Skip to main content

Kemampuan Menganalisis Hasil Belajar

BAB I
PENDAHULUAN


                Salah satu tugas yang acapkali dan bahkan pada umumnya dilupakan oleh staf pengajar (guru, dosen, dan lain-lain) adalah tugas melakukan evaluasi terhadap alat pengukur yang telah digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari peserta didiknya (murid, siswa, mahasiswa dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar , yang sebagaimana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (=item).

                Kenyataan sering kali menunjukkan bahwa apabila dalam tes hasil belajar dimana hamper seluruh peserta tes ” jatuh “ – dalam arti : nilai-nilai hasil belajarnya sangat rendah, sehingga distribusi frfrekuensi nilai-nilai hasil belajar itu membentuk kurva a-simentrik miring kekiri-maka tester (guru, dosen dan lainnya) segera “menimpakan kesalahan “itu kepada testee (murid, siswa, mahasiswa dan lain-lain) dengan menyatakan bahwa testee memang terdiri dari “anak-anak yang bodoh”.
                Sebaliknya tidak jarang terjadi dalam tes belajar ini dimana testee hamper seluruhnyaberhasil meraih nilai-nilai hasil tes yang sangat tinggi, sehingga distribusi frekuensi dari nilai-nilai hasil tes tersebut membentuk kurva a-simentrik miring kekanan, maka tester segera merasa puas dan bangga karena ternyata tingkat penguasaannya terhadap materites tersebut sangat tinggi dan dengan segera tester menyatakan bahwa testee adalah terdiri dari “anak-anak yang hebat”.
Salah satu cara mengantisipasi keadaan yang tidak normal itu adalah dengan jalan melakukan penganalisisan terhadap tes hasil belajar yang telah dijadikan alat pengukur dalam rangka mengukur keberhasilan belajar dari peserta tes tersebut.







BAB II
TEKNIK PENGANALISISAN ITEM TES HASIL BELAJAR
                Penganalisisan terhadap butir-butir item tes hasil belajar dapat dilakukan dari tiga segi, yaitu : (1) dari segi derajat kesukaran itemnya,(2) dari segi daya pebeda itemnya, (3) dari segi fungsi distraktornya.
1.       Teknik Analisis Derajat Kesukaran Item
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau tarf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat menyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup.
Bertitik tolak dari pernyataan tersebut diats maka butir-butir item tes hasil belajar dimana seluruh testee tidak dapat menjawab dengan betul-(karena terlalu sukar)-tidak dapat disebut sebagai item yang baik. Demikian pula sebaliknya, butir-butir item tes hasil belajar dimana seluruh testee dapat menjawab dengan betul-(karena terlalu mudah)-juga tidak dapat dimasukkan dalam kategori item yang baik.
Pernyataan yang akan segera muncul adalah : “bagaimana cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui butir-butir item tes hasil belajar tertentu yang dapat dikatakan sudah memiliki derajat kesukaran yang memadai ?” dalam hubungan ini, Witherington dalam bukunya berjudul Psychological Education (hml.87) mengatakan, bahwa sudah atau belum memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya angka  yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut . Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah difficulty index (=angka indek kesukaran item), yang dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf p, yaitu singkatan dari kata proportion (proporsi = proporsa).
Angka indekkesukaran item dapat di peroleh dengan menggunakan rumus yang di kemukan oleh Dubois, yaitu :
P     =
Dimana :
P     = proportion = proporsi = proporsa =difficulty index = angka indek kesukaran item.
Np     = banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan.
N     = jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar.
Rumus lainnya adalah            ;
P  =
Di mana :
P     = proportion = proporsi = proporsa =difficulty index = angka indek kesukaran item.
B     = banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang bersangkutan.
JS    = jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar.
Setelah berhasil melakukan identifikasi butir-butir item yang derajat kesukarannya termasuk dalam kategori cukup, terlalu sukar dan terlalu mudah maka yang menjadi pokok permasalahan sekarang adalah, bagaimana menindaklanjuti hasil analisis item tersebut ? setiap kegiatan evaluasi sudah seharusnya diikuti dengan tindak lanjut atau follow upnya; jika evaluasi itu tidak di lanjuti maka pekerjaan itu akan menjadi mubadzir atau sia-sia belaka.
Pada pembicaraan tentang rumus untuk mencari atau menghitung P yang telah dikemukakan pada pembicaraan terdahulu, maka proporsa itu sebenarnya adalah merupakan rata-rata hitung (arithmetic mean) yang berhasil diraih oleh seluruh testee untuk butir item yang bersangkutan, dimana dalam rumus :
P     = 
Np tidak lain adalah = yaitu = jumlah skor-skor jawaban betul dari tiap-tiap individu testee. Kelemahan utama yang terdapat pada angka indeks kesukaran rata-rata P ialah adanya hubungan terbalik antara derajat kesukaran item dengan angka indeks itu sendiri.
Cara lain yang merupakan cara kedua yang dapat di tempuh  dalam mencari atau menghitung angka indeks kesukaran item adalah dengan menggunakan skala kesukaran linear.  Dengan menggunakan cara kedua maka langkah-langkah yang perlu ditempuh seperti diuraikan pada pembicaraan berikut ini.
Mengoreksi nilai P kotor ( Pk) menjadi P bersih (Pb ) menggunakan  rumus :
Pb =
Di mana :
Pb    = P bersih
Pk    = P kotor
a      = alternative atau option yang disediakan atau dipasangkan pada butir item yang bersangkutan.
1      = bilangan konstan
2 . Teknik  Analisis Daya Pembeda Item
Daya pembeda item  adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan (=mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan tinggi (=pandai),dengan testee yang berkemampuan rendah(=bodoh) demikian rupa sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak menjawab betul,sementara testee  yang kemampuannya rendah untuk menjawab butir item tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab dengan betul.
Mengetahui  daya pembeda item itu penting sekali,sebab salah satu dasar yang dipegangi   untuk menyusun butir-butir  item tes  hasil belajar  adalah adanya anggapan,bahwa kemampuan antara testee yang satu dengan testee yang lain itu berbeda-beda,dan bahwa butir-butir item tes hasil belajar itu haruslah mampu memberikan  hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan –perbedaan  kemampuan  yang terdapat dikalangan testee tersebut .
Daya pembeda item itu dapat diketahui  melalui atau dengan melihat besar kecilnya indeks diskriminasi item.angka  indek  diskriminasi item adalah sebuah angka atau bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang  dimiliki oleh sebutir  item .Discriminatory pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian testee ke dalam kedua kelompok ,yaitu kelompok atas (the higher group)yakni kelompok testee yang tergolong pandai dan kelompok bawah (the lower  group) ­ yaitu kelompok testee yang tergolong bodoh.
Untuk mengetahui besar kecilnya angka indek diskriminasi item dapat  dipergunakan dua macam  rumus berikut ini:
Rumus pertama:
D  = PA-PB  atau
D = PH-PL
Dimana         :
D  =Discriminatory power (angka indek discriminasi item).
PA  atau  PH  = proporsi testee  kelompok atas  yang dapat menjawab dengan betul  butir  item yang bersangkutan .
PA  atau  PH  ini dapat diperoleh dengan rumus :
PA = PH =
Dimana :
BA = banyaknya testee kelompok atas ( the higher group) yang bersangkutan .
JA = Jumlah testee yang termasuk dalam kelompok atas
PB  atau  PL = proporsi testee  kelompok bawah  yang dapat menjawab dengan betul  butir  item yang bersangkutan .
PB  atau  PL  ini dapat diperoleh dengan rumus :
B= banyaknya testee kelompok bawah ( the higher group) yang bersangkutan .
JB = Jumlah testee yang termasuk dalam kelompok bawah.
Rumus kedua :
Menggunaka teknik korelasi Phi  dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
 = angka indeks korelasi Phi, yang dalam hal ini dianggap sebagai angka indeks diskriminasi item.
=proportion of the higher group
= proportion of the lower group
= bilangan konstan
=proporsi seluruh testeeyang jawabannya betul.
= proporsi seluruh testeeyang jawabannya salah, q =(1-p)
Akhiirnya sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisan  mengenai daya pembeda item tes hasil belajar tersebut adalah :
a.       Butir-butir item yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik (satisfactory,good dan excellent) hendaknya dimasukkan atau dicatat dalam buku bank soal tes hasil belajar.
b.      Butir-butir item yang daya pembedanya masih rendah (poor),ada dua kemungkinan tindak lanjut, yaitu :
1.       Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki.
2.       Dibuang (didrop) dan untuk tes hasil belajar yang akan datang butir item tersebut tidak akan dikeluarkan lagi.
c.       Khusus butir-butir item yang angka indeks diskriminasi itemnya bertanda negative, sebaiknya pada tes hasil belajar yang akan datang tidak usah dikeluarkan lagi.

3.       Teknik  Analisis Fungsi Distraktor
Pada saat membicarakan tentang tes obyektif bentuk multiple choice item tersebut untuk setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar telah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawab, atau yang sering dikenal dengan istilah option atau alternatife.
                Option atau alternatife itu jumlahnya berkisar antara tiga sampai lima buah, dan dari kemungkinan-kemungkinan jawab yang terpasang pada setiap butir item itu, salah satu diantaranya adalah merupakan jawaban betul (=kunci jawaban); sedangkan sisanya adalah merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salah itulah yang biasa dikenal dengan istilah distractor(distraktor =pengecoh).
                Tujuan utama dari pemasangan distraktor pada setiap butir item itu adalah, agar dari sekian banyak testee yanh mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik atau terangsang untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih itu merupakan jawaban betul.
                Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahw dari keseluruhan alternatife yang dipasang pada butir item tertentu, sama sekali tidak dipilih oleh testee.degan kata lain testee menyatakan “blangko”. Pernyataan blangko ini sering dikenal dengan istilah oniet dan biasa diberi lambing dengan huruf O.
                Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisisan terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tes-tes yang akan datang, sedangkan distraktor yang belum dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti dengan istilah distraktor yang lain.














BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indentifikasi terhadap butir item tes hasil belajar itu dilakukan dengan harapan akan menghasilkan berbagai informasi berharga yang pada dasarnya merupakan umpan balik (feed back) guna melakukan perbaikan, pembenahan,dan penyempurnaan kembali terhadap butir-butir item yang telah dikeluarkan dalam tes hasil belajar sehingga pada masa-masa yang akan datang tes hasil belajar yang disusun atau dirancang oleh tester (guru, dosen dan lain-lain) itu betul-betul dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pengukur hasil belajar yang memiliki kualitas yang tinggi. Rangkaian kegiatan seperti yang telah di uraikan diatas itulah yang sering dikenal dengan istilah analisis item (item analysis ).
B.      Saran
Dalam penulisan makalah ini kami sadari masih banyak terjadi kesalahan, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
















DAFTAR PUSTAKA
SUDIJONO,ANAS.1995.PENGANTAR EVALUASI PENDIDIKAN.JAKARTA:DIVISI BUKU PERGURUAN TINGGI


 



Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH PENGETAHUAN DASAR KOMPUTER

PENGETAHUAN DASAR KOMPUTER DISUSUN OLEH:               NAMA              :                NPM                  :                MK                    : APLIKASI KOMPUTER               DOSEN             :                                       , M.Kom            ...

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA TK AL- REZA

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA TK AL- REZA DISUSUN OLEH: NAMA              :          NPM                 :          DOSEN             :           PRODI              :         PG-PAUD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ALMUSLIM BIREUEN 2019 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warohmatullahi wabaraokatuh Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga dapat melaksanakan observasi dan menulis laporan hasil observasi tepat pada waktunya. Dan ucapan terimakasi...

STUDI KASUS MISKOMUNIKASI ANTARA PIMPINAN DAN KARYAWAN PT CAHAYA MITRA UTAMA

STUDI KASUS MISKOMUNIKASI ANTARA PIMPINAN DAN KARYAWAN PT CAHAYA MITRA UTAMA DISUSUN OLEH : NAMA            :  NPM                :  MK                  : KEPEMIMPINAN PRODI            : ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ALMUSLIM BIREUEN 2019 Studi Kasus : Miskomunikasi antara pimpinan dan karyawan PT Cahaya Mitra Utama Miskomunikasi adalah salah satu akibat dari proses komunikasi yang tidak bisa diterima baik oleh kedua pihak, yang menyebabkan tujuan atau misi dari komunikasi tersebut tidak tercapai. Miskomunikasi biasa terjadi pada komunikasi antara kedua pihak. Miskomunikasi biasanya dikarenakan salah satu pihak tidak mengerti de...