Bireuen-
Ketika matahari baru menyapa para makhluk bumi, pemuda itu sudah bersiap-siap
dengan tas besar di depan rumahnya. Wajah enggannya untuk segera berpisah dari
orangtuanya tercetak jelas. Orang tua sang anak muda inipun tampak berkaca-kaca
ketika melepas anak lelaki satu-satunya ini pergi. Tapi waktu harus segera
memisahkan anak dan orang tua ini ketika mobil angkutan L-300 datang
menjemputmya untuk segera berangkat ke bandara Blang Bintang, Banda Aceh.
Rupanya, IF (21) akan segera berangkat merantau ke Ibukota Indonesia kembali setelah
libur hari raya Idul Fitri 1436 H di kampung halamannya di Gampong Uteun
Gathoem, Kecamatan Peusangan, Bireuen. Ini merupakan kepulangan pertamanya selama merantau ke Jakarta Barat
setamat SMA 3 tahun yang lalu. “Saya Cuma diberi waktu libur selama 3 minggu,
makanya sekarang harus ada di jakarta lagi,” ujarnya.
Sebagai
seorang anak dari keluarga yang ekonominya pas-pasan, anak kedua dari pasangan Fn (50) dan TM (49) ini mengaku terpaksa mencari pekerjaan di kota
metropolitan. “Sebenarnya tamat SMA saya ingin kuliah seperti yang lain, tetapi
orangtua tidak memiliki biaya,” cerita If pada Suara Almuslim. Kakaknya yang saat itu sedang kuliah memerlukan
biaya yang besar sehingga tidak memungkinkan baginya untuk menambah beban orang
tua dengan melanjutkan studi.
Di
Jakarta, lelaki tamatan MAN Peusangan ini bekerja di salah satu apotek milik
orang Aceh juga. Selain dia, karyawan yang bekerja di sana juga pemuda yang
berasal dari Aceh. Rata-rata mereka memilih merantau ke Jakarta karena memang
di kampung halaman tidak ada pekerjaan tetap yang menjamin. Kalaupun ada, gaji
yang diterima sangatlah kecil dan belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
_________
Di
zaman ekonomi berbiaya tinggi ini, tentu tidak memiliki pekerjaan tetap
sangatlah menyulitkan. Apalagi terkadang harus membiayai anggota keluarga yang
lain. Oleh karena itu, merantau menjadi sebuah pilihan yang tepat bagi mereka.
Menurut
data dari BkkbN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), pada
tahun 2000 tingkat urbanisasi yang berasal dari Aceh berkisar 23,1 persen
sedangkan tahun 2010 meningkat menjadi 28,1 persen. Hal ini dikarenakan jumlah
pengangguran semakin meningkat tiap tahunnya.
Menurut
peneliti LP3E kadin, Ina Priana dikutip dari metrotvnews.com pertumbuhan
penduduk perkotaan di Indonesia juga yang sangat tinggi diantara negara-negara
ASEAN dengan angka sebesar 2,7 persen per tahun.
Alasan IF memilih merantau memang sama seperti alasan anak-anak Aceh lain yang memilih
meninggalkan kampung halamannya. Mereka lebih memilih mencari nafkah keluar
daerah daripada menetap di rumah dan berpangku tangan pada orang tua mereka.
“Bekerja
di Ibukota haruslah memiliki keahlian khusus, kalau tidak pasti sampai disini
akan terlontang lantung tidak memiliki tujuan,” tutur IF lagi. “Saya saja
bisa bekerja disini karena ada keluarga saya yang juga bekerja di tempat ini
dan saya harus belajar dengan cepat agar mampu bekerja dengan ulet dan lihai.”
Pemuda
berperawakan sedang ini berharap bisa bertahan di Jakarta sampai ia memiliki
modal usaha yang cukup saat kembali ke kampung halamanya nanti.
sangat menarik memabaca ,macam hendak menangis
ReplyDeleteterimakasih sudah membaca, semoga jadi acuan semangat buat saya agar terus menulis.
Deletethanks !
anda ada bakat dalam menulis ,sila teruskan.
ReplyDeletehttp://asiananews.blogspot.my/2016/02/merantau-bukan-pilihan-tetapi-tuntutan.html
ReplyDelete