ETIKA DAN MORAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber : Google |
Tujuan etika
dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia
di setiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.
Moral (Bahasa Latin Moralitas)
adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan
yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral
artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Sekarang ini
zaman globalisasi, remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena
globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak
kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk, sementara tidak cocok dengan
kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan
kebudayaan kita. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat
yang mengkuatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak
jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling
berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal
istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu
bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi
persaingan untuk mendapatkan pacar.
Generasi muda
adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan
tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan
generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan
keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter
tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras,
mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan
terjangkitnya suatu penyakit, misalnya HIV/AIDS.
B. Rumusan
masalah
1. Apakah etika dan moral bisa
memberikan prilaku yang baik?
2. Bagaman cara mengatasi pergaulan
bebas dalam kehidupan anak remaja?
3. Apa itu pergaulan bebas?
4. Apa penyebab dampak dari
pergaulan bebas?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dan perbedaan dari, etika dan moral.
2. Mengetahui prilaku etik dan moral dalam kehidupan anak remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika
berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang
baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang
tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam
pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia
disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha
mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing
golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang
berlainan.
Secara
metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut baik dan buruk .
Etika terbagi menjadi
tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).
Adapun Jenis-jenis Etika adalah
sebagai berikut:
1. Etika Filosofis
Etika filosofis
secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan
berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika
sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
2.
Etika Teologis
Terdapat dua
hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya
milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing.
Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu
banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat
dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara
umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari
presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda
antara etika filosofis dan etika teologis.
B. Pengertian Moral
Moral berasal
dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah
hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia,
mana yang baik dan mana yang wajar.
Moral (Bahasa Latin Moralitas)
adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan
yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral
artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral
secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak
bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan
bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai
dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral
yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Nilai, Moral Dan Sikap
a.
Lingkungan keluarga.
Keluarga sebagai lingkungan pertama yang
mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap seseorang. Biasanya
tingkah laku seseorang berasal dari bawaan
ajaran orang tuanya. Orang-orang yang
tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma.
b.
Lingkungan Sekolah.
Disekolah, anak-anak mempelajari
nilai-nilai norma yang berlaku dimasyarakat sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan
yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya
dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena
itu seorang guru harus memiliki moral yang baik.
c.
Lingkungan Pergaulan.
Dalam pengembangan kepribadian,
faktor lingkungan pergaulan juga turut mempengaruhi nilai, moral dan sikap seseorang.
Pada masa remaja, biasanya
seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang
baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila
menolak ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman juga bisa dijadikan panutan baginya.
d.
Lingkungan Masyarakat.
Masyarakat sendiri juga
memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral. Tingkah lakuyang terkendali disebabkan oleh adanya control
dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.
2. Upaya Pengembangan Nilai, Moral
Dan Sikap Remaja
Perwujudan
nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Dan tidak semua individu tidak mencapai tingkat perkembangan
moral s eperti apayangdiharapkan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkannilai,
moral dan sikap, antara lain:
a.
Penciptaan Komunikasi
Dalam komunikasi didahului
dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Anak tidak hanya harus mendengarkan tetapi juga harus dirangsang agar lebih aktif.
Misalnya mengikutsertakan ia dalam
pengambilan keputusan dikeluarga dan
pemberian tanggung jawab dalam kelompok sebayanya. Karena nilai-nilai kehidupan yang dipelajari barulah
betul-betul berkembang apabila telah
dikaitkan dalam konteks kehidupan besama.Selain
itu, pengembangan juga bisa dilakukan melalui proses pendidikan, pengasuhan, perintah, larangan, pemberian
hadiah, pemberian hukuman dan interfensi edukatif dengan dibantu oleh para guru
dan para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur, moral dan sikapyang
baik bagi anak-anaknya agar dapat
berkembang menjadi generasi penerus yang diharapkan.
b.
Penciptaan
Iklim Lingkungan Yang Serasi
Seseorang yang sikapnya berhasil seperti apa yang diharapkan, umumnya adalah
seseorang yang hidup dalam lingkungan yang positif, jujur dan konsekuen
senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan dari nilai-nilai hidup. Ini berarti bahwa pengembangan tidak
hanya dilakukan melalui pendekatan
intelektual tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif, dimana faktor-faktor lingkungan itu sendiri
merupakan penjelmaan yang konkret
dari nilai-nilai hidup. Para remaja sering
kali menentang nilai-nilai dan dasar-dasar
hidup orang tua dan orang dewasa
lainnya. Ini tidak berarti mengurangi
kebutuhan mereka akan suatu sistem
nilai yang tetap. Mereka tetap menginginkan suatu
sistem nilai yang akan menjadi
pegangan dan petunjuk bagi perilaku mereka. Karena itu,orang tua,guru dan orang
dewasa lainnya patut memberikan contoh perilaku yang merupakan
perwujudan nilai-nilai yang diperjuangkan.
C. Perbedaan
Antara Etika dan Moral
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian
sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang
ada.
Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa
asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab
disebut dengan qalb, fu'a d. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
1.
Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan
yang bermoral.
2.
Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan
objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh
masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal,
artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang
yang berada dalam situasi yang sejenis.
3.
Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk
kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada
suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system
hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem
hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan
munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan
dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai
tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk
kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat
melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar
D. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan
(wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai),
at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan,
kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya
kurang pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak.
Berkenaan dengan ini, maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara
linguistic, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang
tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk
kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421
H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka
dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya
dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya
dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak
lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ciri-Ciri
Perbuatan Akhlak:
1)
Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2)
Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3)
Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar.
4)
Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5)
Dilakukan dengan ikhlas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Perbedaaan antara
moral, dan etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan
untuk menentukan baik dan buruk.
2. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat
akal pikiran, dan pada moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di
masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk.
3. Islam telah menetapkan dan mengatur batas-batas dalam
pergaulan bebas diantaranya dengan menjaga dengan pandangan mata dan memelihara
kehormatan (tarji).
4. Budaya pacaran adalah merupakan satu konsep yang sama
dengan pergaulan bebas dan dampak negatif (bahayanya) tidak jauh berbeda.
5. Pergaulan bebas dapat dikurangi apabila orang tua dan
anggota masyarakat ikut berperan aktif dalam memberikan motivasi dan dorongan
kepada para remaja dan memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan remaja
dalam proses keremajaannya. Sehingga segala sesuatu yang dilakukannya dapat
bermanfaat dalam kehidupan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://grms.multiply.com/journal/item/26.
http://marlinara.blogspot.com/2013/04/pergaulan-bebas-di-kalangan remaja.html
Bertens K, Etika, Tilburg,
Nederland,PT Gramedia Pustaka Utama (cetakan XI, Oktober 2011)
Filsafat, PT Gramedia
Pustaka Utama (cetakan XI, Oktober 2011)
Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro,
1988.
Comments
Post a Comment