Skip to main content

LAPORAN OBSERVASI SISWA TUNA DAKSA DI SLB YTC KUTABLANG


LAPORAN OBSERVASI SISWA TUNA DAKSA
DI SLB YTC KUTABLANG

DISUSUN
OLEH:


NAMA             :         1. ZIKRI                                (1702090009)
                            2. RINA YANTI               (1702090032)
                            3. DARA AMALIA          (1702090031)
                            4. FARAH ANGGIA        (1702090017)
                            5. RISTI MAREZHA       (1702090027)
MK                   : PENDIDIKAN KHUSUS
DOSEN            :         Drs. SYARKAWI, M.Ed
PRODI             :         PGSD








FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2019


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabaraokatuh
Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi maha pengasih lagi maha penyayang ,kami panjatkan Puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat hidayah, dan inayahnya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan laporan observasi terkait siswa tuna daksa di SLB YTC Kutablang dan pembahasannya,dapat terselesaikan pada waktunya. 
Adapun laporan ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya kami memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan, untuk itu kami sangat terbuka terhadap berbagai kritikan sebagai bentuk penyempurna makalah ini. Semoga ke depan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan ajar di salah satu mata kuliah Pendidikan Khusus di jurusan PGSD.
Wassalamualaikum warohmatullhi wabarokatuh.             

Matangglumpangdua, 23 Juli 2019
                                                                                         Hormat saya,


                                                                                              Penyusun.





BAB I
TEORITIS

A. Pengertian Tuna Daksa
Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kalainan atau penyimpangan (fisik, mental-intelektual, social-emosional) dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya.
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Istilah yang sering digunakan untuk menyebut anak tunadaksa, seperti cacat fisik, tubuh atau cacat orthopedi. Dalam bahasa asingpun sering kali dijumpai istilah crippled, physically handicapped, physically disabled dan lain sebagainya. Keragaman istilah yang dikemukakan untuk menyebutkan tunadaksa tergantung dari kesenangan atau alasan tertentu dari para ahli yang bersangkutan. Meskipun istilah yang dikemukakan berbeda-beda, namun secara material pada dasarnya memiliki makna yang sama.
Secara etiologis, gambaran seseorang yang diidentifikasi mengalami ketunadaksaan, yaitu seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan. Menyimak keadaan fisik yang tampak pada anak tunadaksa ortopedi dan tunadaksa saraf tidak terdapat perbedaaan yang mencolok, sebab secara fisik kedua jenis anak tunadaksa memiliki kesamaan, terutama pada fungsionalisasi anggota tubuh namun, apabila dicermati secara seksama untuk memanfaatkan fungsi tubuhnya akan tampak perbedaan.
Tuna daksa berasal dari kata “Tuna yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita).
Di dalam Wikipedia, pengertian Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsu, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Secara definitif, pengertian kelainan fungsi anggota tubuh (tunadaksa) adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna sehingga untuk kepentingan pembelajarannya perlu layanan secara khusus (Suroyo&Kneedler dalam Efendi, 2006).



B. Karakteristik Anak Tuna Daksa
Derajat keturunan akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.
Banyak jenis dan variasi anak tuna daksa, sehingga untuk mengidentifikasi karakteristiknya diperlukan pembahasan yang sangat luas. Berdasarkan berbagai sumber ditemukan beberapa karakteristik umum bagi anak tuna daksa, diantara lain sebagai berikut :
Karakteristik Kepribadian
  1. Mereka yang cacat sejak lahir tidak pernah memperoleh pengalaman, yang demikian ini tidak menimbulkan frustasi.
  2. Tidak ada hubungan antara pribadi yang tertutup dengan lamanya kelainan fisik yang diderita.
  3. Adanya kelainan fisik tidak memperngaruhi kepribadian atau ketidak mampuan individu dalam menyesuaikan diri.
  4. Anak cerebal-pakcy dan polio cenderung memiliki rasa takut daripada yang mengalami sakit jantung.
  5. Karakteristik Emosi-sosial
  6. Kegiatan-kegiatan jasmani yang tidak dapat dijangkau oleh anak tuna daksa dapat berakibat timbulnya problem emosi, perasaan dan dapat menimbulkanfrustasi yang berat.
  7. Keadaan tersebut dapat berakibat fatal, yaitu mereka menyingkirkan diri dari keramaian.
  8. Anak tuna daksa cenderung acuh bila dikumpulkan bersama anak-anak normal dalam suatu permainan.
  9. Akibat kecacatanya mereka dapat mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi dengan lingkunganya.



Karakteristik Intelegensi
1.         Tidak ada hubungan antara tingkat kecerdasan dan kecacatan, tapi  ada beberapa kecenderungan adanya penurunan sedemikian rupa kecerdasan individu bila kecacatanya meningkat.
2.         Hasil penelitian ternyata IQ anak tuna daksa rata-rata normal.
3.         Karakteristik Fisik
4.         Selain memiliki kecacatan tubuh, ada kecenderungan mengalami gangguan-gangguan lain, misalnya: sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara dan sebagainya.
5.         Kemampuan motorik terbatas dan ini dapat dikembangkan sampai pada batas-batas tertentu.
Adanya berbagai karakteristik tersebut bukan berarti bahwa setiap anak tuna daksa memiliki semua karakteristik yang diungkapkan, namun bisa saja terjadi salah satunya tidak dimiliki.
Dari karakteristik tersebut menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dari dampak negatif timbul masalah-masalah yang muncul yang berkaitan dengan posisi siswa disekolah. Permasalahan tersebut dapat digolongkan menjadi beberapa masalah, yaitu:
  1. Masalah kesulitan belajar
Terjadinya kelainan pada otak ,sehingga fungsi fikirnya terganggu persepsi. Apalagi bagi anak tuna daksa yang disertai dengan cacat-cacat lainya dapat menimbulkan komplikasi yang secara otomatis dapat berpengaruh terhadap kemampuan menyerap materi yang diberikan.
2.      Masalah sosialisasi
Anak tuna daksa mengalami berbagai kesulitan dan hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal ini dapat terjadi karena kelainan jasmani, sehingga mereka tidak diterima oleh teman-temannya, diisilasi, dihina, dibenci, dan bahkan tidak disukai sama sekali kehadiranya dan sebagainya.
3.      Masalah kepribadian
Masalah kepribadian dapat berwujud kurangnya ketahanan diri bahkan tidak adanya kepercayaan diri, mudah tersinggung dan sebagainya.
4.      Masalah ketrampilan dan pekerjaan
Anak tuna daksa memiliki kemampuan fisik yang terbatas, namun di lain pihak bagi mereka yang memiliki kecerdasan yang normal ataupun yang kurang perlu adanya pembinaan diri sehingga hidupnya tidak sepenuhnya menggantungkan diri pada orang lain. Karena itu dengan modal kemampuan yang dimilikinya perlu diberikan kesempatan yang sebanyak-banyaknya untuk dapat mengembangkan lewat latihan ketrampilan dan kerja yang sesuai dengan potensinya, sehingga setelah selesai masa pendidikan mereka dapat menghidupi dirinya, tidak selalu mengharapkan pertolongan oranglain. Di lain pihak dianggap perlu sekali adanya kerja sama yang baik dengan perusahaan baik negeri maupun swasta untuk dapat menampung mereka.
5.      Masalah latihan gerak
Kondisi anak tuna daksa yang sebagian besar mengalami gangguan dalam gerak. Agar kelainanya itu tidak semakin parah dan dengan harapan supaya kondisi fungsional dapat pulih ke posisi semula, dianggap perlu adanya latihan yang sistematis dan berlanjut.misalnya terapi-fisik (fisio-therapy), terapi-tari (dance-therapy), terapi-bermain (play-therapy), dan terapi-okupasional (occupotional-therapy).








BAB II
PROFIL SEKOLAH

A. Lokasi Sekolah
Nama Sekolah          :      SLB YTC Kutablang
Lokasi                      :      Jalan No. 17 Desa Tingkeum Manyang, Kutablang, Bireuen

B. Keadaan Guru                                              
Guru Tetap (PNS)           :      4 Orang
Guru Tetap Yayasan       :      30 Orang
Tenaga Administrasi       :      3 Orang
Penjaga Sekolah              :      1 Orang
Jumlah                             :      37 Orang

C. Profil  Siswa
Nama Lengkap                  :    
Jenis Kelamin                    :    Laki-laki
Tempat Lahir                     :    
Tanggal Lahir                     :    
Alamat                               :    Desa 
Kebutuhan Khusus            :    Tuna Daksa

D. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan yaitu Kurikulum Berkarakter 2013 (K-13)

E. Fasilitas
No.
Nama Bangunan
Jumlah
Baik
Rusak Ringan
Rusak Berat
1.
Ruang Kelas
9 Buah
6 Buah
2 Buah
1 Buah
2.
Pustaka
1 Buah
1 Buah
-
-
3.
Ruang UKS
1 Buah
1 Buah
-
-
7.
Lapangan
2 Buah
2 Buah
-
-
8.
Ruang Keterampilan
1 Buah
1 Buah
-
-
9.
Ruang Tata Boga
1 Buah
1 Buah
-
-
10.
Ruang Autis/Terapi
1 Buah
1 Buah
-
-
BAB III
OBSERVASI

A. Proses Belajar Mengajar
Berdasarkan hasil observasi yang telah kami lakukan pada siswa yang mengalami cacat fisik (Tuna Daksa) di SLB YTC Kutablang tersebut terdapat dua orang siswa yang mengalami gangguan cacat fisik. Di sekolah khusus tersebut menerima berbagai ketunaan, baik itu tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, autis dan lain sebagainya. Dalam kelas ini proses pembelajaran dilaksanakan secara umum seperti pada SD regular lainnya yaitu dari hari senin sampai dengan sabtu, namun ada perbedaan bagi siswa yang bernama Fathir yang mengalami cacat fisik sehingga kegiatan sistem pembelajarannya di khususkan. Kondisi tubuh angga lengkap namun syaraf-syaraf di tubuh angga terganggu sehingga menghambat pergerakan angga maka dari itu untuk bersekolah angga harus menggunakan kursi roda. Metode yang digunakan adalah metode ceramah yang dipadukan alat peraga agar lebih mudah dalam penyampaiannya.
Kurikulum yang digunakan di SLB YTC Kutablang adalah K-13. Kurikulum, strategi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang ada di SLB YTC Kutablang yang digunakan sama seperti sekolah pada umumnya, tetapi disesuaikan dengan kemampuan masing – masing anak.

B. Temuan
Fathir sudah 3 tahun bersekolah di SLB YTC Kutablang dan kemajuannya cukup signifikan dalam dirinya semakin mandiri dan semangat dalam bersekolah. Faktor penyebabnya ialah diakibatkan oleh kesalahan pada proses kelahirannya.
Kegiatan belajar mengajar (KBM) di Sekolah Khusus Samantha berlangsung selama 6 hari dari hari senin sampai hari sabtu sejak pukul 08.00 – 10.00 WIB, Dalam pembelajaran di kelas, media yang digunakan adalah Laptop, buku paket, dan speaker. Setiap siswa dapat memilih guru yang nyaman dalam memberikan materi dikelas, Fathir memilih Munawir, S.Pdi.
.
C. Kendala-Kendala dalam PBM
Banyak masalah yang muncul sehubungan dengan sikap dan perlakuan anak-anak normal yang berinteraksi dengan anak-anak tunadaksa. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa ketika ketunadaksaan mulai terjadi turut mempengaruhi perkembangan emosi anak tersebut. Fathir merupakan anak yang mengalami ketunadaksaan sejak lahir mengalaminya sehingga keadaan tunadaksa dianggap sebagai suatu kemunduran dan sulit untuk diterima oleh anak yang bersangkutan. Dukungan orang tua dan orang-orang di sekelilingnya merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan emosi anak tunadaksa. Orang tua anak inia memperlakukan anak-anak mereka dengan sikap terlalu melindungi, misalnya dengan memenuhi segala keinginannya dan memenuhi secara berlebihan. Di samping itu orang tua yang menyebabkan anak-anak tunadaksa merasakan ketergantungan sehingga merasa takut serta cemas dalam menghadapi lingkungan yang tidak dikenalnya. Sehingga ketika proses belajar mengajar di kelas, anak tersebut takut untuk memulai sesuatu yang diajarkan oleh sang guru.

D. Prestasi Siswa
 

BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diadapat dari laporan hasil observasi anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan fisik atau tuna daksa disekolah khusus Samantha antara lain: anak dengan gangguan fisik atau tuna daksa adalah anak yang mengalami gangguan syaraf-syaraf sedemikian rupa, sehingga membutuhkan layanan khusus dalam pendidikan maupun kehidupannya.  Tujuan pendidikan anak tuna daksa mengacu pada peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 agar peserta didik mampu mengembangkan sikap pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Dalam pendidikan anak tuna daksa perlu dikembangkan 7 aspek.

B. Rekomendasi
Tugas seorang pendidik tidak hanya melakukan tugasnya untuk menyampaikan pendidikan yang baik terhadap siswa, namun juga perlu mematuhi peraturan yang mengatur tentang standar pengelolaan satuan pendidikan. Tujuannya adalah untuk dapat membentuk sekolah yang di dalamnya terdapat kepala sekolah dan pengajar yang inovatif bagi kemajuan sekolahnya.



FOTO-FOTO OBSERVASI









REFERENSI
Aprileo. 2013 Anak Berkebutuhan Khusus Tuna Daksa . https://aprileopgsd. wordpress.com/2013/10/12/makalah-abk-tuna-daksa/ di akses pada 23 Juli 2019
Busy Bee. 2014. Pembelajaran Untuk Tunadaksa. http://matematikaabk. blogspot.com/2014/02/nama-kelompok-kharismafikri-mahar.html di akses pada 23 Juli 2019
Soemantri, S. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan



Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH PENGETAHUAN DASAR KOMPUTER

PENGETAHUAN DASAR KOMPUTER DISUSUN OLEH:               NAMA              :                NPM                  :                MK                    : APLIKASI KOMPUTER               DOSEN             :                                       , M.Kom               PRODI              : AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALMUSLIM BIREUEN 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Pengetahuan Dasar Komputer”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Komputer adalah alat yang digunakan untuk membantu pekerjaan manusia, misalnya mulai dari mengerjakan pekerjaan kampus, sekolah, kantor, multimedia, bahkan hiburan. Dengan demikian, jelas bahwa untuk bekerja, komputer memerlukan instruksi dari pengguna yang kemudian disebut sebagai brainware. Manusia melakukan interaksi dengan ko

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA TK AL- REZA

LAPORAN OBSERVASI DAN WAWANCARA TK AL- REZA DISUSUN OLEH: NAMA              :          NPM                 :          DOSEN             :           PRODI              :         PG-PAUD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ALMUSLIM BIREUEN 2019 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warohmatullahi wabaraokatuh Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga dapat melaksanakan observasi dan menulis laporan hasil observasi tepat pada waktunya. Dan ucapan terimakasih kepada ibu Berliantika Putri Aswir, M.Pd. Kons, selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah yang sudah memberikan tugas kepada saya agar dapat mengobservasi secara langsung di lembaga TK. Laporan ini merupakan hasil observasi saya dari TK AL-REZA. Tersusunnya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang Semua pihak yang tidak bisa disebutk

makalah Perencanaan karangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar Belakang google Perencanaan karangan merupakan tahap awal yang dilakukan oleh seorang pengarang untuk mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan pembatasan masalah, mengamati objek yang ditulis, dan menuangkan gagasannya dari awal penulisan hingga akhir penulisan. Perencanaan karangan penting dibuat agar karangan dapat terstruksur dengan baik, menarik para pembaca dan mudah dipahami. Jika perencanaan karangan tidak dibuat maka pengarang akan mengalami kesulitan dalam penulisan, apalagi dalam penulisan karangan formal seperti makalah penelitian, skripsi, tesis dan disertasi, atau karangan ilmiah lainnya menuntut beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Untuk memudahkan pembuatannya, maka diperlukan perencanaan karangan yang terdiri atas beberapa tahapan penulisan. Oleh karena itu, melihat pentingnya pembuatan perencanaan karangan sebelum membuat karangan, maka tim penulis tertarik untuk membahas perencanaan karangan lebih