MAKALAH
KONSEP DASAR PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA
SERTA FAKTOR DOMINAN PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :
1 (SATU)
NAMA : 1. DEVA
SETIA WATI (1402010001)
2. SAFRIANI (1402010005)
3.
RISKA (1402010002)
SEMESTER/UNIT :
V (LIMA)/ A
DOSEN
PENGASUH : RAHMI
HAYATI, M.Pd
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ALMUSLIM
BIREUEN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Matangglumpang,
September 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI...………………...………………………………………………….ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius
menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik
diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu
menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global
sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu
mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang
berkembang. Melalui
reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan
jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh
potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Kemajuan pendidikan dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan dari
masyarakat untuk menangkap proses informatisasi dan kemajuan teknologi. Karena
Proses informatisasi yang cepat karena kemajuan teknologi semakin membuat
horizon kehidupan didunia semakin meluas dan sekaligus semakin mengerut. Hal
ini berarti berbagai masalah kehidupan manusia menjadi masalah global atau
setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kejadian dibelahan bumi
yang lain, baik masalah politik, ekonomi , maupun sosial.
Dalam proses pelaksanaannya di lapangan, kesetiakawanan sosial diwujudkan
melalui interaksi antarmanusia, baik individu dengan individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi antarmanusia dapat terjadi
dalam berbagai segi kehidupan di belahan bumi, baik dibidang
pendidikan,ekonomi, sosial, politik budaya, dan sebagainya. Interaksi di bidang
pendidikan dapat diwujudkan melalui interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan
guru, siswa dengan masyarakat , guru dengan guru, guru dengan masyarakat
disekitar lingkungannya.
Dari
uraian diatas, tidak dipungkiri bahwa dilapangan masih banyak guru yang masih
melakukan cara seperti pendapat diatas, dan diakui bahwa banyaka faktor
penyebabnya sehingga kita akan melihat akibat yang timbul pada peserta didik,
kita akan sering menjumpai siswa belajar hanya untuk memenuhi kewajiban pula,
masuk kelas tanpa persiapan, siswa merasa terkekang, membenci guru karena tidak
suka gaya mengajarnya, bolos, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru,
takut berhadapan dengan mata pelajaran tertentu, merasa tersisihkan karena
tidak dihargai pendapatnya, hak mereka merasa dipenjara , terkekang sehingga
berdampak pada hilangnya motivasi belajar, suasan belajar menjadi monoton, dan
akhirnya kualitas pun menjadi pertanyaan.
Dari
permasalahan yang ada , sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru dan
stakeloders mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan mutu pembelajaran di
sekolah terutama guru sebagai ujung tombak dilapangan (di kelas) karena
bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran.
Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat
terhadap kemajuan dan peningkatan kompetensi siswa , dimana hasilnya akan
terlihat dari jumlah siswa yang lulus dan tidak lulus.dengan demikian tangung
jawab peningkatan mutu pendidikan di sekolah , selalu dibebankan kepada guru
.lalu bagaimana kesiapan unsur-unsur tersebut dalam peningkatan mutu proses
pembelajaran?
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa itu
pendidikan budaya dan karakter bangsa?
2.
Apa saja faktor dominan peningkatan
mutu pembelajaran di sekolah
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui pendidikan budaya dan karakter
bangsa
2.
Mengetahui faktor dominan peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat Mutu
Pendidikan
Sebelum
membahas tentang mutu pendidikan terlebih dahulu akan dibahas tentang mutu dan
pendidikan. Banyak ahli yang mengemukakan tentang mutu, seperti yang
dikemukakan oleh Edward Sallis (2006 : 33) mutu adalah Sebuah filsosofis dan
metodologis yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur
agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Sudarwan Danim (2007 : 53) mutu mengandung
makna derajat keunggulan suatu poduk atau hasil kerja, baik berupa barang dan
jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa itu bermakna dapat
dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dan dapat dirasakan. Sedangkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1991 :677) menyatakan Mutu adalah (ukuran), baik buruk
suatu benda;taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb) kualitas. Selanjutnya Lalu Sumayang (2003 : 322)
menyatakan quality (mutu)
adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan jasa
sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping itu quality adalah tingkat di mana sebuah produk
barang dan jasa sesuai dengan rancangan spesifikasinya.
Berdasarkan
pendapat ahli di atas, dapat disimpulan bahwa mutu (quality) adalah sebuah filsosofis dan
metodologis, tentang (ukuran) dan tingkat baik buruk suatu benda, yang membantu
institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda rancangan
spesifikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya
agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan
Dalam
pandangan Zamroni (2007 : 2) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah
suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan
agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
Peningkatan
mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan
faktor-faktor yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu
mendapat perhatian, yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil
tersebut.
Teori
manajemen mutu terpadu atau yang lebih dikenal denganTotal Quality Management.(TQM) akhir-akhir
ini banyak diadopsi dan digunakan oleh dunia pendidikan dan teori ini dianggap
sangat tepat dalam dunia pendidikan saat ini.
Konsep total quality management pertama kali dikemukakan oleh Nancy
Warren, seorangbehavioral scientist di United States Navy (Walton
dalam Bounds, et. al, 1994). Istilah ini mengandung makna every process, every job, dan every person (Lewis
& Smith, 1994). Pengertian
TQM dapat dibedakan menjadi dua aspek (Goetsch & davis, 1994).
Aspek pertama menguraikan apa TQM. TQM didefinisikan
sebagai sebuah pendekatan dalam menjalankan usaha yang berupaya memaksimumkan
daya saing melalui penyempurnaan secara terus menerus atas produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan organisasi.
Aspek kedua menyangkut cara
mencapainya dan berkaitan dengan sepuluh karakteristik TQM yang terdiri atas : (a) focus pada pelanggan
(internal & eksternal), (b) berorientasi pada kualitas, (c) menggunakan
pendekatan ilmiah, (d) memiliki komitmen jangka panjang, (e) kerja sama tim,
(f) menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan, (g) pendidikan dan
pelatihan, (h) menerapkan kebebasan yang terkendali, (i) memiliki kesatuan
tujuan, (j) melibatkan dan memberdayakan karyawan.(Ety
Rochaety,dkk,2005 :97)
Edward
Sallis (2006:73) menyatakan bahwa Total Quality Management (TQM)
Pendidikan adalah sebuah filsosofis tentang perbaikan secara terus- menerus ,
yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan , keinginan , dan harapan para pelanggannya
saat ini dan untuk masa yang akan datang
Di sisi lain, Zamroni memandang bahwa peningkatan
mutu dengan model TQM , dimana sekolah menekankan pada peran kultur sekolah
dalam kerangka model The Total Quality Management (TQM).
Teori ini menjelaskan bahwa mutu sekolah mencakup tiga kemampuan, yaitu :
kemampuan akademik, sosial, dan moral. (Zamroni , 2007 :6)
Menurut
teori ini, mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah,
proses belajar mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah merupakan
nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan berbagai
perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan
ke angkatan berikutnya, baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini
mempengaruhi perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu : guru, kepala sekolah,
staf administrasi, siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi
peningkatan mutu akan mendorong perilaku warga kearah peningkatan mutu sekolah,
sebaliknya kultur yang tidak kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan
mutu sekolah.
2.2 Konsep Peningkatan Mutu
Pembelajaran
Mutu
pembelajaran merupakan bagian dari mutu pendidikan secara keseluruhan. Dalam
hal ini sebelum memahami mutu pembelajaran terlebih dahulu perlu dipahami mutu
pendidikan. Banyak ahli yang mencoba mendefinisikan mutu pendidikan, salah
satunya Kemendikbud (2014:7) mendefinisikan bahwa mutu pendidikan di sekolah
dasar adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan
efisiensi terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga
menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang
berlaku. Dalam pengertian tersebut diungkapkan bahwa pada dasarnya mutu
pendidikan merupakan kemampuan sekolah dalam menghasilkan nilai tambah yang
diperolehnya menurut standar yang belaku. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka
pengertian mutu pembelajaran merupakan kemampuan yang dimiliki oleh sekolah
dalam menyenggarakan pembelajaran secara efektif dan efisien, sehingga
menghasilkan manfaat yang bernilai bagi pencapaian tujuan pengajaran yang telah
ditentukan.
2.3 Komponen-komponen Peningkatan Mutu Pembelajaran
1.
Penampilan Guru.
Komponen yang menunjang terhadap peningkatan mutu pembelajaran adalah
penampilan guru, artinya bahwa rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang
guru dalam melaksanakan pengajaran sangat menentukan terhadap mutu
pembelajaran. Keadan tersebut dikarenakan guru merupakan
salah satu pelaku dan bahwa pemeran utama dalam penyelenggaraan pembelajaran.
Oleh karena itu diharapkan guru harus benar-benar memiliki kemampuan,
keterampilan dan sikap seorang guru yang profesional, sehingga mampu menunjang
terhadap peningkatan mutu pembelajaran yang akan dicapai.
2.
Penguasaan
Materi/Kurikulum. Komponen lainnya yang menunjang terhadap peningkatan mutu
pembelajaran yaitu penguasaan materi/kurikulum, artinya bahwa penguasaan
materi/kurikulum sangat mutlak harus dilakukan oleh guru dalam menyelenggaran
pembelajaran. Keadaan tersebut dikarenakan kurikulum/materi merupakan objek
yang akan disamapikan pada peserta didik. Dengan demikian kedudukan penguasaan
materi ini merupakan kunci yang menentukan keberhasilan dalam meningkatkan mutu
pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut atau ditekankan untuk
menguasai materi/kurikulum sebelum melaksanakan pengajaran di depan kelas.
3.
Penggunaan
Metode Mengajar. Penggunaan metode mengajar huna merupakan komponen dalam
peningkatan mutu pembelajaran, artinya penggunaan metode mengajar yang dipakai
guru dalam menerangkan di depan kelas tentunya akan memberikan kontribusi
tersebut peningkatan mutu pembelajaran. Dengan menggunakan
metode mengajar yang benar dan tepat, maka memungkinkan siswa lebih mudan dalam
memahami materi yang disapaikan guru.
4.
Pendayagunaan
Alat/Fasilitas Pendidikan. Komponen lainnya yang menentukan peningkatan mutu
pembelajaran yaitu pendayagunaan alat/fasilitas pendidikan. Mutu pembelajaran
akan baik apabila dalam pelaksanaan pembelajaran didukung oleh alat/fasilitas
pendidikan yang tersedia. Keadaan tersebut memudahkan guru dan siswa untuk
menyelenggarakan pembelajaran. Dengan demikian diharapkan pendayagunaan
alat/fasilitas belajar harus memperoleh perhatian yang baik bagi sekolah dalam
upayanya mendukung terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
5.
Penyelenggaraan
Pembelajaran dan Evaluasi. Mutu pembelajaran juga ditentukan oleh
penyelenggaraan pembelajaran dan evaluasinya. Keadaan
ini menunjukkan bahwa pada dasarnya mutu akan dipengaruhi oleh proses.
Dengan
demikian guru harus mampu mengelola pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran,
sehingga mampu mewujudkan peningkatan mutu yang tinggi.
Pelaksanaan
Kegiatan Kurikuler dan Ekstra-kurikuler. Peningkatan mutu pembelajaran pula
dipengaruhi oleh pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstra-kurikuler, artinya
bahwa mutu akan mampu ditingkatkan apabila dalam pembelajaran siswa ditambah
dengan adanya kegiatan kurikuler dan ekstra-kurikuler.
2.4
Faktor-Faktor
Dominan dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Peningkatan mutu berkaitan dengan
target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang
terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian,
yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.
Selanjutnya untuk meningkatkan mutu sekolah seperti yang disarankan oleh
Sudarwan Danim (2007:56), yaitu dengan melibatkan lima faktor yang dominan :
1.
Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala
sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau
bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam
bekerja, memberikanlayananyang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
2.
Siswa; pendekatan yang harus
dilakukan adalah “anak sebagai pusat “ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa
dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada
siswa .
3.
Guru; pelibatan
guru secara maksimal , dengan meningkatkan kopmetensi dan profesi kerja guru
dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta pelatihan sehingga hasil dari
kegiatan tersebut diterapkan disekolah.
4.
Kurikulum; sdanya kurikulum yang
ajeg / tetap tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang
diharapkan sehingga goals (tujuan) dapat dicapai secara
maksimal;
5.
Jaringan Kerjasama; jaringan
kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata
(orang tua dan masyarakat) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan /
instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja
Berdasarkan pendapat diatas, perubahan paradigma harus
dilakukan secara bersama-sama antara pimpinan dan karyawan sehingga mereka
mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu menciptakan mutu dilingkungan
kerja khususnya lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan dan karyawan harus
menjadi satu tim yang utuh (teamwork) yangn saling membutuhkan
dan saling mengisi kekurangan yang ada sehingga target (goals) akan
tercipta dengan baik.
2.5 Unsur-unsur yang terlibat dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran
di sekolah
Unsur yang
terlibat dalam peningkatan mutu pendidikan dapat lihat dari sudut pandang makro
dan mikro pendidikan, seperti yang dijabarkan di bawah ini:
1.
Pendekatan Mikro Pendidikan :
Yaitu suatu pendekatan terhadap pendidikan dengan indicator kajiannya
dilihat dari hubungan antara elemen peserta didik, pendidik, dan interaksi
keduanya dalam usaha pendidikan. Secara lengkap elemen mikro sebagai berikut :
·
Kualitas manajemen
·
Pemberdayaan satuan pendidikan
·
Profesionalisme dan ketenagaan
·
Relevansi dan kebutuhan.
Berdasarkan tinjauan mikro elemen guru dan siswa yang merupakan bagian dari
pemberdayaan satuan pendidikan merupakan elemen sentral. Pendidikan untuk
kepentingan peserta didik mempunyai tujuan, dan untuk mencapai tujuan ini ada
berbagai sumber dan kendala, dengan memperhatikan sumber dan kendala ditetapkan
bahan pengajaran dan diusahakan berlangsungnya proses untuk mencapai tujuan.
Proses ini menampilkan hasil belajar. hasil belajar perlu dinilai dan dari
hasil penilaian dapat merupakan umpan balik sebagai bahan masukan dan pijakan.
Pengetahuan teori yang didapatkan dari seorang guru melalui kualitas
manajemen dengan harapan tujuan pendidikan akan tercapai, tujuan akan tercapai
jika dibekali dengan bahan sehingga proses pendidikan akan terlaksana dengan
baik sehingga akan menghasilkan penampilan (hasil belajar) hasil belajar
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu melalui penilaian dengan dasar criteria
penilaian, hasil dari penampilan akan dijadikan umpan balik.
2.
Pendekatan Makro Pendidikan ;
Yaitu
kajian pendidikan dengan elemen yang lebih luas dengan elemen sebagai berikut:
·
Standarisasi pengembangan kurikulum
·
Pemerataan dan persamaan, serta
keadilan
·
Standar mutu
·
Kemampuan bersaing.
Tinjauan
makro pendidikan menyangkut berbagai hal yang digambarkan dalam dua bagan (P.H
Coombs, 1968) dalam Etty Rochaety, dkk (2005:8) bahwa pendekatan makro
pendidikan melalui jalur pertama yaitu Input Sumber – Proses Pendidikan – Hasil
Pendidikan.
Input
sumber pendidikan akan mempengaruhi dalam kegiatan proses pendidikan , dimana
proses pendidikan didasari oleh berbagai unsur sehingga semakin siap suatu
lembaga dan semakin lengkap komponen pendidikan yang dimiliki maka akan
menciptakan hasil pendidikan yang berkualitas.
2.6 Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Secara
umum untuk meingkatkan mutu pendidikan harus diawali dengan strategi
peningkatan pemerataan pendidikan, dimana unsure makro dan mikro pendidikan
ikut terlibat, untuk menciptakan (Equality dan Equity) ,
mengutip pendapat Indra Djati Sidi (2001:73) bahwa pemerataan pendidikan harus
mengambil langkah sebagai berikut :
1. Pemerintah
menanggung biaya minimum pendidikan yang diperlukan anak usia sekolah baik
negeri maupun swasta yang diberikan secara individual kepada siswa.
2. Optimalisasi
sumber daya pendidikan yang sudah tersedia, antara lain melalui double shift
(contoh pemberdayaan SMP terbuka dan kelas Jauh)
3. Memberdayakan
sekolah-sekolah swasta melalui bantuan dan subsidi dalam rangka peningkatan
mutu embelajaran siswa dan optimalisasi daya tampung yang tersedia.
4. Melanjutkan
pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) dan Ruang Kelas Baru (RKB) bagi
daerah-daerah yang membutuhkan dengan memperhatikan peta pendidiakn di tiap
–tiap daerah sehingga tidak mengggangu keberadaan sekolah swasta.
5. Memberikan
perhatian khusus bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, masyarakat
terpencil, masyarakat terisolasi, dan daerah kumuh.
6. Meningkatkan
partisipasi anggota masyarakat dan pemerintah daerah untuk ikut serta
mengangani penuntansan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Sedangkan peningkatan mutu
sekolah secara umum dapat diambil satu strategi dengan membangun
Akuntabilitas pendidikan dengan pola kepemimpinan, seperti kepemimpinan sekolah Kaizen (
Sudarwan Danim, 2007:225)yang menyarankan :
1. Untuk
memperkuat tim-tim sebagai bahan pembangun yang fundamental dalam struktur
perusahaan
2. Menggabungkan
aspek –aspek positif individual dengan berbagai manfaat dari konsumen
3. Berfokus
pada detail dalam mengimplementasikan gambaran besar tentang perusahaan
4. Menerima
tanggung jawab pribadi untuk selalu mengidentifikasikan akar menyebab masalah
5. Membangun
hubungan antarpribadi yang kuat
6. Menjaga
agar pemikiran tetap terbuka terhadap kritik dan nasihat yang konstruktif
7. Memelihara
sikap yang progresif dan berpandangan ke masa depan
8. Bangga
dan menghargai prestasi kerja
9. Bersedia
menerima tanggung jawab dan mengikuti pelatihan.
Berdasarkan
pendapat di atas, perubahan paradigma harus dilakukan secara bersama-sama
antara pimpinan dan karyawan, sehingga mereka mempunyai langkah dan strategi
yang sama yaitu menciptakan mutu di lingkungan kerja khususnya di lingkugan
kerja pendidikan, pimpinan dan karyawan harus menjadi tim yang utuh (team work)
yang saling membutuhkan dan saling mengisi kekurangan yang ada sehingga target
(goals) bisa tercipta dengan baik.
Kepemimpinan
Kepala Sekolah dan kreatifitas guru yang profesional, inovatif, kreatif
merupakan salah satu tolok ukur dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah,
karena kedua elemen ini merupakan figur yang bersentuhan langsung dengan proses
pembelajaran, kedua elemen ini merupakan figur sentral yang dapat memberikan
kepercayaan kepada masyarakat (orang tua siswa), kepuasan masyarakat bisa
terlihat dari output dan out come yang dilakukan pada setiap periode. Jika
pelayanan yang baik itu terwujud kepada masyarakat maka mereka secara sadar dan
secara otomatis akan membantu segala kebutuhan yang diinginkan pihak sekolah,
sehingga dengan demikian maka tidak sulit bagi pihak sekolah untuk meningkatkan
mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di sekolah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Pendidikan
budaya dan karakter bangsa adalah pendidikan yang mengembangkan
nilai-nilai budaya dan karakter pada diri peserta didik sehingga menjadi dasar
bagi mereka dalam berpikir, bersikap, bertindak dalam mengembangkan dirinya
sebagai individu, anggota masyarakat, dan warganegara.
2.
Kepemimpinan kepala sekolah dan
kreatifitas guru yang professional, inovatif, kreatif, mrupakan salah satu
tolok ukur dalam Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah ,karena kedua elemen
ini merupakan figure yang bersentuhan langsung dengan proses pembelajaran ,
kedua elemen ini merupakan fugur sentral yang dapat memberikan kepercayaan kepada
masyarakat (orang tua) siswa, kepuasan masyarakat akan terlihat dari output dan
outcome yang dilakukan pada setiap periode. Jika pelayanan yang baik kepada masyarakat
maka mereka tidak akan secara sadar dan secara otomatis akan membantu segala
kebutuhan yang di inginkan oleh pihak sekolah,sehingga dengan demikian maka
tidak akan sulit bagi pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan
mutu pendidikan di sekolah.
3.2 Saran
Diharapkan melalui makalah presentasi ini para pembaca khususnya
mahasiswa dapat mengikuti kaidah-kaidah presentasi yang baik. Diharapkan pula para
pembaca khususnya mahasiswa dapat meningkatkan kreativitas berbicara melalui
media presentasi. Melalui penjelasan dari penulis ini,dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang faktor-faktor dominan peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi,
Hamid. 2007. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta.
Dewantoro, Ki Hajar. 1962. Bagian
Pertama: Pendidikan. Jogjakarta : Taman Siswa.
Edward Sallis. 2006. Total
Quality Management In Education (alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi). Jogjakarta :
IRCiSoD
Eti Rochaety,dkk.2005 . Sistem Informamsi Manajemen Pendidikan.
Jakarta : bumi Aksara
Indra Djati Sidi.2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Logos
Ismaun.
2007. Filsafat Administrasi Pendidikan. Bandung: Universitas
Pendidikan.
Lalu Sumayang.2003. Manajemen produksi dan Operasi. Jakarta :
Salemba Empat
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia..1991. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka
Republik
Indonesia. (2003). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Kloang klede Putra Timur
Sagala,Syaiful.2005.Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
———.2004. Manajemen
Berbasis Sekolah &Masyarakat. Bandaung: alfabeta
Sudarwan Danim.2007.Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi
Aksara
Suyadi Prawirosentono. 2007 . Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu
terpadu abad 21. Jakarta
: Bumi Aksara
Zamroni.
2007 . Meningkatkan Mutu Sekolah . Jakarta : PSAP Muhamadiyah
Comments
Post a Comment