1. Hargai dia, maka ia akan menghargaimu.
Menghargai setiap kegiatan si anak amatlah penting, karena si anak akan merasa bahwa dia di butuhkan. Sekecil apapun pekerjaan yang ia selesaikan, biasakanlah mengucapkan terimakasih. Jika si anak sudah di hargai, maka akan mudah dia mendengar dan menghargai setiap ucapanmu.
2. Jangan mudah menyalahkan
Tidak ada manusia yang sempurna. Begitu juga dengan si anak. Ketika si anak berbuat salah, jangan langsung memvonis. Tanyakan dulu alasan kenapa dia berbuat salah, mungkin dia punya alasan sendiri yang seharusnya bisa kita maklumi. Jika kita langsung menyalahkan dan menghukum, si anak bukannya berubah tapi malah makin menjadi-jadi.
3. Jangan mudah memaki dengan kata-kata tercela
Setiap perkataan adalah doa, dan doa orang tua terhadap anaknya adalah doa yang paling makbul. Jangan mudah memaki si anak dengan kata-kata yang buruk, misalnya; anak nakal, dasar pemalas, bodoh, b******n, dan sebagainya. Karena secara tidak langsung, kita telah mendoakan si anak seperti makian tersebut. Jika hal itu terjadi, jangan salahkan anak kalau suatu hari nanti dia menjadi seperti itu.
4. Anggap dia sahabatmu
Seringkali kita mendengar bahwa si anak sangat tertutup terhadap orang tuanya. Jika ada masalah, dia lebih memilih curhat ke temannya daripada orang tua di rumah. Hal ini tentu akan sangat sulit untuk menasehati si anak. Tetapi dengan menempatkan si anak sebagai sahabat, ia dengan suka rela akan bercerita apa saja yang ia alami pada kita. Maka, kita akan tau apa yang ada di pikirkan si anak.
5. Ikut sertakan anak untuk berdiskusi
Untuk mengambil keputusan dalam rumah tangga, ajak si anak untuk ikut berdiskusi. Tanyakan pendapatnya. Jangan selalu anggap dia anak kecil yang tidak tau apa-apa. Bisa jadi pendapat dia lebih baik dari yang dipikirkan orang tua. Dengan mengajak si anak berdiskusi, maka dia akan merasa punya tanggung jawab di dalam rumah. Dan tentunya akan melatih si anak untuk lebih dewasa.
6. Jangan suka memberi perintah
Apabila orangtua ingin meminta si anak untuk melakukan sesuatu, hindari kalimat perintah. Dia pasti akan malas melakukannya. Tetapi mintalah dia untuk membantu, misalnya; bisa tolong angkat itu nak, mau bantu ibu untuk. . ., kita memasak bersama ya nak, dst. Hal kecil seperti itu akan membuat si anak di hargai.
7. Dengarkan ceritanya
Ketika si anak punya masalah, pasti dia butuh orang untuk berbagi. Saat si anak mau bercerita pada orang tua, dengarkan ia. Perhatikan ceritanya dan tanggapi bila perlu. Buat si anak nyaman bersama kita dan merasa kita selalu ada di saat dia jatuh.
8. Hindari nasehat yang menggurui
Saat si anak membutuhkan nasehat kita, jangan pernah menggurui. Dia akan menganggap orang tua itu kolot, sok tau dan cerewet. Jadi pilihlah kata-kata yang tepat dan ringan. Buka pola pikir dia dengan diskusi-diskusi kecil yang kita bangun. Sehingga si anak akan mengerti apa yang harus dia lakukan untuk menyelesaikan masalahnya.
9. Biarkan dia memilih
Ketika si anak telah tumbuh dewasa, dia pasti memiliki cita-citanya sendiri. Jangan mengekang si anak untuk memilih masa depan yang kita tentukan. Karena kalau ia gagal, bukan tidak mungkin ia akan menyalahkan orang tua. Sebagai orang tua, kita hanya perlu mengarahkan dia. Beri dia penjelasan mengenai biaya kuliah, kemampuan orang tua serta tempat yang pentingnya menjaga diri. Jika ia telah punya pola pikir dewasa, pasti dia tau mana pilihan terbaik.
10. Akui kesalahan
Hal ini yang paling sulit dilakukan orang tua. Mengakui kesalahan sendiri memang sangat tidak mudah, apalagi di depan anak sendiri. Orang tua akan merasa kehilangan wibawanya jika dia terlihat salah di mata si anak. Padahal hal inilah yang membuat si anak merasa tertekan. Mau menegur mereka segan, mau membiarkan dia yang di salahkan. Jangan segan-segan untuk meminta maaf apabila melakukan kesalahan, karena si anak juga akan mudah untuk memaafkan. Sebaliknya ia akan terus mendendam dalam hati apabila ia tau orangtuanya salah tetapi enggan mengakuinya.
Nah, mungkin hal seperti itulah yang sering di anggap sepele oleh orang tua. Namun, berdampak sangat besar terhadap perkembangan jiwa si anak.
Fakta di atas diperoleh dari diskusi-diskusi penulis dengan beberapa teman, adik tingkat maupun orang tua yang sudah memiliki anak. Selain itu, juga dari beberapa bacaan yang sudah penulis baca. [NH]
sumber : www.google.com |
Comments
Post a Comment