang tidak bisa disebutk

makalah Perencanaan karangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar Belakang google Perencanaan karangan merupakan tahap awal yang dilakukan oleh seorang pengarang untuk mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan pembatasan masalah, mengamati objek yang ditulis, dan menuangkan gagasannya dari awal penulisan hingga akhir penulisan. Perencanaan karangan penting dibuat agar karangan dapat terstruksur dengan baik, menarik para pembaca dan mudah dipahami. Jika perencanaan karangan tidak dibuat maka pengarang akan mengalami kesulitan dalam penulisan, apalagi dalam penulisan karangan formal seperti makalah penelitian, skripsi, tesis dan disertasi, atau karangan ilmiah lainnya menuntut beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Untuk memudahkan pembuatannya, maka diperlukan perencanaan karangan yang terdiri atas beberapa tahapan penulisan. Oleh karena itu, melihat pentingnya pembuatan perencanaan karangan sebelum membuat karangan, maka tim penulis tertarik untuk membahas perencanaan karangan lebih