
Sebagai muslim yang baik, bulan puasa adalah bulan yang paling ditunggu tiap tahunnya. Dimulai dari menyiapkan mukena terbaik untuk tarawih di malam pertama, hingga menyediakan sayur-sayuran segar untuk sahur nanti.
"Semangat sekali kamu, Aminah !" itu suara Maryam, teman sebayaku yang rumahnya tepat disebelah rumahku. Saat ini aku sedang membersihkan halaman rumahku.
"Iya dong, tidak sabar aku untuk shalat tarawih nanti malam. Tungguin aku ya, kita ke meunasah bersama," ujarku riang.
"Oke sipp ! Aku pulang ke rumah Miwaku dulu ya. Mau mengantarkan daging rendang," pamitnya. Aku mengiyakan dan melanjutkan pekerjaanku.
Ah, rasanya lelahku hilang mengingat besok akan berpuasa. Dalam hati aku berdo'a semoga ramadhan kali ini lebih baik dari tahun kemarin. Semua pekerjaan aku lakukan dengan senyum yang tak lepas dari bibirku.
Aku merindukanmu bulan ramadhan
***
Jam 5 sore semua pekerjaan sudah siap aku kerjakan. Akupun sudah mandi dan sekarang menikmati sore di seuramoe rumahku.
"Jadi dong, Ramlah dan Fatimah sudah kamu ajak?" jawabku antusias. Dua sahabat itu juga teman-temanku ke meunasah dari kecil. Sebenarnya banyak sih teman-temanku yang lain, tapi seiring berjalannya waktu tinggal kami berempatlah yang masih setia meramaikan meunasah di bulan puasa.
Ketika Adzan magrib hampir dikumandangkan, Maryam sudah pulang ke rumah. Aku bergegas masuk ke dalam dan pergi ke tempat wudhu. Mak saja sampai geleng-geleng kepala melihat antusiame ku menyambut bulan puasa.
Keluar dari kamar mandi, wajahku sudah lesu. Rasanya mendongakkan kepala saja aku enggan. Hal ini tentu mengundang tanya mak.
"Kenapa neuk, Jatuh di kamar mandi?" tanya mak khawatir. Dia memperhatikanku dari atas sampai ke bawah. Dan semakin bingung ketika tidak didapati sedikitpun cacat atau luka di tubuhku.
"Maaaaaaak, kenapa harus sekarang sih ? Hiks hiks," tangisku pecah. Kening mak semakin berkerut. Lalu kemudian dia tertawa keras sekali, sampai Rizal adikku yang baru masuk kamar mandi keluar lagi.
Aku semakin kesal di buatnya. Mak, tidak mengerti bagaimana semangatnya aku untuk menyambut bulan ini. Setelah puas tertawa, dan Rizal sudah masuk ke kamar mandi lagi dengan wajah bingungnya. Mak menghampiriku dan mengelus punggungku dengan lembut.
Dari tadi kek kayak gini !
"Memangnya kamu tidak hitung siklusnya?" itu pertanyaan palinng menyebalkan. Ya, aku datang bulan tepat saat aku sudah siap untuk shalat tarawih di malam pertama.
Dan yang paling menyebalkan, saat teman-temanku datang menjemput. Mak dengan santainya bercerita pada mereka. Lantas saja mereka heboh menertawakan aku.
Mak, Aku sebaaaaaal !
Comments
Post a Comment