Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Seulanga Yang Mala

Seulanga Yan g Mala Oleh : Nurul Hidayati sumber : internet Di zaman yang serba globalisasi sekarang ini, segala macam kebutuhan selalu dikaitkan dengan istilah Trendy. Semua berbondong-bondong mengikuti mode terbaru. Takter kecuali dengan Seulanga. Seorang gadis yang baru menamatkan SMA nya dan mendaftar di sebuah universitas swasta yang jauh dari kampong halamannya. Mak bapak melepas kepergian sang anak satu-satunya dengan air mata dan doa yang tak pernah berhenti. Berharap anak gadisnya itu beberapa tahun kedepan bias pulang membawa ijazah sarjana dan bertitle S,Pd di belakang namanya.   Seperti nama Bu Rahimah,S.Pd guru yang dating dari kota untuk mengajar di sebuah SD di kampong mereka.             Di awal-awal tahun ajaran, penampilan Seulanga selalu di bilang culun oleh teman-temannya. Jilbab pudar dan baju kurung selalu mewarnai penampilannya sehari-hari. Ditambah lagi tas selempang yang sudah tampak...

Sukses Tidak Harus Kuliah di Tempat Favorit

sumber : koleksi pribadi Memilih tujuan kuliah dimana bukanlah hanya sekedar melihat pada minat saja. Ada banyak faktor lain yang harus diperhatikan juga. Misalnya saja biaya, izin orang tua serta nyaman atau tidaknya tempat disana. Banyak orang memilih kuliah bukan pada universitas yang diminatinya saat sekolah dulu. Namun hal itu bukan berarti dia tidak akan bisa sukses karena tidak menekuni minat dan mimpinya terdahulu. Saripah Aini (22), mahasiswa asal bener meriah yang biasa disapa Aini ini merupakan salah satu contohnya. Semasa SMA dulu dia bercita-cita kuliah di Universitas Syiah kuala (Unsyiah) yang merupakan salah satu Perguruan tinggi favorit di Aceh. Tetapi siapa sangka saat ini gadis manis ini sudah hampir menyelesaikan kuliahnya jauh dari tempat yang di harapkannya dulu. Saat ini anak bungsu dari pasangan Abdul Muthalib (50) dan Mastani (48) sudah menduduki semester VII di Universitas Almuslim Peusangan, Bireuen, Aceh. Saat ditanya alasan kenapa memilih...

Berpikir Melalui Sudut Pandang Lain

Melirik dari sudut pandang yang berbeda, kadang kita merasa risih dan tidak percaya diri. Tetapi itu konsekuensi dari rasa ingin tahumu yang tak sama dengan mereka. Tidak salah meski belum dikatakan benar. Kita memiliki cara pandang yang berbeda, selama itu benar tidak akan ada yang menghalangi cara pikir tersebut. Bahkan mungkin itu yang terbaik barangkali. Terlalu mainstream itu tidak menyenangkan. Apalagi kita hanya ikut-ikutan cara pikir orang lain agar tidak dianggap aneh apalagi sampai dikatakan tidak waras. Padahal jelas-jelas logika kita menolak mentah-mentah kenyataab tersebut. Dalam hal ini kita telah mengkhianati nurani kita sendiri tentunya. Pola pikir seseorang yang kritis tidak akan peduli pendapat orang. Selama itu di anggap benar, maka di ungkapkannya tanpa segan. Jangan terlalu " meugampong" begitulah istilah yang cocok untuk mereka yang selalu berpikiran mainstream dan menganggap kebenaran hanya melalui suara orang banyak. Kenapa Harus Meliha...

Masih ada asa di kaki Sinabung

Di balik bencana meletusnya gunung Sinabung, Tanah Karo, Sumatera Utara, kita masih bisa melihat bagaimana semangat anak-anak di desa seputaran wilayah bencana. Mereka tetap melanjutkan hidup meski di tengah kewaspadaan bencana besar dapat menimpa mereka sewaktu-waktu. Jum'at, (23/10) Anak-anak yang belajar di rumah baca di desa Perbaji Seorang anak nampak membantu orang tuanya menolak becak di jalan yang telah di aliri lahar dingin gunung sinabung sore sebelumnya. Kamis, (22/10)  anak-anak desa Perbaji anak-anak di rumah baca anak-anak desa perbaji Anak-Anak desa Perbaji Save Sinabung

Merantau bukan pilihan, tetapi tuntutan

B ireuen- Ketika matahari baru menyapa para makhluk bumi, pemuda itu sudah bersiap-siap dengan tas besar di depan rumahnya. Wajah enggannya untuk segera berpisah dari orangtuanya tercetak jelas. Orang tua sang anak muda inipun tampak berkaca-kaca ketika melepas anak lelaki satu-satunya ini pergi. Tapi waktu harus segera memisahkan anak dan orang tua ini ketika mobil angkutan L-300 datang menjemputmya untuk segera berangkat ke bandara Blang Bintang, Banda Aceh. Rupanya, IF (21) akan segera berangkat merantau ke Ibukota Indonesia kembali setelah libur hari raya Idul Fitri 1436 H di kampung halamannya di Gampong Uteun Gathoem, Kecamatan Peusangan, Bireuen. Ini merupakan kepulangan   pertamanya selama merantau ke Jakarta Barat setamat SMA 3 tahun yang lalu. “Saya Cuma diberi waktu libur selama 3 minggu, makanya sekarang harus ada di jakarta lagi,” ujarnya. Sebagai seorang anak dari keluarga yang ekonominya pas-pasan, anak kedua dari pasangan Fn (50) dan TM (49) ini mengaku ...

Surat Cinta Untuk SA

Sumber : Dokumen Pribadi Saya datang atas nama cinta dan hati yang tergerak, bukan suatu ambisi semata. Saya berusaha berjuang sampai batas saya tak mampu lagi bergerak. Dan saya pun pergi dengan satu jiwa yang baru, keluarga baru. (Wicaksono, 2012) Sambil tersenyum bangga, kutulis surat ini, karena saat tinta ini mulai tergores aku sudah menjadi bagian organisasi yang pernah aku mimpikan bertahun-tahun lalu. Suara Almuslim? Nama organisasi ini sudah mengusikku dari pertama tercatat sebagai mahasiswa disini. Namun, ego selalu menang, aku ragu-ragu dan akhirnya tertinggal. Dalam kesempatan ini aku ingin bercerita sedikit catatan perjalanan yang akhirnya memantapkan hatiku di organisasi pers kampus ini. Sebagai mahasiswa yang minim pengalaman dalam berorganisasi saat di sekolah menengah dulu, kuakui aku agak buta arah. Keinginan beroganisasi makin kuat, tetapi saya tidak tau harus kemana. Dua kali aku batal bergabung, hingga saat itu sudah kulupakan segala keingina...

Cerpen : Tarawih yang Gagal

Haru rasanya bisa bertemu bulan Ramadhan kembali. Sudah semenjak hari Meugang pertama aku sudah antusias mmpersiapkan segala sesuatu untuk menyambut ramadhan kali ini. Sebagai muslim yang baik, bulan puasa adalah bulan yang paling ditunggu tiap tahunnya. Dimulai dari menyiapkan mukena terbaik untuk tarawih di malam pertama, hingga menyediakan sayur-sayuran segar untuk sahur nanti. "Semangat sekali kamu, Aminah !" itu suara Maryam, teman sebayaku yang rumahnya tepat disebelah rumahku. Saat ini aku sedang membersihkan halaman rumahku. "Iya dong, tidak sabar aku untuk shalat tarawih nanti malam. Tungguin aku ya, kita ke meunasah bersama," ujarku riang. "Oke sipp ! Aku pulang ke rumah  Miwa ku dulu ya. Mau mengantarkan daging rendang," pamitnya. Aku mengiyakan dan melanjutkan pekerjaanku. Ah, rasanya lelahku hilang mengingat besok akan berpuasa. Dalam hati aku berdo'a semoga ramadhan kali ini lebih baik dari tahun kemarin. Semua peke...