sumber : www.google.com |
Entah apa modusnya, Entah bagaimana kronologisnya, Aceh kembali bergejolak. Rakyat Aceh kembali dibayangi rasa was-was.
Tidak cukupkah puluhan tahun silam nanggroe ini dipenuhi gejolak perang yang menyakitkan? Tidak adakah yang peduli trauma aneuk nangroe yang belum sembuh total. Luka itu masih ada. Masih basah dan bernanah.
Apa yang diinginkan dari Tanoeh Rencoeng ini? Haruskah kita kembali ke masa-masa kelam itu?
Siapapun provokator yang menyebabkan kedamaian Aceh terusik, sadarlah negeri ini sudah cukup terluka. Harapan kami rakyat biasa tidaklah muluk-muluk. Kami tidak berharap mendapat jatah kursi di dewan legislatif, kami tidak butuh rumah dinas megah yang kalian tempati ataupun mobil berplat merah yang kalian kendarai.
Kami hanya butuh kedamaian, kami bebas bertemu anggota keluarga kami dan pergi kemana saja tanpa takut nyawa kami melayang tiba-tiba. Tidak perlu merdeka dan memiliki negeri sendiri, asalkan kami mampu mencari makan dengan tenang.
Apa yang salah dengan Seuramoe Mekkah ini?
Perang berkecamuk disini, bencana datang silih berganti, adu domba tak pernah kunjung usai. Darah tumpah dimana-mana, Tanoeh Rencong tak pernah berhenti menagis.
Mengapa harus Nanggroe kami?
Terlalu tinggikah harapan hidup damai itu?
Siapapun yang berada dibalik semua, cukup sudah kami kehilangan. Kami punya mimpi, kami punya masa depan. Sadarlah, kami tidak berharap banyak. Jangan usik lagi negeri kami.
Kami tau, kalian bisa dengan mudah membaca kami yang bodoh ini. Tapi, haruskah kami terus-terusan jadi kelinci percobaan kalian. Kami bukan boneka yang selalu kalian permainkan sesuka hati.
Sadarlah wahai kalian pemangku kepentingan.
Jangan ada politik hitam lagi untuk mengeruk kekayaan kami. [NH]
Comments
Post a Comment