AUTO KERELASI
Auto korelasi adalah korelasi yang terjadi antar
observasi dalam satu variabel (Nachrowi djalal dan Hardius usman:2006).
Korelasi ini terjadi antar waktu atau individu. Umumnya kasus autokorelasi
banyak terjadi pada data time series, artinya kondisi sekarang dipengaruhi
waktu lalu. Oleh karena itu, dalam analisis data time series, masalah auto korelasi
menjadi pusat perhatian.
Gambaran mudahnya pada kasus yang lagi ramai sekarang
ini tentang Penetapan Upah Minimum provinsi (UPM) jakarta. Terus, hubungannya
apa?. UPM ini selalu dipengaruhi berdasarkan UPM sebelumnya. Sehingga, dalam
penetuan UPM selalu memperhatikan UPM sebelumnya. Dapat dibayangkan, bagaimana
jika UPM tidak terkait dengan waktu sebelumnya. Para buruh akan mengalami ketidakpastian
pada keuangannya sehingga akan menganggu urusan keluarga. Jauh banget ya. Jadi,
autokorelasi sangat berguna pada kehidupan sehari-hari.
Walaupun dalam kehidupan sehari-hari autokorelasi
sangat berguna, namun dalam urusan analisis regresi dalam menggunakan OLS. ini
menjadi masalah utama yang harus diselesaikan. OLS mengasumsikan bahwa error
merupakan variabel random yang independent (tidak berkorelasi agar penduga
bersifat BLUE.
A. Penyebab
autokorelasi
1.
Kesalahan model (linier
– non linier)
2.
Penggunaan Lag
(inertia) è data observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang,
kemungkinan besar akan saling ketergantungan (interdependence)
3.
fenomena cobweb è
Munculnya fenomena sarang laba-laba terutama terjadi pada penawaran komoditi
sektor pertanian è Misalnya, panen komoditi permulaan tahun dipengaruhi oleh
harga yang terjadi pada tahun sebelumnya è ui tidak lagi bersifat acak
(random), tetapi mengikuti suatu pola yaitu sarang laba-laba.
4.
Tidak memasukkan
variabel yang penting
5.
Manipulasi data
B. Konsekuensi adanya autokorelasi :
- Estimator yang
dihasilkan masih unbiased, konsisten, dan asymptotical normally
distributed. Tetapi tidak lagi efisien->varians tidak minimum (tidak
BLUE)
- Estimasi standard
error dan varian koefisien regresi yang didapat akan
‘underestimate’.
- Pemerikasaan
terhadap residualnya akan menemui permasalahan.
- Autokorelasi yang
kuat dapat pula menyebabkan dua variabel yang tidak
berhubungan menjadi berhubungan. Biasa disebut spourious regression.
Hal ini terlihat dari R2.
Comments
Post a Comment